Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ellya Thaher
Abstrak :
Rendahnya jumlah operasi katarak di Puskesmas binaan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) dapat dilihat dari data 5 tahun terakhir yang memperlihatkan bahwa jumlah operasi hanya sebanyak 47 operasi setahun, untuk itu perlu diteliti mengapa penderita katarak tidak memanfaatkan fasilitas operasi katarak yang telah disediakan di Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: persepsi penderita terhadap penyakit dan pengobatan, persepsi penderita terhadap pelayanan kesehatan, faktor jarak tempat pelayanan kerumah, faktor biaya operasi katarak, faktor kebutuhan yang dirasakan penderita dan pemanfaatan pelayanan operasi katarak di Puskesmas. Penelitian ini dilakukan di 3 Puskesmann yaitu: Puskesmas Lubuk Alung, Sicincin dan Tarusan. Sebagai informan adalah penderita katarak yang sudah seharusnya di operasi dan penderita katarak yang sudah di operasi tetapi tidak memanfaatkan pelayanan operasi katarak yang ada di Puskesmas, penelitian ini juga melibatkan Kepala Puskesmas dan perawat Puskesmas. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam. Informan terdiri dari 11 orang penderita katarak, 2 orang diantaranya telah dioperasi di tempat lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Hampir semua informan tidak mengetahui penyebab timbulnya katarak, tetapi semua informan tahu pengobatan katarak dan akibat jika tidak dioperasi. 2. Sebagian besar informan mengetahui bahwa di Puskesmas ada pelayanan operasi katarak dengan kualitas cukup baik. 3. Hampir semua informan mengatakan bahwa jarak ketempat pelayanan dari rumah dekat dan tidak menjadi hambatan. 4. Sebagian besar informan tidak tahu berapa biaya operasi katarak, mereka ada yang mempermasalahkan dan ada yang tidak mempermasalahkan sesuai dengan kesanggupan mereka. 5. Semua informan sangat menginginkan agar mata mereka yang buta dapat melihat kembali. 6. Sebagian besar informan keluarganya berobat ke Puskesmas dan sebagian besar mereka pemah berobat ke Puskesmas. Alasan mereka tidak memanfaatkan pelayanan operasi katarak yang tersedia di Puskesmas adalah karena takut operasi dan tidak ada biaya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: hambatan utama yang dihadapi informan adalah rasa takut operasi dan tidak ada biaya untuk operasi. Untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan operasi katarak dimasa datang, maka diperlukan penyebarluasan informasi, agar semua masyarakat mengetahui bahwa di Puskesmas ada pelayanan operasi katarak. Penyuluhan yang terus menerus tentang penyakit katarak serta memberikan informasi yang rinci tentang biaya operasi katarak. Untuk mengatasi hambatan biaya diharapkan subsidi dari pemerintah daerah bagi masyarakat yang tidak mampu. ......The Analysis of Cataract Patients Behavior Who Didn't Utilize the Cataract Surgery Facility at Puskesmas Lubuk Alung, Sicincin and Tarusan, West Sumatera Province, 2000Low number of cataract surgery in Community Health Center (Puskesmas) cultivated by Community Eye Care Institution (BKMM) can be seen from last 5 years data which showed numbers of surgery only 47 a year, it need to take investigated the reason why cataract patients does not utilize cataract surgery service facility at the Puskesmas. This research objective is to gather information about patients perceptions to the disease and its therapy, healthcare service, distance factor, surgery cost factor, perceived need by the patients and the utilization of the cataract surgery service at the Puskesmas. This research done in 3 Community Health Center such as Lubuk Alung, Sicincin and Tarusan. The informant is a cataract patient that actually has to be operated and already operated but did not take cataract surgery service at the Puskesmas, This research also involve the Head and nurses of the Puskesmas. This research used qualitative research design with in depth interview technical to compile data. Informant consist of 11 cataract patients which 2 of them already surgery at the other health service. The result showed: 1. Almost all informants do not know why they get cataract, but all informants know how to deal with the sickness and its consequence if they ignore the sickness. 2. There are major of informant know that there is good quality of cataract surgery service at the Puskesmas. 3. Almost all informants stated no problem with the distance between house and Puskesmas. 4. There are major of informant does not know the cataract surgery cost and the take it as problem according the ability. 5. All informants really want to use their blind eyes like before again. 6. There are major of informant take the Puskesmas treatment. The reason why their does not utilize cataract surgery service at the Puskesmas because they fear with surgery and the cost does not available. The conclusion of this research is cost and fear feeling to have surgery make them avoiding to utilize the service. To increase the utilization of the cataract surgery service at the Puskesmas in the future, there is necessary to socialize information so that community knows there is cataract surgery service at the Puskesmas. Continue extension about cataract disease and detail information about the surgery cost has to be taken. And of course there are expectations of government subsidy for the poverty community.
2001
T9366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyetti
Abstrak :
Walaupun insiden infeksi intra okular setelah operasi katarak menurun secara tajam selama 30 tahun terakhir tetapi hal tersebut masih merupakan salah satu penyulit bedah yang paling menimbulkan bencana. (1) Pada permulaan abad ke 20 infeksi setelah bedah intra okular lebih kurang 10 % (Axenfeld, T. 1908). Setelah teknik aseptik dipopulerkan terdapat penurunan infeksi intra okular yang tajam. Sebelum tahun 1950 angka kejadian endoftalmitis pasca bedah menurun menjadi 1 %. (2). Setelah tahun 1945 dilaporkan penurunan menjadi 0,35 % (1), bahkan penelitian lain melaporkan terjadi penurunan sampai 0,1% (3). Penurunan angka infeksi bakteri pasca bedah dari permulaan abad ke 20 sampai sekarang berkurang disebabkan oleh perbaikan teknik aseptik yang digunakan dalam bedah mata. (1). Infeksi ini umumnya disebabkan oleh terjadinya kontaminasi pada saat pembedahan baik dari adneksa mata pasien ataupun dengan alat-alat dan bahan yang digunakan waktu operasi termasuk tetesan dan cairan yang dipakai biasanya untuk membersihkan bilik mata depan. (3,4). Untuk mencegah infeksi dianjurkan pemakaian antibiotik infeksi subkonjungtiva. (3,5)
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfah Rif`ati
Abstrak :
Objective: to find out the difference of blindness prevalence cataract surgical coverage, the visual outcome post-operatively, society constraints to get the cataract surgical services in Kebon Jeruk and Pulogadung Subdistricts. and also to assess the effectiveness of cataract surgical instruments availability in Kebon Jeruk Subdistrict Primary Health Care (Puskesmas). Design: Door to door survey, sample determined by cluster systematic random sampling, according to the Rapid Assessment Cataract Surgical Services (RACSS) method. Method: Four hundred subjects, each subdistrict consist of 200 subjects (5 clusters, respectively), which is have age 50 year, visited according to the subjects definitive residence, The ophthalmology examination includes visual acuity harshly evaluation with pin-hole, inspection of posterior segment and lens by using flash light, binocular loop, and direct ophthalmoscopy. Result: Subjects that able to be checked completely equal to 94,3°/O. The blindness prevalence in Kebon Jeruk Subdistrict is 1,5%, while in Pulogadung is 4,0%. The main cause of blindness is senile cataract (63,6%) with higher tendency 3 until 4 times at woman compared to men, The cataract surgical coverage in Kebon Jeruk is 28,6%, while in Pulogadung is 14.8%. All pseudophakic subjets without any other ocular disorder can reach the post-operative visual outcome 6 / 18 (good visual acuity). Cataract patients' constraints to get the cataract surgical services include 3 aspects, namely ignorance, unawareness, and disability. The effectiveness of cataract surgical instruments availability in Kebon Jeruk Subdistrict Puskesmas, could not be estimated directly according to the cataract surgical coverage in Kebon Jeruk, but showing higher cataract surgical rate (CSR) 744,6 per million per year, compared to national CSR (350). Conclusion: The cataract blindness prevalence is still high and become main problem in society. The cataract surgical coverage must be improved 3-4 times higher, especially for woman gender. Society constraints can overcome by improving the cataract blindness knowledge of society, and also improve the quality of life, especially in educational, social and economic states. The CSR highness must be accompanied by the higher of cataract surgical coverage.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Referano Agustiawan
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui jumlah berbagai kategori IMT pada penduduk Lombok usia ?50 tahun, prevalensi katarak senilis, proporsi katarak senilis di kelompok IMT rendah dan mencari hubungan IMT dengan katarak senilis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross-sectional, meliputi 2720 subyek dari 68 klaster. Semua subyek dilakukan kunjungan rumah untuk pemeriksaan oftalmologi yang meliputi pemeriksaan visus secara kasar dengan pin-hole, pemeriksaan lensa serta segmen posterior menggunakan senter, dan oftalmoskopi langsung. Setiap subyek dihitung IMT-nya. Hubungan IMT dan katarak senilis dihitung dengan analisa statistik multivariat. Hasil: Subyek yang dapat diperiksa secara lengkap sebesar 93,5% dari semua target. Prevalensi katarak di Lombok 12,4%. Penduduk yang masuk dalam kategori IMT severe thinness 13,6%, mild thinness 12,7%, normal 59%, mild overweight 7,7%, dan severe overweight 7%. Proporsi katarak senilis pada IMT rendah sebesar 36,6%. Tidak ada hubungan secara statistik antara IMT dan katarak senilis. Kesimpulan: Prevalensi katarak senilis di Lombok masih cukup tinggi, dan diperlukan penanganan yang komprehensif dan lintas sektoral. Distribusi IMT di penduduk Lombok usia ?50 tahun merupakan distribusi normal. Perin diteliti lebih lanjut tentang hubungan antara katarak senilis dan IMT dengan memperhatikan jenis katarak dan faktor-faktor resiko katarak yang lain.
Objective: To determine the frequency of each category of BMI, prevalence of senile cataract, proportion of senile cataract in thin subjects, and the relationship between thinness and senile cataract of population aged 50 years and older living in Lombok. Method: An observational cross-sectional study was carried out involving 2720 subjects aged 50 years. and over divided into 68 clusters. Home visits were conducted for ophthalmology examination including visual acuity evaluation with pin-hole, inspection of posterior segment and lens using flash light, and direct ophthalmoscopy. HMI was calculated after ophthalmology examination. Relations between BMI and senile cataract was anal-zed using multivariate statistical method. Result: Ninety three point five percent subjects were examined completely. Prevalence of senile cataract in Lombok was 12,4%, severe thinness category was 13,6%, mild thinness 12,7%, normal 59%, mild overweight 7,7%, and severe overweight 7%. Proportion of senile cataract in subjects with low BMI was nearly 36,6%. No stastitical correlation was found between BMI and senile cataract. Conclusion: Prevalence of senile cataract in Lombok is quite high. More comprehensive cataract management is needed. Normal BMI distribution was detected in this study. Further study is necessary to find the relationship between BMI and senile cataract regarding contribution of cataract maturation, type and other risk factors.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Sirlan
Abstrak :
Di Indonesia, terutama di Rumah Sakit Pendidikan telah pula dipergunakan alat Honan khususnya untuk pembenahan katarak dengan/tanpa pemasangan lensa intra-okular. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, selain memakai alat Honan dipergunakan pula alat yang merupakan modifikasi alat Honan. Banyak ahli mata mempergunakan alat Honan dan merasakan manfaatnya. Cara pemakaiannya pun bervariasi sesuai dengan kepustakaan masing-masing.

Sehubungan dengan adanya kontraversi dalam beberapa penelitian mengenai waktu yang diperlukan dalam memakai alat Honan dan sehubungan dengan Hipotesa yang telah diajukan, maka telah dicoba satu penelitian untuk mendapatkan waktu yang efisien dalam mempergunakan alat Honan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Andam Syarifah
Abstrak :
Katarak menjadi penyebab kebutaan tertinggi di Indonesia. Dilaporkan oleh Kementrian kesehatan RI bahwa hasil survey yang dilakukan terhadap penduduk dibeberapa kota besar di Indonesia sebanyak 3% mengalami kebutaan, dan 81% dari nilai tersebut diakibatkan oleh katarak. Cara yang paling ampuh dalam mengatasi katarak ialah operasi dan perawatan setelahnya. Namun, diperlukan biaya 70 juta rupiah untuk operasi satu mata. Salah satu cara yang dihimbau ialah dengan mendeteksi dini pada kelainan mata. Pemeriksaan dilakukan oleh seorang spesialis mata yaitu Ophtalmology, dengan menggunakan bantuan fundus image mata dapat merepresentasikan keadaan pasien. Oleh karena itu diperlukan cara yang mampu mendeteksi katarak secara otomatis. Proses pembelajaran mesin menjadi cara yang banyak digunakan dalam menyelesaikan berbagai masalah, seperti masalah supervised atau masalah unsupervised. Untuk mengklasifikasi pasien katarak atau normal, dapat dibantu dengan metode Convolutional Neural Network (CNN) dengan model arsitektur VGG16 yang merupakan metode pembelajaran dengan algoritma deep learning biasa digunakan sebagai metode penyelesaian masalah gambar. Fundus image mata akan diekstrak menjadi fitur map yang akan menjadi ciri dari data. Kemudian setiap fitur map diolah melalui lapisan lainnya. Setiap lapisan berisikan parameter yang perlu dioptimasi agar proses pembelajaran data menjadi mudah dan efektif. Oleh karena itu diperlukan metode optimasi yang dapat mencari parameter terbaik yang dapat meminimumkan fungsi loss. Pada penelitian ini, dibangun metode optimasi RAdam berbasis Lookahead yang mampu mempercepat proses komputasi dan mempertahankan stabilitas dari learning rate. Dari hasil eksperimen pengklasifikasian fundus image mata katarak dan mata normal menggunakan model CNN dengan arsitektur VGG16 dan optimasi Lookahead-RAdam mendapatkan nilai loss 0,00608, akurasi 97,5% dan waktu lama proses 2388,081 detik. ......Cataracts are the leading cause of blindness in Indonesia. It was reported by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia that the results of a survey conducted on the population of several big cities in Indonesia were 3% blind, and 81% of this value was caused by cataracts. The most effective way to deal with cataracts is surgery and aftercare. However, it costs 70 million rupiah for one eye surgery. One of the recommended ways is for early detection of eye disorders. The examination is carried out by eye specialists, namely Ophthalmologists, using the help of a fundus image of the eye to represent the patient's condition. However, specialists in Indonesia are not evenly distributed throughout the country. Therefore, we need another way that can detect cataracts automatically. The machine learning approach is an approach that is widely used to solve various problems, such as supervised problems or unsupervised problems. There are many methods to help classify cataract or normal patients, one of which is by the Convolutional Neural Network (CNN) with the VGG16 architectural model which is a learning method with deep learning algorithms commonly used as a method of solving image problems. The Fundus image of the eye will be extracted into a feature map that will characterize the data. Then, each feature map is processed through other layers. Each layer contains parameters that need to be optimized so that the data learning process becomes easy and effective. Therefore, we need an optimization method that can find the best parameters that can minimize the loss function. In this study, constructed the RAdam optimization based Lookahead which is able to accelerate the computation process but also maintain the stability of the learning rate. From the experimental results of the classification of the fundus images of cataract and normal eye using the CNN model with the VGG16 architecture and the optimization Lookahead-RAdam, the value of loss is 0.00608, accuracy of 97.5% and a processing time of 2388.081 seconds.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk menilai adanya perbedaan nilai quality of life (QoL) dan time trade-off utility (TTO), pasca tindakan bedah katarak pada mata pertama dan mata kedua pada penduduk Lombok, Indonesia.

Metode: Data epidemiologis dan penilaian QoL dan TTO didapat dari subjek, sebelum dan tiga minggu setelah menjalani tindakan bedah katarak pada sarana bedah komunitas di Pulau Lombok. Kelompok A adalah pasien yang menjalani operasi pada mata pertama, sedangkan kelompok B adalah pasien yang menjalani operasi pada mata kedua. Pertanyaan kuesioner ditujukan untuk mendapatkan data kemampuan mengurus diri sendiri, kemampuan mobilitas, kehidupan sosial, dan status mental. Data dianalisis dengan uji chi-square untuk data kategorik dan uji t tidak berpasangan atau Mann-Whitney untuk data numerik.

Hasil: Data didapat dari 77 subjek, yang terdiri dari 50 subjek dari kelompok A dan 27 subjek dari kelompok B. Pasca bedah didapatkan adanya peningkatan QoL dalam hal kemampuan mengurus diri sendiri, kemampuan mobilitas, kehidupan sosial, dan status mental yang bermakna (p < 0,001), pada kedua kelompok. Peningkatan QoL terjadi pada 46 subjek di kelompok A, dan lebih meningkat lagi pada 22 subjek di kelompok B. Pengukuran TTO dapat diterima oleh 35 subjek pada kelompok A dan 22 subjek pada kelompok B. Delapan puluh tujuh persen subjek menyatakan hasil operasi yang sesuai dengan harapan mereka. Kesimpulan: Tindakan bedah katarak pada mata kedua terbukti dapat lebih meningkatkan QoL pada subjek dengan hasil penglihatan mata pertama yang baik. Peningkatan kemampuan penglihatan pasca bedah telah sesuai dengan harapan para subjek.
Abstract
Background: This study aims to assess the quality of life and the time trade off-utility value of the first eye cataract surgery and the second eye cataract surgery in Lombok Island-Indonesia.

Methods: This was an epidemiologic survey study on community of cataract surgery. Evaluations of quality of life (QoL) and time trade-off (TTO) were performed using questionnaire prior and three weeks after cataract surgeries who had either first (group A) or second eye cataract surgery (group B). Personal data was noted especially on self-care, mobility, socially, and mentally status. Data was analyzed by chi-square test for categorical data and unpaired t-test or Mann-Whitney test for numeric data.

Results: A total of 77 subjects was included in this study, there were 50 subjects in group A and 27 subjects in group B. Elements of QoL were improved after surgeries including self care, mobility, social, and mental status in both groups (p < 0.001). The modified TTO was accepted in 35 subjects in group A and 22 subjects in group B. Quality of life was improved in 46 patients in group A, there was further improvement in 22 patients in group B. The degree of patient?s expectation was good in 87% of all subjects.

Conclusion: Second- eye cataract surgery showed further improvement in QoL despite better outcome of the first- eye cataract surgery. The outcome of cataract surgery conducted was relevant to the patient?s expectation.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Rahman
Abstrak :
Program Operasi Katarak Gratis merupakan salah satu program kerja Dinas Kesehatan Kota Depok yang telah dilaksanakan sejak tahun 2004 dan pada tahun 2015 target program operasi katarak di Kota Depok tidak terpenuhi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang membahas tentang evaluasi program operasi katarak gratis di Kota Depok pada tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak tercapainya target program operasi katarak gratis di Kota Depok disebabkan oleh kurangnya pelatihan yang diberikan kepada petugas kesehatan di masyarkat, kurangnya sosialisasi program operasi katarak gratis di masyarakat dan banyaknya masyarakat Kota Depok yang telah terdaftar menjadi pasien BPJS. Di era BPJS saat ini masyarakat yang terdaftar menjadi pasien BPJS tidak diperbolehkan mengikuti program operasi katarak gratis karena dapat berpotensi terjadinya pembiayaan ganda terhadap pasien tersebut. ...... Free Cataract Surgery Program has been implemented since 2004 in Depok. However, in 2015 the target of cataract surgery program in Depok is not fulfilled. This study is a qualitative descriptive study with aim to evaluate the free cataract surgery program in Depok 2015. The results showed that the target of free cataract surgery program not fulfilled caused by the lack of training that given to health workers in the community, lack of socialization about free cataract surgery program, and majority of public who already have registered in BPJS. In BPJS era, people who have registered in BPJS are not allowed to register for free cataract surgery program because it would be a double burden for BPJS.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joyce Setyawati
Abstrak :
ABSTRAK
Pengamatan kualitas indra penglihatan telah dapat kita ikuti sejak tahun 1987 dengan keluarnya surat keputusan Menteri Kesehatan yang mengatakan kebutaan merupakan bencana nasional. Kemudian survai morbiditas mata dan kebutaan yang diselenggarakan Departemen Kesehatan pada tahun 1982 menunjukkan kebutaan dua mata 1,2% dari jumlah penduduk (1,2). Katarak merupakan penyebab kebutaan utama, pembedahan merupakan suatu penanggulangan kebutaan karena katarak. Pembedahan katarak pada prinsipnya dibedakan menjadi 2 cara yaitu pengambilan lensa secara utuh dan pengambilan lensa dengan meninggalkan kapsul posterior. Prinsip bedah katarak yang terakhir ini disebut sebagai bedah katarak ekstra kapsular. Cara pembedahan katarak terakhir ini kini lebih disukai dengan makin dikenalnya pemakaian lensa intraokular (3).

Kejadian penyulit selama atau pasta bedah katarak dapat selalu terjadi. Kesulitan membedah katarak ekstra kapsular antara lain, pupil yang kecil dan tekanan bola mata yang tinggi. Kedua hal tersebut akan menyulitkan pengeluaran dan pembersihan sisa-sisa lensa disamping penyulit--penyulit karena tingginya tekanan bola mata.

Kesulitan mengeluarkan massa lensa menyebabkan manipulasi yang lebih banyak pada iris dan endotel kornea. Hal ini merangsang terjadinya iritis dan oedema kornea. Sisa korteks lensa yang tertinggal dapat menimbulkan uveitis. Disamping itu pupil yang kecil pada bedah katarak akan lebih menyulitkan peradangan lensa intraokular.

Setiap tindakan berupa pengirisan konjungtiva, kornea, sklera maupun manipulasi iris pada bedah katarak ektra kapsular akan menimbulkan reaksi radang dimana akan terbentuk mediator peradangan yaitu prostaglandin, khususnya PGE2 ( 4 ). PGE2 selain menimbulkan reaksi radang pasca bedah dapat juga menimbulkan penciutan pupil. Di mata penghambatan sintesa prostaglandin akan mencegah terjadinya penciutan pupil.

Untuk mendapatkan midriasis yang cukup telah dipergunakan bermacam--macam obat terutama yang bekerja melalui saraf autonom yakni golongan obat simpatomimetik dan antikolenergik ( 4,5 ).

Di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSCM 1 jam pra bedah katarak ekstra kapsular midriasis diperoleh dengan tropikamid 1% dan fenilefrin 10% ( 6 ). Meskipun demikian penciutan pupil masih dapat terjadi juga. Manipulasi pada bedah intraokular agaknya menimbulkan keluarnya mediator peradangan prostaglandin yang menyebabkan penciutan pupil selain menyebabkan peradangan pasca bedah intraokular ( 7 ).
1990
T58490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Maulida
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan membandingkan prediktabilitas refraksi kelompok sudut tertutup primer dengan katarak yang menjalani fakoemulsifikasi berdasarkan perhitungan kekuatan lensa tanam menggunakan formula Hoffer-Q dan SRK/T. Penelitian ini merupakan uji klinis acak terkontrol tersamar ganda. Dilakukan analisis pada 46 mata dari 42 orang, dua puluh tiga mata pada masing-masing kelompok. Sebelum operasi, dilakukan pemeriksaan biometri pertama dengan IOL Master untuk tiap kelompok dan pada 2/3 minggu pasca operasi dilakukan pengukuran BCVA. Proporsi dalam 0,5 D 56,52% pada kelompok Hoffer-q dan 52,18% pada SRK/T, Mean Absolute Error (MAE) 0,58 ± 0,39 D pada kelompok Hoffer-q dan 0,59 ± 0,34 D pada SRK/T, Mean Refractive Error (MRE) -0,39 ± 0,59 D pada kelompok Hoffer-q dan -0,41 ± 0,54 D pada SRK/T. Formula Hoffer-q dan SRK/T memiliki prediktabilitas refraksi yang sebanding pada kelompok sudut tertutup primer dengan katarak.
ABSTRACT This study is aimed to compare refractive predictability of 2 formula; Hoffer-q and SRK/T in primary angle closure disease with cataract. This is a Randomized Clinical Trial. Analysis was done in 46 eyes from 42 subjects, which divided into 23 eyes in each group. The first biometry with IOL Master was done before the surgery and BCVA was done at 2 or 3 weeks after the surgery. Proportion within 0,5 D is 56,52% for Hoffer-q and 51,18 for SRK/T, Mean Absolute Error (MAE) was 0,58 ± 0,39 D for Hoffer-q dan 0,59 ± 0,34 D for SRK/T, Mean Refractive Error (MRE) was -0,39 ± 0,59 D for Hoffer-q and -0,41 ± 0,54 D for SRK/T. Hoffer-q and SRK/T have comparable refractive predictability in primary angle closure disease with cataract.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>