Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks dimulai dengan halaman 7, sehingga dipastikan halaman 1?6 tidak ada, dan tampaknya naskah ini belum selesai. Teks ini berisi kisah ringkas raja-raja Jepara, Pagelen dan Prambanan. Dikisahkan bahwa anak-anak raja Prambanan dikutuk menjadi banteng dan burung menco. Untuk dapat berubah wujud semula, mereka diperintahkan untuk bertapa dan berbuat baik kepada sesama manusia. Diceritakan pula kisah perjalana Raden Jaka Pemana anak raja Pagelen yang akan menikah dengan anak perempuan buyut cemporet yang bernama Rara Kumenyar yang sesungguhnya adalah anak Raja Jepara. Daftar pupuh sevagai berikut: 1. Dhandhanggula; 2. Sinom; 3. Asmarandana; 4. Kinanthi; 5. Mijjil; 6. Gambuh; 7. Dhandhanggula; 8. Sinom; 9. Asmarandana; 10. Kinanthi."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
LS.5-KS 73
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi cerita legendaris tentang sejarah terjadinya Candi Prambanan, yang diawali dengan silsilah Dananjaya hingga Prabu Jayabaya, dan keturunan berikutnya. Selain itu, teks ini juga berisi kisah kerajaan Pengging yang mengalami kejayaannya ketika diperintah oleh Prabu Darmamaya. Keterangan penulisan teks ini tidak ditemukan. Bandingkan Serat Cemporet, karangan Ranggawarsita, yang meliputi masa sejarah yang sama. Bandingkan pula FSUI/LS.3, dan LS.4, untuk versi lain cerita tentang asal-usul Candi Prambanan. Menurut keterangan di h.l, penyalinan naskah dimulai pada hari Sabtu Wage, 18 Rabingulawah, Ehe 1836 (14 Mei 1906). Setiap pergantian pupuh diawali dengan tanda berhias (rubrikasi), serta ditandai dengan angka Jawa yang menyebutkan nomor pupuh, suatu gejala kodikologis yang cukup moderen. Pigeaud mendapatkan naskah ini dari M. Cakradiharja di Yogyakarta, pada tanggal 21 Desember 1932. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) asmarandana; (4) dhandhanggula; (5) kinanthi; (6) durma; (7) megatruh; (8) sinom; (9) pucung; (10) asmarandana; (11) durma; (12) dhandhanggula; (13) asmarandana; (14) pangkur; (15) sinom; (16) durma; (17) dhandhanggula; (18) asmarandana; (19) megatruh; (20) kinanthi; (21) pangkur; (22) sinom; (23) dhandhanggula; (24) pucung; (25) dhandhanggula; (26) asmarandana; (27) mijil; (28) megatruh; (29) maskumambang; (30) kinanthi; (31) sinom; (32) pangkur; (33) pucung; (34) sinom; (35) dhandhanggula; (36) mijil; (37) asmarandana; (38) pangkur; (39) megatruh; (40) pucung; (41) sinom; (42) kinanthi; (43) dhandhanggula; (44) mijil; (45) asmarandana; (46) pangkur; (47) durma; (48) sinom; (49) kinanthi; (50) dhandhanggula; (51) mijil; (52) gambuh; (53) pangkur; (54) asmarandana; (55) sinom; (56) dhandhanggula; (57) durma; (58) pangkur; (59) asmarandana; (60) dhandhanggula; (61) gambuh; (62) pangkur; (63) mijil; (64) durma; (65) sinom; (66) asmarandana; (67) dhandhanggula; (68) durma; (69) dhandhanggula; (70) kinanthi; (71) asmarandana."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
LS.2-NR 228
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Cerita legendaris tentang sejarah terjadinya Candi Prambanan ini, diawali dengan silsilah Prabu Jayabaya dari kerajaan Kediri. Teks secara garis besar menceritakan pertempuran antara Pengging dengan Prambanan hingga berdirinya Candi Prambanan. Dilanjutkan dengan cerita tentang Ajisaka, dan cerita Panji Asmara Bangun/Inu Kertapati. Bandingkan FSUI/LS.2 untuk versi lain cerita tentang asal-usul Candi Prambanan. Sedangkan versi yang sama dengan naskah ini terdapat pada LS.4. Keterangan tentang penyalinan naskah dapat dijumpai pada h.v, yaitu disalin pada hari Jumat Kliwon, 13 Jumadilawal, Wawu 1833 (7 Agustus 1903). Nama Narsapranaka juga tertulis dalam naskah ini, kemungkinan keterangan ini menunjukkan nama penyalin naskah (atau pemilik?). Pada setiap pergantian pupuh selalu diawali dengan tanda berhias (rubrikasi), namun lebih sederhana dibandingkan dengan naskah FSUI/LS.4. Naskah ini juga dilengkapi dengan uittreksel (terlampir) yang dibuat oleh Mandrasastra pada bulan Februari 1938. Pigeaud memperoleh naskah ini pada tahun 1937, di Surakarta. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) pangkur; (4) pucung; (5) durma; (6) kinanthi; (7) sinom; (8) mijil; (9) asmarandana; (10) dhandhanggula; (11) pangkur; (12) mijil; (13) pucung; (14) asmarandana; (15) megatruh; (16) durma; (17) kinanthi; (18) pangkur; (19) asmarandana; (20) dhandhanggula; (21) pucung; (22) sinom; (23) gambuh; (24) durma; (25) mijil; (26) megatruh; (27) asmarandana; (28) pangkur; (29) durma; (30) dhandhanggula; (31) pucung; (32) asmarandana; (33) jurudemung; (34) megatruh; (35) sinom; (36) kinanthi; (37) pucung; (38) dhandhanggula; (39) gambuh; (40) durma; (41) kinanthi; (42) asmarandana; (43) sinom; (44) megatruh; (45) pucung; (46) kinanthi; (47) gambuh; (48) dhandhanggula; (49) pangkur; (50) durma; (51) asmarandana; (52) dhandhanggula; (53) sinom; (54) maskumambang; (55) mijil; (56) asmarandana; (57) pucung; (58) gambuh; (59) jurudemung; (60) pangkur; (61) asmarandana; (62) durma; (63) pangkur."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
LS.3-NR 309
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah Babad Prambanan ini sangat mirip dengan versi naskah FSUI/LS.3, yaitu pupuh 1-58 dalam kedua naskah ini sama. Namun pupuh 59-63 menunjukkan beberapa perbedaan. Lihat deskripsi naskah tersebut untuk keterangan selanjutnya. Naskah disalin oleh Wirsungun, di wilayah Mangkunagaran, pada tahun 1885, atas prakarsa B.R.Ng. Wiryatani. Setiap pergantian pupuh diawali dengan tanda berhias (rubrikasi), kadang dengan pensil berwarna. Menurut keterangan pada h.v, naskah ini didapat Pigeaud dari Sastrapandawa, di Yogyakarta, pada tanggal 19 Juli 1939 Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) pangkur; (4) pucung; (5) durma; (6) kinanthi; (7) sinom; (8) mijil; (9) asmarandana; (10) dhandhanggula; (11) pangkur; (12) mijil; (13) pucung; (14) asmarandana; (15) megatruh; (16) durma; (17) kinanthi; (18) pangkur; (19) asmarandana; (20) dhandhanggula; (21) pucung; (22) sinom; (23) gambuh; (24) durma; (25) mijil; (26) megatruh; (27) asmarandana; (28) pangkur; (29) durma; (30) dhandhanggula; (31) pucung; (32) asmarandana; (33) jurudemung; (34) megatruh; (35) sinom; (36) kinanthi; (37) pucung; (38) dhandhanggula; (39) gambuh; (40) durma; (41) kinanthi; (42) asmarandana; (43) sinom; (44) megatruh; (45) pucung; (46) kinanthi; (47) gambuh; (48) dhandhanggula; (49) pangkur; (50) durma; (51) asmarandana; (52) dhandhanggula; (53) sinom; (54) maskumambang; (55) mijil; (56) asmarandana; (57) pucung; (58) gambuh; (59) megatruh; (60) jurudemung; (61) pangkur; (62) asmarandana; (63) pangkur."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
LS.4-NR 379
Naskah  Universitas Indonesia Library