Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dastono Susantoro
"Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga diartikan sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisir tingkah lakunya. Bila individu merasakan suatu kebutuhan, maka akan mendorong individu untuk berbuat sesuatu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi klien terhadap tingkat kemandirian pada klien dengan storke non hemoragik.
Desain penelitian yang dilaksanakan adalah metode deskriptif eksploratif, sample yang diambil dalam penelitian ini adalah semua penderita stroke non hemoragik yang dirawat di IRNA B lantai I kanan, lantai II kiri, poliklinik saraf dan Instalasi Rehabilitasi Medik di RS. Cipto Mangunkusumo sebanyak 30 orang. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang mengacu pada teori dan konsep motivasi. Dari 15 item yang diajukan kuesioner kepada responden, rata-rata klien memiliki motivasi mandiri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi klien terhadap tingkat kemandirian yaitu faktor pendidikan, pengetahuan, minat, dukungan keluarga, orang terdekat, dan perawat dalam memberi motivasi pada klien baik selama menjalani perawatan, pengobatan maupun rehabilitasi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5267
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Pristiana Dewi
"Serangan stroke di masyarakat sering dianggap bencana karena umumnya menimbulkan kegagalan fungsi lumpuh dan sulit berkomunikasi. Kurang lebih 50% penderita stroke yang masih hidup menjadi kegagalan fungsi, tidak dapat bekerja lagi, dan menjadi beban dari keluarga (Luckman & Sorensen, 1993 dalam Handiyani, Haryati, Sumarwati, 2003). Dengan daya ketergantungan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, pasien stroke membutuhkan bantuan dan dukungan dari keluarga. Keluarga yang mampu menyelesaikan lima tugas kesehatan keluarga akan memberikan dampak yang signifikan terhadap optimalisasi status kesehatannya. Dalam hal melakukan perawatan terhadap anggota keluarga dengan stroke perlu didukung dengan internalisasi motivasi.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran motivasi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan stroke di IRNA B di RS Dr Cipto Mangunkuso Jakarta Responden pada penelitian ini berjumlah 32 orang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengetahui data demografi responden dan motivasi keluarga. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dalam bentuk persentase.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 16 responden (50%) memiliki motivasi tinggi dan sebanyak 16 responden (50%) memiliki motivasi rendah. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka hendaknya dapat dilakukan penelitian lebih Ianjut perbandingan motivasi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan stroke pada beberapa Rumah Sakit di Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5575
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Erwanto
"Penyebab kematian penyakit tidak menular terbesar peringkat tiga di propinsi Yogyakarta adalah stroke. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan spiritual keluarga dengan tingkat kecemasan lansia paska stroke di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional . pengambilan sampel secara sampling jenuh atau total sampling dengan responden berjumlah 80. Sampel penelitian ini adalah lansia dengan paska stroke dan anggota keluarga yang merawat lansia dengan paska stroke.
Hasil analisa chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal dengan tingkat kecemasan lansia paska stroke. Dukungan spiritual yang dominan adalah dukungan transpersonal. Peran perawat komunitas dibutuhkan untuk mendukung keluarga dalam memberikan dukungan spiritual pada lansia paska stroke.

The third rank common cause of the death on non communicable diseases in Yogyakarta was stroke. This study was conducted to determine the association between spiritual support of family caregiver and the level of anxiety in the older people with post stroke disease in Mergangsan health center Yogyakarta. A analytic correlation with cross sectional approach was used in this study. Saturated sampling technique or total sampling was held in the study with the sample size of the study was 80.
The Results showed that there is association between intrapersonal, interpersonal, transpersonal support and the levels of anxiety in the older people with post-stroke. The dominant variable of spiritual support was transpersonal support. The Community Health Nursing is needed to support families in providing the spiritual support to decreased anxiety for older people with post stroke in the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Hermawan
"Latar belakang - Asam asetil salisilat (ASA) adalah obat antiplatelet yang telah digunakan secara luas dan terbukti efektif dalam pencegahan stroke iskemik berulang. Sebagian penderita tidak berespons terhadap terapi ASA diistilahkan sebagai resistensi ASA yang memiliki risiko tinggi mengalami stroke iskemik berulang. Resistensi ASA dapat disebabkan oleh banyak faktor. Saat ini, resistensi ASA dapat diketahui dengan pemeriksaan yang lebih sederhana, cepat dan akurat, dengan uji fungsi trombosit VerifyNow®.
Tujuan - Mengetahui prevalensi resistensi laboratorik ASA dengan uji fungsi trombosit Verifynow® pada pasien stroke iskemik di RSCM dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.
Metode - Desain potong lintang melibatkan 50 penderita stroke iskemik yang hanya mendapatkan terapi ASA. Pemeriksaan resistensi ASA dengan uji fungsi trombosit Verifynow®. Resistensi ASA dinyatakan jika ARU ≥ 550.
Hasil - Dari 50 subyek didapatkan 7 penderita resistensi ASA. Hubungan prevalensi resistensi ASA dengan jenis kelamin laki-laki (OR= 5,217 ; p=0,115), merokok aktif (OR=4,625; p=0,1). Kelompok resistensi ASA rerata usia 51,3±9,2; median kolesterol total 140 mg/dL (124-283). Kelompok respons ASA rerata usia 57,8±9,7 (p=0,105), rerata kolesterol total 173,9 ±40,9 mg/dL (p=0,157). Analisis multivariat mendapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berperan menyebabkan resistensi ASA dibanding merokok aktif (OR 5,22 ; p = 0,141).
Kesimpulan - Didapatkan prevalensi resistensi laboratorik ASA dengan uji fungsi trombosit Verifynow® pada penderita stroke iskemik di RSCM sebesar 14%. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara prevalensi resistensi laboratorik ASA dengan karakteristik sosiodemografi, penyakit penyerta, klinis, dan laboratoris serta terapi ASA. Terdapat kecenderungan prevalensi resistensi laboratorik ASA lebih banyak terjadi pada penderita laki-laki, merokok aktif, berusia lebih muda, dan hiperkolesterolemia. Jenis kelamin laki-laki lebih berperan menyebabkan resistensi ASA dibanding merokok aktif.

Background - Asetylsalicylic acid (ASA) is considered to be effective antiplatelet and widely used for the prevention of recurrent ischemic stroke. Some patients did not respond to ASA therapy. Those patients defined as ASA resistant, which are associated with high risk for experiencing recurrent ischemic stroke. ASA resistant cause by many factors. Recently, ASA resistent could be examined by more simple, rapid and accurate method, using platelet function test VerifyNow®.
Purpose - Determine the frequency of ASA resistant among ischemic stroke patients in Cipto Mangunkusumo Hospital using platelet function test Verifynow® and the factors that influence it.
Method - Design research is a cross-sectional study involving 50 ischemic stroke patients with ASA therapy only. ASA resistant measured by platelet function test Verifynow®. ASA resistant was defined as an ARU ≥ 550.
Results - From 50 subjects obtained 7 subjects with ASA resistant. Association between the frequency of ASA resistant with male gender (OR= 5,217 ; p=0,115), active smoking (OR=4,625; p=0,1). ASA resistant group with a mean age 51,3±9,2 years; median total cholesterol 140 mg/dL (124-283). ASA respond group with a mean age 57,8±9,7 years (p=0,105); median total cholesterol 173,9 ±40,9 mg/dL (p=0,157). Multivariance analysis found that male gender more influenced to ASA resistant compare to active smoking (OR= 5,22; p = 0,141).
Conclusion - The frequency of ASA resistant using platelet function test Verifynow® among ischemic stroke patients in Cipto Mangunkusumo Hospital is 14%. There is no significant correlation between the frequency of ASA resistant with sociodemographic, concomitant diseases, clinical, laboratory, and treatment characteristics. There is a trend that ASA resistant more likely occured in male gender, active smoking, younger patients, and with hypercholesterol. Male gender more influenced to ASA resistant compare to active smoking.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahn, Jung
New York: HarperPaperback, 1992
616.81 AHN r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gordon, Neil F.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
616.81 GOR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abhirama Nofandra Putra
"ABSTRAK

PCSK9 telah diketahui sebagai molekul yang berperan dalam regulasi kadar kolesterol LDL darah. Belakangan ini, PCSK9 diketahui memiliki mekanisme kerja lain yang melibatkan proses inflamasi, peningkatan Lp(a), aktivasi jaras protrombotik dan platelet, metabolisme triglyceride-rich lipoprotein, serta modifikasi plak yang juga dapat berperan dalam patogenesis berbagai spektrum penyakit aterosklerotik, termasuk IMA-EST. Kemajuan dalam strategi penatalaksanaan IMA-EST telah berhasil meningkatkan kesintasan, akan tetapi sekelompok pasien masih mengalami luaran klinis buruk meski telah mendapatkan tatalaksana optimal. PCSK9 dipikirkan dapat memiliki peranan dalam risiko residual pasien-pasien tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara konsentrasi PCSK9 saat admisi pada pasien IMA-EST yang menjalani IKPP dengan luaran kardioserebrovaskular mayor. Sebanyak 239 pasien dengan IMA-EST yang menjalani IKPP diperiksakan konsentrasi PCSK9 pada saat admisi. Data luaran kardioserebrovaskular mayor dan data penunjang lain didapatkan dari rekam medik dan follow-up telepon. Terdapat 28 (11,7%) subjek penelitian yang mengalami luaran kardioserebrovaskular mayor dalam 30 hari. Akan tetapi, analisis kesintasan tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara konsentrasi plasma PCSK9 dengan luaran kardioserebrovaskular mayor dalam 30 hari. Saat dibandingkan antara tertil 3 dengan tertil 2 konsentrasi PCSK9 didapatkan hazard ratio 1,466 (95%IK 0,579-3,714) serta antara tertil 1 dengan tertil 2 didapatkan hazard ratio 1,257 (0,496-3,185). Dari penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara konsentrasi plasma PCSK9 saat admisi dengan luaran kardioserebrovaskular mayor dalam 30 hari pada pasien IMA-EST yang menjalani IKPP.

PCSK9 telah diketahui sebagai molekul yang berperan dalam regulasi kadar kolesterol LDL darah. Belakangan ini, PCSK9 diketahui memiliki mekanisme kerja lain yang melibatkan proses inflamasi, peningkatan Lp(a), aktivasi jaras protrombotik dan platelet, metabolisme triglyceride-rich lipoprotein, serta modifikasi plak yang juga dapat berperan dalam patogenesis berbagai spektrum penyakit aterosklerotik, termasuk IMA-EST. Kemajuan dalam strategi penatalaksanaan IMA-EST telah berhasil meningkatkan kesintasan, akan tetapi sekelompok pasien masih mengalami luaran klinis buruk meski telah mendapatkan tatalaksana optimal. PCSK9 dipikirkan dapat memiliki peranan dalam risiko residual pasien-pasien tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara konsentrasi PCSK9 saat admisi pada pasien IMA-EST yang menjalani IKPP dengan luaran kardioserebrovaskular mayor. Sebanyak 239 pasien dengan IMA-EST yang menjalani IKPP diperiksakan konsentrasi PCSK9 pada saat admisi. Data luaran kardioserebrovaskular mayor dan data penunjang lain didapatkan dari rekam medik dan follow-up telepon. Terdapat 28 (11,7%) subjek penelitian yang mengalami luaran kardioserebrovaskular mayor dalam 30 hari. Akan tetapi, analisis kesintasan tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara konsentrasi plasma PCSK9 dengan luaran kardioserebrovaskular mayor dalam 30 hari. Saat dibandingkan antara tertil 3 dengan tertil 2 konsentrasi PCSK9 didapatkan hazard ratio 1,466 (95%IK 0,579-3,714) serta antara tertil 1 dengan tertil 2 didapatkan hazard ratio 1,257 (0,496-3,185). Dari penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara konsentrasi plasma PCSK9 saat admisi dengan luaran kardioserebrovaskular mayor dalam 30 hari pada pasien IMA-EST yang menjalani IKPP.


ABSTRACT
PCSK9 is a molecule that regulates blood LDL cholesterol level. Recent evidences suggest that PCSK9 may also have other independent mechanisms, such as inflammation, increased Lp(a), triglyceride-rich lipoprotein metabolism, activation of prothrombotic pathways and platelets, and modification of atherosclerotic plaque, which all may play a role in the pathogenesis of atherosclerotic diseases, including STEMI. Previous advances in the management of STEMI had succeed in increasing survival. However, some STEMI patients still experienced adverse outcomes eventhough they already received optimal management in accordance with the guidelines. PCSK9 may have a role in the residual risk that those patients have. However, our knowledge regarding this association between plasma PCSK9 level and MACCE in STEMI is still limited. The aim of this study is to evaluate the association between plasma PCSK9 level during admission with MACCE in STEMI patients who underwent primary PCI. In total, 239 patients with STEMI who were treated with primary PCI had their plasma sample drawn during admission and evaluated for PCSK9 level. PCSK9 level was measured with ELISA.  MACCE and other supportive data were taken from the medical records and telephone follow-up. There were 28 study participants who experienced MACCE in 30 days. However, survival analysis did not show a significant association between plasma PCSK9 level and MACCE in 30 days. The hazard ratio for MACCE between the third tertile and the second tertile of plasma PCSK9 level was 1.466 (95%CI 0.579-3.714) and between the first tertile and the second tertile was 1.257 (95%CI 0.496-3.185). There was no significant association between plasma PCSK9 level during admission and 30 days MACCE in STEMI patients treated with primary PCI.

"
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lulus Hardiyanti
"Tujuan: Mengetahui manfaat pemberian mirror therapy dibandingkan sham therapy terhadap pemulihan fungsi tangan.
Desain penelitian: Studi intervensi.
Metode: Studi randomisasi tersamar tunggal pada pasien strok serangan pertama. Subjek dibagi menjadi 2, yaitu kelompok mirror dan sham, yang diberikan mirror therapy atau sham therapy sebagai tambahan terapi okupasi standar.
Parameter Hasil: Fugl Meyer Assessment dan Functional Independence Measure (FIM).
Hasil: Delapan belas pasien (rerata usia 53,9 tahun), dengan lama awitan kurang dari 6 bulan ikut serta dalam penelitian ini. Didapatkan peningkatan signifikan pada rerata skor Fugl Meyer pada kedua kelompok setelah 3 minggu dan 6 minggu perlakuan (p<0,001), sedangkan skor FIM meningkat hanya pada 3 minggu pertama. Peningkatan skor Fugl Meyer lebih tinggi pada kelompok mirror (rerata=20,5) dibanding kelompok sham (rerata 13,75), walaupun secara statistik tidak signifikan.
Kesimpulan: Mirror therapy dapat meningkatkan pemulihan motorik pada pasien strok fase pemulihan. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar untuk mendapatkan hasil yang bermakna.

Objective: To evaluate the effect of mirror therapy on motor recovery of stroke patients.
Study design: Intervention study.
Methods: A randomized, controlled, assessor blinded trial in outpatient with first stroke, that were divided into two groups: mirror and sham. They completed a protocol of six week mirror therapy or sham therapy for 30 minutes 3 times a week, in addition to standard occupational therapy program.
Outcome parameters: Fugl Meyer Assessment for upper extremity and Functional Independence Measure (FIM).
Results: Eighteen patients (mean age 53,9 yo), all within 6 months post stroke were enrolled. Fugl Meyer score increased in both group after three weeks and six weeks intervention (p<0,001), FIM score increased only in the first three weeks. The Fugl Meyer mean score improved more in the mirror group than in the sham group (by mean 20,5 vs. 13,75), but statistically not significant.
Conclusions: Mirror therapy could enhances hand motor recovery in subacute stroke patient. Due to limited sample, further study is needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Laurentika
"ABSTRAK
Latar Belakang. Infeksi HIV masih merupakan masalah kesehatan mayor baik di dunia maupun Indonesia. Sejak dimulainya terapi antiretroviral (ARV), terdapat pergeseran penyebab morbiditas dan mortalitas pasien HIV. Pasien HIV berisiko lebih tinggi mengalami cardiac event melalui berbagai mekanisme. Penilaian risiko kardiovaskular dan faktor-faktor yang memengaruhinya penting untuk dilakukan terhadap semua pasien HIV.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi risiko kardiovaskular pasien HIV dalam terapi ARV, perbedaan karakteristik klinis antara pasien risiko kardiovaskular tinggi dan rendah, serta hubungan lama penggunaan ARV, kepatuhan minum obat, hitung limfosit T CD4 nadir, serta perubahan indeks massa tubuh (IMT) terhadap risiko kardiovaskular.
Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang melibatkan pasien HIV dalam terapi ARV minimal 6 bulan. Setiap pasien yang masuk penelitian dicatat data demografis, riwayat penyakit, pengobatan, dan kebiasaan serta dilakukan pengukuran antropometri. Pasien kemudian diminta datang kembali untuk pemeriksaan profil lipid. Risiko kardiovaskular dihitung dengan D:A:D risk scores dan dituangkan dalam bentuk persentase. Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji T atau Mann-Whitney untuk data numerik, dan Chi-square untuk data kategorik.
Hasil. Terdapat 186 subjek penelitian yang dimasukkan ke dalam analisis. Proporsi subjek penelitian dengan risiko kadiovaskular tinggi adalah 14,52%. Seluruh subjek yang termasuk ke dalam kelompok risiko tinggi adalah laki-laki dengan usia yang relatif muda. Dislipidemia dan obesitas sentral lazim terjadi pada kelompok risiko tinggi. Terdapat perbedaan bermakna antara hitung limfosit T CD4 nadir dan riwayat putus obat antara subjek risiko tinggi dan rendah (OR:7,072,IK 95%: 0,92-54,006, p:0,032 dan OR: 3,364, IK 95%: 1,458-7,784, p: 0,003. Selain itu, terdapat perbedaan bermakna median lama penggunaan ARV dan rerata delta IMT antara kelompok risiko tinggi dan rendah (p:0,002 dan p: 0,018).
Kesimpulan. Proporsi pasien HIV dengan risiko kardiovaskular tinggi pada penelitian ini sebesar 14,5%. Terdapat beberapa perbedaan bermakna dalam hal hitung limfosit T CD4 nadir, riwayat putus ARV, lama penggunaan ARV dan delta IMT antara subjek dengan risiko kardiovaskular tinggi dan rendah

ABSTRACT
Background. Human immunodeficienncy virus (HIV) infection remains a major health problem worldwide. Ever since the discovery ov antiretroviral (ARV), there are shift in causes of morbidity and mortality among HIV patients. Patients with HIV are at greater risk to cardiac event due to different mechanisms. Cardiovascular risk assessment and the associated factors are indispensible to do for all HIV patients.
Objective. This study aims to predict cardiovascular risk among HIV patients on ARV therapy, to investigate clinical characteristic differences between high risk and low risk group, and to examine the relationship of , nadir limfosit T CD4count, compliance, duration of ARV, and body mass index (BMI) changes toward cardiovascular risk.
Method. This study was a cross sectional study involving HIV patient on ARV therapy for at least 6 months. Demographic data, history of illness, therapy, and habit were taken from each patients. Antropometry measurement was also conducted and blood drawing for lipid profile test was performed in the next appointment. Cardiovascular risk was assessed using D:A:D risk score and the proportion was presented in percentage. Hipothesis tests were performed using T test or Mann-Whitney test for numerical data and x2 test for categorical data.
Results. There were 186 subjects included in the analysis. Proportion of subjects with high cardiovascular risk was 14.52%. All subjects with high cardiovascular risk was male with relatively young age. Dyslipidemia and central obesity were very common among patints in high risk group. There were significant difference in proportion of patients with nadir limfosit T CD4 count <200 cell/mm3 and history of bad compliance between high and low risk group (OR:7,072, 95% CI: 0,92-54,006, p:0,032; OR: 3,364,95% CI: 1,458-7,784, p: 0,003, respectively). Furthermore, there was also significant differences between median duration of ARV use and mean of IMT changes between two groups (p:0,002 dan p: 0,018).
Conclusion. Proportion of HIV patients with high cardiovascular risk in this study was 14.5%. There were significant differences regarding nadir limfosit T CD4 count, history of compliance, duration of ARV use, and IMT changes between subjects with high and low cardiovascular risk."
2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Peripheral and cerebrovascular Intervention draws upon experts from diverse fields to provide readers with a comprehensive foundation for understanding and performing endovascular procedures, from the basic steps to the most current and advanced techniques. Individual chapters focus on primary intervention sites, including lower extremity, renal/mesenteric, subclavian/upper extremity, carotid/vertebral, intracranial and venous interventions. Additionally, chapters covering critical limb ischemia and abdominal and thoracic aortic aneurysms are included. Incorporating valuable clinical information, such as indications, contraindications, complications and discussions of surgical techniques and procedures."
New York: Springer, 2012
e20426412
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>