Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jimmy Panji Wirawan
Abstrak :
Tujuan: Penelitian ini bertujuan membandingkan kejadian retensio pada pasien kanker serviks yang menjalani histerektomi radikal dengan dan tanpa teknik nerve sparing Metode: Pasien kanker serviks stadium IB-IIA yang menjalani prosedur histerektomi radikal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo periode Juni 2011 hingga Mei 2012 masuk sebagai subjek penelitian. Kelompok terbagi menjadi kelompok dengan dan tanpa teknik nerve sparing. Pencatatan morbiditas intraoperatif serta analisa residu urin serta kejadian retensio urin pascaoperasi menjadi keluaran penelitian. Analisis statistik menggunakan uji Fisher, Chi-Square dan uji T tidak berpasangan. Hasil: Sebanyak 39 pasien kanker serviks menjalani prosedur histerektomi radikal dalam periode penelitian. Dari sejumlah tersebut, hanya 26 pasien yang dapat dianalisa. Tujuh belas subjek dengan teknik nerve sparing dan sembilan subjek tanpa nerve sparing. Tidak ada perbedaan karakteristik pasien dalam hal jenis histopatologi maupun stadium kanker serviks. Morbiditas intraoperatif tidak berbeda antar kelompok dari segi: lama operasi (307 menit VS 300 menit, p 0.76), jumlah perdarahan (1340 ml VS 1044 ml, p 0.41) serta komplikasi intraoperatif (p 1.00). Meskipun tidak berbeda secara statistik, terdapat kecenderungan nilai volume miksi lebih banyak pada kelompok dengan nerve sparing satu bulan pascaoperasi. Volume residu urin pada satu bulan pascaoperasi lebih sedikit pada kelompok dengan nerve sparing (78 ml VS 310 ml, p 0.03). Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna volume residu urin satu bulan pasca operasi antara kelompok dengan dan tanpa nerve sparing.
Objectives: To describe the efficacy of nerve sparing during radical hysterectomy technique in reducing post operative urinary retention in our institution. Methods: Cervical cancer patients stage IB-IIA whom underwent radical hysterectomy procedure at Cipto Mangunkusumo Hosptal from June 2011 till May 2012 were considered into the study. Study group was divided into group with and without nerve sparing technique. Intraoperative morbidity, residual urine volume and incidence of urinary retention were our outcomes. We used Fisher test, Chi Square test and Independent sample T Test for statistical analysis. Results: A total of 39 patients underwent radical hysterectomy procedure during the time period. From there, as much as 26 patients were available for analysis with 17 subjects underwent nerve sparing and 9 subjects without nerve sparing. No difference found between study group in terms of histopathology and stadium. Intraoperative morbidity such as length of operation (307 min VS 300 min, p value 0.76), bleeding (1340 mL VS 1044 mL, p value 0.41) and intraoperative complication did not differ between groups (p value 1.00).Though not statistically significant, there is a tendency of higher micturition volume in nerve sparing group at day 30th postoperative. Residual urine volume at one month postoperative was lower in nerve sparing group (78 ml VS 310 ml, p value 0.03). Conclusion: Difference in residual urine volume one month postoperative was found between group with and without nerve sparing technique.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T33201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Triharini
Abstrak :
ABSTRAK
Pasien kanker serviks yang mendapatkan kemoterapi akan mengalami masalah secara fisik maupun psikologis. Keluhan fisik seperti mual, muntah dan lemah lesu serta respon psikologis seperti kecemasan dan depresi dapat dikurangi dengan memberikan paket edukasi tentang perawatan diri selama di rumah. Di ruang kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya telah dikembangkan paket edukasi yang berisi tentang pengaturan nutrisi, aktivitas, aspek psikologis dan latihan relaksasi otot progresif yang diberikan pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui hubungan paket edukasi dengan keluhan fisik dan psikologis pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini menggunkan desain cross sectional. Metode sampling yang digunakan adalah total populasi. Sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi sejumlah 25 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data analisis dengan menggunakan uji T dan chi-squere. Hasil menunjukan adanya perbedaan yang bemakna tingkat keluhan mual muntah, lemah lesu dan respon psikologis pada responden sebelum dan sesudah intervensi (p<0,05). Hasil analisis hubungan karakteristik responden dengan keluhan didapatkan hasil ada hubungan antara umur dengan kecemasan (P=0,032), ada hubungan antara status bekerja dengan kecemasan (P=0,003) dan ada hubungan antara frekuensi kemoterapi dengan lemah lesu (P=0,015). Implikasi dari hasil penelitian ini adalah dapat dikembangkannya paket edukasi sebagai bagian dari asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi untuk menurunkan keluhan fisik dan psikologis sehingga memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
ABSTRACT
In general cervical cancer patient who undergo chemotherapy will experience physical and psychological symptoms. Physical symptoms such as nausea, vomiting, and fatigue; and psychological symptoms such as anxiety and depression can be minimized by giving them education package on how implement self-care at home. In the obstetric-gynecologic ward Dr. Soetomo hospital, education package on nutrition, physical exercise, psychological aspect and progressive muscle relaxation exercise had been established for cervical cancer patient who undergone chemotherapy. The purpose of this study is to examine the relationship between education package given to the cervical cancer patient with the physical and psychological symptoms on cervical cancer who undergone chemotherapy. This study was using cross sectional design with total population sampling method. 25 samples were recruited based on the inclusion criteria using structured questionnaire. T-test and chi-square were used to analyze the data. The findings shows that there is a significant different on nausea, vomiting & fatigue symptoms and psychological symptoms before and after intervention (p<0,05). The other findings show that there was a relationship between respondent characteristics and symptoms: aged and level of anxiety (P=0.032); work status & anxiety (P=0.003); and chemotherapy frequency & fatigue (P=0.015). The implication of this study was that education package is part of the nursing care of cervical cancer patient who undergone chemotherapy which can minimize physical & psychological symptoms and improve patient’s quality of life.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiyyah Mutsla
Abstrak :
Adanya transisi epidemiologi menjadikan penyakit tidak menular menjadi masalah baru di dunia kesehatan. Kanker leher rahim merupakan salah satunya. Penelitian Globocan tahun 2008 mengungkapkan bahwa kanker leher rahim merupakan kanker kedua penyebab lebih dari 80% kematian pada perempuan yang hidup di negara-negara berkembang. Di Indonesia dilaporkan terdapat 15.000 kasus baru kanker leher rahim pada tiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder di bagian rekam medis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan desain studi kasus kontrol dan sampel sebanyak 100 orang masing-masing pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Faktor-faktor yang diidentifikasi dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim adalah umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, dan paritas. Diketahui bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 adalah paritas ≥3 anak (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 - 184,67) dan berhubungan seksual pertama kali pada usia <16 tahun (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81). Untuk mengurangi kejadian kanker leher rahim diharapkan bagi instansi terkait dapat lebih mengutamakan upaya pelayanan promotif dan preventif dengan meningkatkan cakupan pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dan penyuluhan kesehatan mengenai kanker leher rahim yang lebih massal sehingga dapat mencapai semua lapisan masyarakat.
Transition of epidemiology has made a non-communicable diseases becoming the new health problems in the world. Cervical cancer is one of the problems. Globocan study in 2008 have shown that cervical cancer is the second most common cancer that leading causes more than 80% of deaths in women living in developing countries. In Indonesia there are 15.000 new cases of cervical cancer reported each year. The purpose of this study is to know the prevalence of cervical cancer itself and risk factors that associated with cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, 2012. The research was conducted by taking secondary data on the medical record of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta with case-control study and the sample size is 100 subjects in the case group and control group, respectively. Factors that have been identified to increase the risk of cervical cancer are age, education level, employment status, age at first sexual intercourse, number of sexual partners, and parity. It is known that the most dominant factors that affecting the incidence of cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta in 2012 are high parity (≥3) (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 – 184,67) and first sexual intercourse at age <16 years (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81). To reduce the incidence of cervical cancer the related agencies are expected to be more emphasis on promotive and preventive programs to improve the coverage of early detection of cervical cancer and health education about cervical cancer to be more mass so it can reach to all levels of society.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library