Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Viviana Kusuma Dewi
"Perkembangan otak yang signifikan terjadi hingga usia 5 tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan ini adalah nutrisi, yang dapat digambarkan dengan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan perkembangan pada usia lima tahun pertama. Penelitian potong lintang ini dilaksanakan di Pancoran Mas, Depok pada tahun 2018 dan Kampung Garungsang dan Kampung Tapos, Bogor pada tahun 2019. Status gizi diukur dengan antropometri dan perkembangan dinilai dengan KPSP. Dari 50 subjek penelitian, 26% anak masing-masing memiliki status gizi berat badan/umur (BB/U) dan tinggi badan/umur (TB/U) yang tidak normal, dan 22% anak dengan tinggi badan/berat badan (TB/BB) yang tidak normal. Lebih dari 60% anak dengan gangguan gizi memiliki perkembangan yang meragukan atau kurang. Sebaliknya, lebih dari 70% anak dengan status gizi normal memiliki perkembangan yang sesuai. Parameter BB/U dan BB/TB berhubungan dengan perkembangan (p = 0.001; p = 0.006), namun tidak TB/U. Faktor lainnya yang berhubungan dengan perkembangan adalah kelompok usia, berat badan lahir, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pengasuh (p < 0.05). Perkembangan anak perlu dipantau secara berkala dengan memperhatikan kecukupan gizi, kesehatan prenatal, dan pengasuhan ibu yang baik untuk perkembangan otak yang optimal.
......Major neurodevelopment happens until the age of 5. One of the factors that influence neurodevelopment is nutrition, which can be depicted by nutritional status. This research is to find the association between nutritional status and neurodevelopment in the first five years of age. This cross-sectional research was conducted in Pancoran Mas, Depok in 2018 and Kampung Garungsang and Kampung Tapos, Bogor in 2019. Nutritional status was assessed by anthropometry and neurodevelopment was evaluated using KPSP. Of 50 subjects, there were each 26% of children with abnormal weight for age and abnormal height for age, and 22% of children with abnormal weight for height. More than 60% of undernourished children had poor or questioned neurodevelopment. In contrast, more than 70% of children with normal nutritional status had proper neurodevelopment. Weight for age and weight for height had significant association with neurodevelopment (p = 0.001; p = 0.006), but not height for age. Other factors that were associated with neurodevelopment were age group, birth weight, health check-up, and primary caregiver (p < 0.05). Child development should be monitored regularly and good nutrition, prenatal health, and maternal care should be taken into account for optimal neurodevelopment"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Della Patrisia Pramesti
"Latar Belakang: Prevalensi stunting di Provinsi DKI Jakarta dan beberapa kabupaten/kota di dalamnya masih berada di atas 20 berdasarkan beberapa riset berbeda di tahun 2013, 2015, dan 2016. Stunting masih menjadi masalah gizi di wilayah tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita 6-59 bulan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2016.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional ini menggunakan data sekunder yaitu data Pemantauan Status Gizi 2016. Penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 1562 balita untuk menganalisis 10 faktor risiko stunting.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting dalam penelitian ini sebesar 21.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian stunting diantaranya adalah usia balita POR = 1.62, 95 CI = 1.23-2.12, jumlah balita dalam rumah tangga POR = 3.24, 95 CI = 1.08-9.71 , dan pendidikan ibu POR = 1.52, 95 CI = 1.18-1.95.
Kesimpulan: Prevalensi stunting di Provinsi DKI Jakarta dalam penelitian ini masih diatas 20 dan hanya ada tiga faktor risiko yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan kejadian stunting.
......Background: The prevalence of stunting in DKI Jakarta Province and some districts were still above 20 based on different researches in 2013, 2015, and 2016. Stunting was still a nutritional problem in the region.
Objective: This study aimed to determine the factors that associated with stunting among children aged 6 59 months in DKI Jakarta Province 2016.
Methods: This quantitative research with cross sectional study design used secondary data, Pemantauan Status Gizi 2016. This research used 1562 children under five years as samples to analyze the 10 risk factors of stunting.
Results: This study showed that the prevalence of stunting in this study was 21.1. The analysis result showed that significant factors related to stunting were child rsquo s age POR 1.62, 95 CI 1.23 2.12, number of children under five years in household POR 3.24, 95 CI 1.08 9.71, and mothers education POR 1.52, 95 CI 1.18 1.95.
Conclusion: The prevalence of stunting in DKI Jakarta Province in this study is still above 20 and there are only three risk factors that have statistically significant association with stunting."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khanifah
"Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi buruk pada anak-anak di Indonesia. Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi pada baduta di Indonesia yaitu sebesar 32,5. Selain masalah stunting, tingkat pemberian ASI eksklusif di Kalimantan Barat juga masih rendah. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu kebijakan dari penanggulangan stunting baik nasional maupun global.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada baduta di Kalimantan Barat setelah dikontrol dengan variabel confounding dan memperhitungkan interaksi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 366 baduta umur 6-23 bulan yang berstatus anak kandung dan masih mempunyai ibu. Desain studi penelitian ini adalah cross-sectional dengan analisis multivariat regresi logistik ganda menggunakan data PSG Provinsi Kalbar tahun 2016.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada baduta setelah diuji interaksi dan dikontrol oleh variabel confounding OR = 1,38; 95 CI : 0,477 ndash; 3,983. Hasil dari interaksi menunjukkan pada baduta yang tidak diberikan ASI eksklusif dari ibu bekerja berisiko 4,27 kali untuk badutanya menjadi stunting 95 CI : 1,55 ndash; 13,06. Saran kepada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif karena bermanfaat untuk bayi dan bagi ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif dapat mengoptimalkan pemberian MP-ASI yang berkualitas untuk mencegah stunting.
......Stunting is still one of malnutritions problem in children in Indonesia. West Kalimantan Province is the highest prevalence of stunting in under two children in Indonesia, which is 32.5. In addition to the stunting problem, the exclusive breastfeeding rate in West Kalimantan is still low. Exclusive breastfeeding for 6 months is one form of policies of national and global stunting countermeasures.
This study aimed to determine the relationship between exclusive breastfeeding status and stunting among under two children in West Kalimantan after being controlled with the variables from children and mother factors and also considering the interaction of variables. The sample is made up of 366 children aged 6 23 months who have had mothers. The design of this study was cross sectional with multivariate analysis of binary logistic regression using Nutrition Status Monitoring data of West Kalimantan in 2016.
The results of this study showed that exclusive breastfeeding was not related significantly to the stunting OR 1.3 95 CI 0,776 2,338. Interaction analysis showed that infants who were not exclusively breastfed from working mother more likely to be stunted than those from non working mother OR 4,27 95 CI 1,55-13,06. The recommendations for mother should remain exclusively breastfeeding for her children considering about its benefit and for working mother who can not exclusively breastfeed should optimize the qualities of complementary feeding practice as prevention from stunting."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Kharisa Aurora
"Diperkirakan diseluruh dunia sebanyak 21,3% atau 144 juta anak bawah lima tahun (balita) hidup dalam keadaan stunted. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menemukan sebanyak 28% anak balita di Provinsi Bengkulu mengalami stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Provinsi Bengkulu pada tahun 2018. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018. Penelitian dengan desain potong lintang ini menemukan prevalensi kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Provinsi Bengkulu adalah sebesar 25,3%. Pekerjaan ibu (PR: 2,26; 95% CI: 1,39-3,68), tinggi badan ibu (PR: 1,78; 95% CI: 1,27-2,51), umur anak (PR: 1,83 95% CI: 1,09-3,08), dan tempat tinggal (PR: 2,26; 95% CI:1,46-3,5) ditemukan berhubungan secara signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Provinsi Bengkulu. Tempat tinggal ditemukan menjadi confounder dalam hubungan antara panjang badan lahir dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Provinsi Bengkulu. Meningkatkan awareness masyarakat luas terhadap isu stunting, kerjasama lintas sektor dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting, serta pelaksanaan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan memberikan perhatian lebih pada kelompok-kelompok berisiko dapat mencegah dan menanggulangi stunting pada anak balita.
......It is estimated that around the world as many as 21.3% or 144 million children under five years (toddlers) live in stunted condition. The 2018 Basic Health Research (Riskesdas) found that 28% of children under five in Bengkulu Province were stunted. This study aims to determine the factors associated with stunting in children aged 12-59 months in Bengkulu Province in 2018. The data in this study are secondary data from Riskesdas 2018. This cross-sectional study found the prevalence of stunting in children aged 12-59 months in Bengkulu Province is 25.3%. Mother's occupation (PR: 2,26; 95% CI: 1,39-3,68), mother's height (PR: 1,78; 95% CI: 1,27-2,51), child’s age (PR: 1,83; 95% CI: 1,09-3,08) and place of residence (PR: 2,26; 95% CI:1,46-3,5) was found to be significantly associated with stunting in children aged 12-59 months in Bengkulu Province. Place of residence was found to be a confounder in the relationship between birth length and stunting in children aged 12-59 months in Bengkulu Province. Increasing public awareness of stunting, multisectoral cooperation in preventing and handling stunting, as well as Maternal and Child Health (MCH) services implementation by paying more attention to risk groups can prevent and overcome stunting in children under five."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Firna
"Stunting adalah kondisi gagal tumbuh baik secara fisik maupun kognitif karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Anak stunting tidak akan mencapai pertumbuhan tinggi badan dan perkembangan kognitif optimal. Stunting di Provinsi Sulawesi Barat (33,8%) menempati urutan kedua tertinggi setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan di Provinsi Sulawesi Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan 552 sampel yang diperoleh dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021. Variabel independen meliputi faktor anak, faktor orang tua, dan faktor lingkungan. Analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat dan multivariat menggunakan regresi logistik ganda model determinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi stunting pada anak usia 6-23 bulan sebesar 31,9%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah usia anak (OR=1,802), berat badan lahir (OR=3,08), dan panjang badan lahir (OR=2,283). Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah berat badan lahir. Anak yang memiliki riwayat BBLR berisiko 2,6 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat BBLR setelah dikontrol variabel usia anak, panjang badan lahir, dan status menyusui.
......Stunting is a condition of failure to thrive both physically and cognitively due to chronic malnutrition and repeated infections. Children with stunting will not achieve optimal height growth and cognitive development. Stunting in West Sulawesi (33,8%) is the second highest after East Nusa Tenggara Province. This study aims to analyze the risk factors of stunting in children aged 6-23 months in West Sulawesi Province. The research design used was cross sectional with 552 samples obtained from total sampling based on inclusion and exclusion criteria. The data used is Indonesian Nutrition Status Survey 2021. The independent variables included child factors, parental factors, and environmental factors. Bivariate analysis used chi-squared test and multivariate used multiple logistic regression as the determinant model. The results showed that the proportion of stunting in children 6-23 months was 31,9%. Bivariate analysis showed that the variables associated with the incidence of stunting were child’s age (OR=1,802), birth weight (OR=3,08), and birth length (OR=2,283). Multivariate analysis showed that the dominant factor associated with stunting was birth weight. Children with a history of LBW are at risk of stunting 2.6 times higher than those without a history of LBW after being controlled by child’s age, birth length, and breastfeeding status.="
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnaen
"Stunting merupakan suatu keadaan pendek badan (kerdil) yang terjadi pada anak jika dibandingkan dengan kelompok umur. Anak mengalami stunting jika tinggi badan yang dimiliki minus dua (pendek) atau minus tiga (sangat pendek) dari standar deviasi yang ditentukan WHO. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa stunting tidak hanya terjadi semata karena hanya faktor kesehatan, namun lebih dari itu, stunting terjadi karena berbagai penyebab yang saling berkaitan yang berasal dari berbagai sektor multidimensional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh DAK bidang kesehatan terhadap penurunan stunting di Indonesia dengan membangun model stunting berdasarkan pendekatan literature yang dilakukan. Jika dapat dibuktikan bahwa DAK bidang kesehatan berpengaruh terhadap banyaknya ibu hamil yang mengkonsumsi TTD, dan banyaknya ibu hamil yang mengkonsumsi TTD berpengaruh menurunkan stunting, maka dapat disimpulkan bahwa DAK bidang kesehatan berpengaruh terhadap penurunan stunting di Indonesia. Model recursive digunakan untuk menguji model tersebut. Estimasi modelnya mengunakan metode Two-Stage Least Square (2SLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAK bidang kesehatan tidak berdampak terhadap peningkatan banyaknya ibu hamil yang mengonsumsi TTD. Sementara, banyaknya ibu hamil yang mengonsumsi TTD berdampak terhadap penurunan stunting secara signifikan. Dengan demikian, DAK bidang Kesehatan tidak berdampak terhadap penurunan kasus stunting di Indonesia. Lebih lanjut, beberapa variabel kontrol seperti ibu melahirkan di bidan, ibu berpendidikan SD, ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, dan rumah tangga yang mengonsumsi air minum yang terlindungi berpengaruh secara signifikan terhadap kenaikan/penurunan stunting. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut: (i) Faktor-faktor penyebab stunting dari aspek immediate Causes dan underlying causes seperti bayi lahir premature, berat badan lahir rendah, penyakit infeksi, durasi ASI, usia ibu, interval kehamilan, vaksinisasi bayi dan aspek layanan kesehatan tidak dikaji sepenuhnya karena keterbatasan data dan fokus studi utamanya pada aspek sosioekonomi. (ii) Faktor-faktor yang dapat mengintervensi stunting dari sisi lain kebijakan DAK bidang Kesehatan belum sepenuhnya diteliti seperti aspek JAMPERSAL, perbaikan infrastruktur puskesmas dan posyandu, dan (iii) Data-data yang mewakili variabel seperti pendapatan masih sangat makro dan tidak mengestimasi pendapatan individu secara menyeluruh.
......Stunting is a condition of stunting that occurs in children when compared to the age group. Children are stunted if their height is minus two (short) or minus three (very short) from the standard deviation determined by WHO. Based on previous research, it is known that stunting does not only occur due to health factors, but more than that, stunting occurs due to various interrelated causes from various multidimensional sectors. This study aims to examine the effect of DAK in the health sector on stunting reduction in Indonesia by building a stunting model based on the literature approach taken. If it can be proven that DAK in the health sector affects the number of pregnant women who consume iron tablets, and the number of pregnant women who consume iron tablets has an effect on reducing stunting, it can be concluded that DAK in the health sector has an effect on reducing stunting in Indonesia. The recursive model is used to test the model. Estimation of the model using the Two Stage Least Square (2SLS) method. The results showed that DAK in the health sector had no impact on the increase in the number of pregnant women who consumed iron tablets. Meanwhile, the number of pregnant women who consumed iron tablets had a significant impact on reducing stunting. Thus, DAK in the Health sector has no impact on reducing stunting cases in Indonesia. Furthermore, several control variables, such as mothers birth at midwives, mothers with low educated, mothers who do not exclusively breastfeed, and households consuming protected drinking water have a significant effect on the increase/decrease in stunting. The limitations of this study are as follows: (i) The factors that cause stunting from the immediate causes and underlying causes such as premature birth, low birth weight, infectious diseases, duration of breastfeeding, maternal age, pregnancy interval, infant vaccination and service aspects health was not fully studied because of limited data and the focus of the study was mainly on socioeconomic aspects. (ii) The factors that can intervene in stunting from the other side of the DAK policy in the health sector have not been fully researched, such as the JAMPERSAL aspect, improvements to the infrastructure of puskesmas and posyandu, and (iii) Data representing variables such as income is still very macro and does not estimate individual income overall."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Abdul Rozaq
"Permasalahan stunting di Kabupaten Kebumen merupakan isu yang saat ini menjadi program prioritas bagi Pemerintah Kabupaten Kebumen. Tingginya prevalensi stunting di Kabupaten Kebumen menjadikan Kabupaten Kebumen sebagai salah satu dari 100 Kabupaten/Kota Prioritas Penanganan Stunting di Indonesia. Terdapat empat permasalahan yang menjadi penyebab tingginya stunting di Kabupaten Kebumen, yaitu: terdapat beberapa desa lokus dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi, tingkat kemiskinan Kabupaten Kebumen yang tinggi, cakupan pelayanan air minum layak belum optimal, dan rendahnya kesadaran masyarakat akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan kecukupan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam menangani masalah stunting tahun 2020. Teori utama yang digunakan adalah teori strategi dan manajemen strategis. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Kebumen sudah menerapkan strategi dalam menangani masalah stunting tahun 2020 walaupun dalam pelaksanaan program di lapangan terdapat hambatan yaitu dengan adanya COVID-19. Strategi penanganan stunting di Kabupaten Kebumen didasarkan pada 4 tipe strategi yaitu corporate strategy, program strategy, resource support strategy, dan institutional strategy
......The problem of stunting in Kebumen Regency is an issue that is currently a priority program for the Kebumen Regency Government. The high prevalence of stunting in Kebumen Regency makes Kebumen Regency one of the 100 Priority Regencies/Cities for Handling Stunting in Indonesia. There are four problems that cause high stunting in Kebumen Regency, namely: there are several loci villages with a fairly high prevalence of stunting, high poverty rates in Kebumen Regency, inadequate drinking water service coverage, and low public awareness of Clean and Healthy Life Behavior (PHBS) and nutritional adequacy. This study aims to analyze the strategy of the Kebumen Regency Government in dealing with the stunting problem in 2020. The main theories used are strategy theory and strategic management. This thesis uses a qualitative method, with the type of descriptive research. Data was collected by means of in-depth interviews and literature study. The results of the study show that the Kebumen Regency Government has implemented a strategy in dealing with the stunting problem in 2020 even though in the implementation of the program in the field there are obstacles, namely the presence of COVID-19. The stunting management strategy in Kebumen Regency is based on 4 types of strategies, namely corporate strategy, program strategy, resource support strategy, and institutional strategy."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasarus Atamou
"Stunting merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian semua negara di dunia bahkan pada desa lokus stunting di indonesia khususnya di propinsi tertinggi kejadian stunting Nusa Tenggara Timur yang belum pernah diteliti. Penelitian cross sectional dilakukan untuk mengetahui hubungan determinan stunting dengan kejadian stunting di desa lokusstunting. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 166 ibu balita yang dipilih melalui metode proportional random sampling pada empat desa lokus stunting. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Ditribusi frekuensi digunakan untuk melihat hasil univariat setiap variabel yang diteliti. Uji Chi Square digunakan untuk melihat analisis bivariat dan menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu (p=0,033), pola asuh ibu (p=0,016), pendapatan orang tua (p=0,025), pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=0,022), rumah tangga sanitasi (p=0,025), jenis kelamin (p=0,036), jarak kelahiran (p=0,000) dan riwayat penyakit infeksi (p=0,025) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan kejadian stunting di desa lokus stunting adalah pengetahuan ibu (p=0,000 OR 35,167; CI 95% 6,064-295,438). Pemberian asuhan keperawatan pada komunitas balita stunting sebagai populasi rentan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting sehingga peningkatan pengetahuan dapat berdampak pada pemahaman stunting pada balita dan menurunkan angka kejadianstuntingdi desa lokus stunting
......Stunting is a health problem that is of concern to all countries in the world, even in the village of stunting locus in Indonesia, especially in the province with the highest incidence of stunting in East Nusa Tenggara which has never been studied. A cross sectional study was conducted to determine the relationship between the determinants of stunting and the incidence of stunting in the stunting locus village. The number of samples in this study were 166 mothers of children under five who were selected through the proportional random sampling method in four stunting loci villages. The instrument used is a questionnaire that has been tested for validity and reliability. Frequency distribution is used to see the univariate results of each variable studied. Chi Square test was used to see bivariate analysis and showed that there was a relationship between mother's knowledge (p=0.033), mother's parenting pattern (p=0.016), parents' income (p=0.025), utilization of health services (p=0.022), household sanitation (p=0.025), gender (p=0.036), birth spacing (p=0.000) and history of infectious disease (p=0.025) with stunting. The results of multivariate analysis using multiple logistic regression showed that the factor most related to the incidence of stunting in the stunting locus village was maternal knowledge (p = 0.000 OR 35.167; 95% CI 6,064-295,438). The provision of nursing care to the stunting toddler community as a vulnerable population can be done by increasing mother's knowledge about stunting so that increased knowledge can have an impact on understanding stunting in toddlers and reduce the incidence of stunting in the stunting locus village."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyifa Szami Ilman
"ABSTRAK
Diluar kenyataan bahwa kesehatan menjadi salah satu aspek esensial dalam pembangunan manusia, capaian yang diraih Pemerintah Indonesia di bidang kesehatan masih cukup tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangganya Schutte et al., 2017. Apabila ditelusuri lebih lanjut, Indonesia ternyata juga memiliki performa buruk dalam permasalahan malnutrisi, dimana kasus stunting di Indonesia adalah yang tertinggi ke-5 di dunia WHO, 2013 dengan prevalensi balita stunting sebesar 37,2 Riskesdas, 2013. Disisi lain, belanja kesehatan secara umum telah mengalami peningkatan yang signifikan, terutama setelah diberlakukannya Desentralisasi Fiskal dan Mandatory Spending pada UU Kesehatan No.36/2009. Studi ini ingin mengukur tingkat efisiensi performa belanja kesehatan dan dampaknya dalam pengurangan stunting di tingkat kota/kabupaten di Indonesia. Menggunakan Stochastic Frontier Analysis, studi ini mengestimasi inefisiensi teknis yang terjadi karena kegagalan pemerintah dalam melakukan performa optimum dalam pengurangan stunting. Temuan awal studi ini menemukan bahwa terdapat kehilangan efisiensi sebesar 16 dalam performa belanja kesehatan untuk pengurangan stunting di pemerintah daerah di Indonesia, Studi juga menunjukkan bahwa belanja modal dan belanja barang, bersamaan dengan derajat desentralisasi merupakan faktor yang signifikan memengaruhi tingkat efisiensi kinerja pemerintahan. Dari perspektif regional, studi menemukan bahwa daerah di Kepulauan Maluku memiliki tingkat efisiensi yang paling rendah secara rata-rata.

ABSTRACT
Despite health being one of the most important aspects of human capital, Indonesia rsquo s performance in health related aspects lags behind compared to its neighboring countries Schutte et al., 2017. In this aspect, it is found that Indonesia also performed poorly on malnutrition problem, especially stunting cases 37.2 toddlers with stunting prevalence Riskesdas 2013 ndash 5th highest stunting prevalence in the World, WHO 2013. On the other hand, overall health expenditure has significantly increased since the implementation of Fiscal Decentralization Act and Mandatory Spending on Health Act. This study wants to measure the efficiency of health expenditure performance and its impact on reducing stunting prevalence at the regional level in Indonesia. Using Stochastic Frontier Analysis, the study estimated technical inefficiency due to failure in conducting optimum effort on stunting reduction. The preliminary result found that regional government in Indonesia has loss 16 efficiency in health expenditure with respect to stunting reduction. The study also shows that capital and goods expenditure, along with the degree of decentralization are significant efficiency factors that influence government performance. From the regional perspective, it is found that regions in Maluku Islands are the lowest on efficient performance in average."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Handayani
"Stunting merupakan permasalahan serius yang dapat memberikan dampak jangka panjang kepada balita. Stunting pada anak adalah salah satu hambatan paling signifikan bagi perkembangan manusia, secara global mempengaruhi sekitar 162 juta anak di bawah usia 5 tahun. Saat ini provinsi Jawa Barat berada dalam kategori tinggi dalam permasalahan stunting. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, prevalensi bayi stunting di Kota Depok sebesar 23.8%. Di wilayah Puskesmas Depok Jaya masih terdapat bayi stunting dan gizi buruk. Berdasarkan data Bulan Penimbangan Balita (BPB) pada Februari 2022, ada sebanyak 34 balita stunting di Kelurahan Depok Jaya. Data ini menunjukkan angka yang lumayan tinggi untuk kasus stunting tingkat kelurahan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan evaluasi mengenai pelaksanaan strategi promosi kesehatan dalam penanganan stunting pada masa pandemi berdasarkan sudut pandang penerima program yakni ibu balita stunting. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan wawancara mendalam kepada 3 ibu balita stunting sebagai informan utama, 3 kader sebagai informan pendukung, dan 1 ahli gizi selaku penanggung jawab program sebagai informan kunci. Kerangka konsep yang digunakan ialah Logic Model untuk melihat berbagai aspek, mulai dari sumber daya yang digunakan, proses keberlangsungannya, hasil, sampai dampak jangka panjang dari program. Hasil yang didapatkan dari sisi input, pengelola program sudah diterima dengan baik oleh ibu balita stunting, serta kebijakan pemerintah belum dipahami. Dari sisi aktivitas, program sudah tersampaikan dengan baik melalui kader dan WhatsApp, dukungan sosial juga sudah diberikan dengan baik, tetapi intervensi dan pemberdayaan belum berjalan maksimal. Dari sisi output, seluruh balita yang terdata stunting sudah mendapatkan penanganan serta ibu balita stunting sudah mendapatkan dukungan sosial yang baik, tetapi intervensi belum berjalan maksimal. Dari sisi outcome, terdapat peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku positif ibu balita stunting terkait penanganan stunting pada anaknya, tetapi masih ada ibu balita stunting yang merasa tidak penting akan hal tersebut. Perlu adanya rencana rutin untuk pengadaan intervensi dan pemberdayaan, serta keberlanjutan dari program Ocan Bananas.
......Stunting is a serious problem that can have a long-term impact on under five years children. Child stunting is one of the most significant barriers to human development, affecting an estimated 162 million children under five years. Currently, West Java province is in the high category of stunting problems. Based on Riskesdas 2018, the prevalence of stunting in Depok City was 23.8%. In the Depok Jaya Health Center area, there are still stunted and malnourished babies. Based on data from the Under five years children Weighing Month (BPB) in February 2022, there were 34 stunting under-five years children in Depok Jaya Village. This data shows a high number of stunting cases at the sub-district level. This study aims to obtain an evaluation of the implementation of health promotion strategies in handling stunting during the pandemic based on the perspective of the program recipients, namely mothers of under five years of stunting children. This study used a descriptive qualitative method with in-depth interviews with three mothers of stunting in under five years of children as the primary informants, three cadres as supporting informants, and one nutritionist as the person in charge of the program as key informants. The conceptual framework used was the Logic Model to see various aspects, ranging from the resources used, the process of sustainability, and results, to the long-term impact of the program. The results obtained in terms of input, program managers had been well-received by mothers of under five years stunting children, and government policies had not been understood. In terms of activities, the program had been delivered well through cadres and WhatsApp, and social support had also been provided well, but intervention and empowerment had not run optimally. In terms of output, all under five years children who are recorded as stunting received treatment, and mothers of under five years stunting children had received good social support, but the intervention had not run optimally. In terms of outcomes, there was an increase in knowledge, attitudes, and positive behaviors about mothers of under five years stunting children related to handling stunting in their children. However, there were mothers of under five years stunting children who feel unimportant about this. There needs to be a regular plan for the implementation, both interventions and empowerment, as well as the sustainability of the Ocan Bananas program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>