Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hesdanina Damly
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini meneliti Buku Cerita Bergambar (BCB) anak di RFJ tahun 1970-1990 dilihat dari segi pedagogis dan sosial politis masyarakatnya. Buku-buku yang dipilih yaitu yang mendapat hadiah tahunan dan nominasi Deutscher Jugendbuch--preis (DJP) antara tahun 1970 sampai 1990 dan berjumlah 38 buah.

Penelaahan dalam tesis dilihat dari metode kritik ideologi (dalam perkembangan terakhir teori ini desebut Teori Kritis) yang dikembangkan oleh Malta Dahrendorf. Kritik tersebut berasal dari teori Wissenssoziologie. Teori ini berasal dari Sosiologi Sastra yang terbagi atas dua aliran yaitu aliran Marxistis dan Wissenssoziologi. Karl Mannheim dari aliran Wissenssoziologie berpendapat bahwa suatu konsep akan muncul sebagai ide/ gagasan jika diamati dari dalam dan sebagai ideologi sejauh ia diamati dari luar.

Tujuan kritik ideologi/ teori kritis adalah membuat suatu teks transparan yang berarti bahwa minat, tujuan pengarang harus dibuat menjadi jelas.

Dengan demikian kritik ideologi/ teori kritis berupaya untuk membuka tabir ideologi (ide, gagasan) dalam suatu teks, harus menerangkan motivasi dan penyebab adanya ideologi tersebut.

Harus pula diterangkan mengapa suatu ide dianggap wajar atau tabu.

Untuk mengetahui penyebab dan motivasi tersebut dan untuk lebih mengerti sastra anak dan remaja (SAR) tahun 1970-an maka harus diketahui latar belakang politik dan sosial budaya RFJ tahun 60-an sampai 90-an.

Demonstrasi mahasiswa pada tahun 70-an sangat berperan bagi kesusteraan anak dan remaja pada kurun waktu itu. Bersamaan dengan itu filsafat Kritische Theorie(Teori Kritis) dari aliran Frankfurter Schule yang dikembangkan oleh Horkheimer dan Adorno yang lebih dikenal sebagai aliran Neue Linke (aliran Kiri Baru ) atau Dialektik.

Bertitik tolak dari perdebatan antara golongan Dialektik dan Positivismus (para ahli psikologi sosial) mengenai pendidikan, pada tahun 70-an timbullah dua aliran dalam Kesusasteraan Anak dan Remaja yaitu : 1) aliran yang politis-revolusioner atau disebut juga aliran sosiologis-marxistis dan 2) aliran antiotoriter atau aliran reformeris-emansipatoris.

Da1am tesis ini juga diuraikan apa yang dimaksud dengan buku cerita bergambar (BCB), pembagian jenis (genre), sedikit sejarah perkembangannya, penilaian dan fungsi SAR yang sering berbeda-beda menurut kebutuhan jaman (umpamanya fungsi dan tujuan BCB dalam zaman Nazi berbeda dengan BCB sesudah perang dunia kedua)

Analisis BCB secara tematis dan kritik ideologis terhadap 38 karya--karya pilihan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1) 35% dari BCB yang diteliti dapat dikategorikan ke dalam BCB yang baik menurut kriteria Dahrendorf, Haas dan Freund. Termasuk ke dalam golongan ini yaitu BCB yang termasuk butir 5.2, 5.3 dan 5.4 dalam tesis.

2) 65% dari BCB yang diteliti adalah BCB yang mempunyai misi dari suatu golongan tertentu dengan ide-ide, gagasan, tujuan-tujuan tertentu, tidak murni untuk anak, melainkan lebih sesuai untuk konsumsi orang dewasa, karena sukar ditangkap daya pikir anak 3-8 tahun. Dengan kata lain BCB tersebut dipolitisasi atau dimanipulasi demi kepentingan kelompok tertentu. Termasuk ke dalam golongan ini yaitu butir-butir 5.1, 5.5, 5.6 dan 5.7.

Akan tetapi pada akhirnya BCB anak tak mungkin luput dari suatu ide, gagasan maupun ideologi tertentu, karena seperti kata Kluckhohn yang dikutip oleh Mussen, seorang ahli psikologi anak, adalah bahwa setiap masyarakat akan mendidik generasi mudanya menurut apa yang diinginkan oleh lingkungannya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai warisan leluhurnya berupa adat sopan santun, ajaran hidup, pengetahuan, kebudayaan dan cara berpikir masyarakat tersebut.

Selain itu Malta Dahrendorf menyatakan bahwa pemikiran atau cara berpikir seseorang tak dapat dihindari dari sifat ideologis, karena orang itu tak dapat berdiri di luar perdebatan politis, sebab ia harus mengambil sikap.

Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam BCB di RFJ yang mendapat hadiah DJP antara tahun 1970 sampai 1990 ini terdapat kritik terhadap teknologi modern, beserta dampaknya. Teknologi yang telah menghasilkan masyarakat industri membawa dilema yaitu kesejahteraan dan sekaligus malapetaka.

Jalan keluar satu-satunya adalah menyadarkan generasi muda akan hal itu dan berupaya mengurangi dampak buruk teknologi seringan mungkin. Para pengarang melakukan tugas mereka dengan menulis BCB untuk anak umur 3-8 tahun, karena pendidikan harus di mulai sedini mungkin, walaupun dalam penelitian ini terbukti bahwa 65% BCB yang diberi penghargaan yang bergengsi di RFJ itu dikategorikan sebagai buku yang lebih cocok untuk orang dewasa.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti Purbani
Abstrak :
Disertasi ini ditulis berdasarkan hasil penalitian terhadap lima fiksi anak unggulan Indonesia yang lahir pada masa akhir Orde Baru berjudul Pulau Sangta Penuh Misteri, Kabul Murungkayu, Si Perung, Tiga Sekawan di Rimba Belantara dan Raja Kate Dikepung Asap. Kelima fiksi tersebut merupakan pemenang sayembara penulisan naskah fiksi anak Depdiknas sekaligus penerima penghargaan buku bacaan anak nasional tahun 1996-2001. Penelitian tekstual dan kontekstual ini bertujuan mengungkap ideologi anak ideal yang mengada dalam kelima fiksi yang diperiksa, termasuk bagaimana level dan cara ideologi-ideologi tersebut beroperasi, serta relasi kekuasaan yang terbangun. Penelitian ini juga memeriksa wacana tentang pendidikan, tentang anak dan sastra anak yang berkembang pada masa Orde Baru. Penelitian kajian budaya yang dilakukan menggunakan teknik kajian ideologi/relasi kekuasaan Hollindale, John Thompson dan Nodelman ini menemukan bahwa lima teks yang diperiksa mengandung ideologi perfeksionisme, yakni ideologi yang menempatkan anak-anak sebagai the perfect hero yang ditunjukkan dengan penggambaran anak-anak yang memiliki watak- watak bertakwa, pandai, berbudi pekerti, berjiwa kebangsaan, pemberani, cinta alam dan Iingkungan, berjiwa kepemimpinan, dan pada akhirnya dinobatkan menjadi pahlawan. Anak-anak yang diidealkan dalam teks ini juga hidup dalarn ideologi-ideologi paternalisme, patriarki dan instanisme yang menempatkan anak-anak dalam perlindungan kaum dewasa, merayakan kebebasan anak laki-laki, meminggirkan anak perempuan dan membiarkan anak-anak tanpa proses menjadi. Ideologi-ideologi tersebut pada umumnya beroperasi secara eksplisit melalui narator dan fokalisator dewasa yang otoritatif dengan menggunakan strategi-strategi legitimasi, fragmentasi dan disimulasi yang semakin menampakkan pesan serta memperkuat didaktisisme teks. Teks-teks ini membangun relasi kekuasaan yang timpang yang mengerdilkan anak-anak, memahami mereka secara kelim dan menempatkan mereka sebagai objek. Ideologi-ideologi tersebut mengada melalui cara sedemikian karena teks-teks tersebut lahir pada masa Orba yang sangat menekankan pembangunan manusia seutuhnya. Kecuali itu, sayembara penulisan tiksi yang diselenggarakan dengan tatanan yang ketat mempakan kepanjangan tangan dari insititusi ideologis Orba untuk mencetak anak didik sebagai manusia yang utuh sesuai cita-cita pemerintah. Teks-teks itu lahir dalam masa yang mempercayai bahwa anak merupakan tabula rasa yang wajib dibina dan ditumbuhkembangkan secara baik oleh orang tua. Teks-teks tersebut Iahir pada konteks yang percaya bahwa astra anak merupakan wadah serta sarana pembelajaran tentang nilai-nilai luhur serta suri teladan bagi anak didik sehingga didaktisisme dianggap sebagai sesuatu yang lumrah. ......This dissertation is based on a study on tive best Indonesian children's fictions written in the late New Order era. The five iictions entitled Puiau Sangia Penuh Misreri, Kabir! Munmgkayu, Si Perung; Tiga Selrawan di Rimba Belantara and Riga Kate Dikepung Asap are winners of Children's Fiction Writing Competition and Award Winners of National Children's Books in the year of 1996-2001. This textual and contextual study aims at revealing the idealized child ideology existing in the texts, including the kinds of ideology, the level, the mode of operation and the power relation established. This study also examined the discourses of education, children and children's literature that operate inthe time the texts were written. This cultural study employing Hollindale's, John Thompson's and Perry NodeIman's theories of ideology finds out that the five texts under study embody perfectionism, paternalism, patriarchy and instant ideologies. The texts worship perfect heroes with the following traits: religious, intelligent, well-mannered, nationalist, brave, environmentalist, and leading. The texts place children under the control and protection of adults; celebrate freedom for boys, marginalize girls, and hinder children Hom the process of becoming. The dominant ideologies operate explicitly employing adult narrator and focalizer authoritatively. The ideologies operate using legitimation, fragmentation, dissimulation strategies making the ideologies more explicit and strengthening the didacticism. The texts establish in-equal power relation which see children as inferior beings, and treat them more as objects rather than subjects. The texts were written when manusia seutuhnya or perfect individual ideology was entitled as an important agenda by the New Order govemment. In this era children were seen as rabula rasa or blank sheet, therefore always in need of parental guidance. Children's literature was considered to be the source of wisdom in which didacticism was viewed as a common sense.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
D966
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Hisyadiah
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam sastra anak, emosi merupakan salah satu tema yang dibahas dan diyakini memiliki kontribusi besar bagi perkembangan kepribadian anak. Karya sastra anak yang dibahas dalam penelitian ini adalah Die Pinabriefe karya Martin Baltscheit tahun 2003. Karya ini menceritakan tokoh anak Henrietta yang kehilangan bonekanya. Selain boneka, ayah Henrietta juga baru saja pergi meninggalkan rumah tanpa memberikan pesan. Selama bonekanya hilang dan ayahnya pergi dari rumah, Henrietta mendapatkan surat-surat yang memiliki elemen fantasi dan sangat mempengaruhi emosinya. Die Pinabriefe merupakan cerita yang berakar dari unsur realita, namun terdapat elemen fantasi melalui model penceritaan Implizierte Sekund ? ? ? ? rwelt atau dunia sekunder secara implisit melalui surat fantasi Pina yang berpergian ke Regenbogenland atau pulau pelangi. Oleh karena itu, penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana strategi narasi dalam penggambaran emosi yang diekpresikan oleh tokoh Henrietta terkait dengan tema kehilangan. Penggambaran emosi berfokus pada saat Henrietta dihadapkan antara unsur realitas dan elemen fantasi yang masuk ke kehidupannya. Hasil penelitian yang didapat dengan menggunakan strategi narasi terkait emosi yaitu perlu adanya fantasi pada dunia anak sebagai bentuk anak membutuhkan kesenangan, antisipasi, hiburan dan sebagai bentuk untuk mengimbangi permasalahan tokoh Henrietta dalam kehidupannya, salah satunya rasa kehilangan.
ABSTRACT<>br> In children literature, emotion is one of themes that being discussed and believed to have a major contribution to the development of the child rsquo s personality. One of children rsquo s literature that discussed in this research is Die Pinabriefe by Martin Baltscheit in 2003. It tells about the character named Henrietta, who lost her doll named Pina. Besides her doll, Henrietta rsquo s father also just left her without leaving any message to her. During the time when Pina is lost and his father is gone, Henrietta gets letter that has a fantasy element and greatly affects her emotion. Die Pinabriefe is a story, which came from the element of reality, but there is also an elements of fantasy through narrations model named implizierte sekundarwelt or implicitly secondaryworld. This secondary world came through Pina rsquo s fantasy latter, who travels to Regenbogenland or the rainbow island. Therefore, this reasearch will show how the narrative strategy in emotional depiction that expressed by Henrietta rsquo s character is related to the theme of loss. Emotional depiction focused on when Henrietta is confronted between the reality and the element of fantasy that enters her life. The results that obtained by using narration strategy related to emotion is that fantasy is important to childrens rsquo world as a form that children requires a pleasure, anticipation, entertainment and to balance Henrietta rsquo s problems in her life, one of them is sense of loss.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Henry Guntur
Bandung: Angkasa, 1995
028.5 TAR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suyono Suyatno
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008
808.068 SUY a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Burhan Nurgiyantoro
Bulaksumur, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2016
808.89 BUR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suyono Suyatno
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009
808.068 SUY a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Nur Safitri
Abstrak :
Sastra anak merupakan sarana potensial dan efektif untuk menyampaikan nilai-nilai sosial dalam membangun pemikiran pembacanya, termasuk gambaran mengenai gender. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah majalah anak Kunang-kunang terbitan Yayasan Santo Paulus Ende tahun pertama sebanyak 12 edisi pada tahun 1973—1974. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gender. Dalam melihat persoalan gender, penelitian ini menggunakan teori stereotip pada identitas, peran, dan relasi gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam sastra anak, identitas, peran, dan relasi gender tergambarkan melalui cerita anak pada tokoh anak laki-laki, anak perempuan, ayah, ibu, suami dan istri. Identitas gender berkaitan dengan keadaan alamiah (nature) dan konstruksi sosial budaya (nurture). Peran gender yang ditemukan yaitu tradisional bahwa perempuan dominan di ranah domestik dan modern bahwa laki-laki dan perempuan berada di ranah publik. Selanjutnya, terdapat relasi gender atas bawah dan setara. Secara garis besar, gambaran identitas, peran, dan relasi gender dalam majalah Kunang-kunang merupakan hasil konstruksi sosial yang dibentuk oleh stereotip atau pelabelan dalam masyarakat. ......Children's literature is a potential and effective medium for conveying social values in shaping the thinking of its readers, including portrayals of gender. This research employs a qualitative descriptive method. The data source used is Kunang-kunang, a children's magazine published by the Santo Paulus Ende Foundation, with twelve issues in its first year from 1973 to 1974. The conceptual framework employed in this study is the concept of gender. In examining gender issues, this research utilizes the concept of stereotypes in gender identity, roles, and relations. The findings reveal that children's literature portrays gender identity, roles, and relations through stories involving male and female child characters, fathers, mothers, husbands, and wives. Gender identity is linked to both natural (nature) and sociocultural (nurture) constructions. The discovered gender roles are traditional, with women being dominant in domestic realms, and modern, with both men and women in public domains. Additionally, gender relations involve hierarchical and egalitarian dynamics. In summary, the portrayal of gender identity, roles, and relations in Kunang-kunang magazine reflects a social construction shaped by stereotypes and labeling prevalent in society.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Prihatiningtyas
Abstrak :
ABSTRAK. Buku seri Zoeklicht merupakan buku cerita anak untuk anak-anak berumur 9 tahun ke atas yang mengalami kesulitan dalam membaca karena disleksia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tokoh dan penokohan, latar, gaya bahasa dan ilustrasi, tema, serta presentasi unsur kebudayaan dari negara-negara Eropa yang terdapat di dalam masing-masing buku. Analisis dalam skripsi ini membahas kelima buku seri tersebut berdasarkan tanda bintang yang terdapat pada sampulnya, meliputi dua buku berbintang satu, dua buku berbintang dua, dan satu buku berbintang tiga. Tanda bintang menunjukkan tingkat kesulitan pada masing-masing buku. Dari hasil penelitian, dapat dibuktikan bahwa tokoh, penokohan, gaya bahasa, ilustrasi, tema, dan presentasi unsur kebudayaan pada buku berbintang satu. lebih sederhana daripada pada buku berbintang dua atau buku berbintang tiga. Adapun tokoh, penokohan, gaya bahasa, ilustrasi, tema, serta presentasi budaya pada buku berbintang tiga paling rumit dan kompleks.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S15790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Romadhona
Abstrak :
Sajak yang ditulis oleh anak mencerminkan perkembangan bahasa dan kosakata mereka. Sajak juga memperlihatkan pemahaman mereka tentang lingkungan sekitar. Sementara itu, latar belakang sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan kemampuan bahasa seorang anak.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S10959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>