Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soehardjono Sastromihardjo
"Pengetahuan tentang gastroenterologi anak dalam berbagai aspeknya telah sangat berkembang, yang meliputi antara lain
  1. Perkembangan prosedur biopsi mukosa usus melalui mulut yang memungkinkan kita mempelajari struktur dan aspek biokimiawi jaringan mukosa hidup;
  2. Prosedur intubasi duodenum yang memungkinkan diperolehnya isi lumen usus dari berbagai tempat;
  3. Teknik endoskopi disertai fotografi dan ultrasonografi yang menambah pengetahuan baru;
  4. Perkembangan pengetahuan imunologi usus memungkinkan kita untuk selanjutnya mempelajari imunisasi oral;
  5. Perkembangan pengetahuan enzimologi usus dan penyelidikan proses transportasi memungkinkan kita untuk selanjutnya mempelajari proses biokimiawi dan metabolik.
Fungsi Traktus Gastrointestinal
Fisiologi traktus gastrointestinal terdiri dari rangkaian proses makan (ingesti), pengeluaran getah pencemaan (sekresi), pencemaan (digesti), dan penyerapan (absorpsi) makanan. Getah pencemaan membantu pencemaan (digesti) makanan, hasil pencemaan diserap (absorpsi) ke dalam tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi, digesti, dan absorpsi terjadi secara berkesinambungan pada bagian traktus gastrointestinal mulai dari mulut sampai ke rektum.
Selain fungsi tersebut masih terdapat fungsi lainnya, yaitu fungsi motilitas dan imunologis. Secara bertahap massa hasil campuran makanan dan getah pencemaan (bolus) yang telah dicemakan didorong / digerakkan ke arah anus. Fungsi traktus gastrointestinal yang berkaitan langsung dengan tumbuh kembang anak adalah digesti dan absorpsi.
Digesti dan absorpsi karbohidrat
Karbohidrat yang terpenting dalam diet bayi adalah laktosa, sedang pada dewasa 60 % dari karbohidrat dalam diet adalah tepung dengan sukrosa dan sedikit sekali laktosa. Walaupun konsep digesti disakarida dalam lumen usus telah diterima bertahun-tahun lamanya, namun sekarang jelas bahwa hidrolisis oleh enzim disakaridase terjadi di sel mukosa usus halus.
Pada absorpsi monosakarida, misalnya glukosa, kini terbukti diperlukannya zat yang membantu transportasi aktif glukosa tersebut, yaitu Na+. Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang mudah dicerna, dengan osmolaritas rendah, yaitu 1/5 osmolaritas glukosa.
Digesti dan absorpsi lemak
Lemak makanan terutama terdiri dan trigliserid rantai panjang (TRP), yaitu ester gliserol asam lemak dengan rantai sebanyak 16- 18 atom C. Trigliserid rantai sedang (TRS), asam lemak dengan 6- 12 atom C, hanya terdapat dalam jumlah sedikit dalam alam. Di samping itu terdapat lemak tidak jenuh (LTJ), yang terdapat banyak pada tanaman.
Lemak TRP diabsorpsi melalui fase intralumen yang memerlukan lipase pankreas dan garam empedu, pasase dalam sel mukosa, re-esterifikasi menjadi trigliserid dalam sel mukosa, pembentukan kilomikron, dan masuknya kilomikron ke dalam sistem limfe.
TRS diserap lebih cepat daripada TRP. Absorpsi TRS tidak dipengaruhi oleh defisiensi garam empedu dan hanya sedikit dipengaruhi oleh tidak adanya lipase pankreas. Namun, mungkin trigliserid yang tidak terhidrolisis akan dihidrolisis oleh lipase intrasel spesifik. TRS diangkut sebagai asam lemak bebas melalui vena porta.
Absorpsi akan lebih baik bila TRS dikombinasi dengan TRP daripada sendiri. Absorpsi optimal terjadi pada campuran 4 bagian TRS dan 3 bagian TRP. Hal ini merupakan informasi yang berguna sebagai dasar perencanaan diet dengan TRS. Kombinasi TRS dengan lemak tidak jenuh atau LTJ, misalnya minyak jagung, paling balk bila perbandingan TRS : LTJ = 2 : 3."
Jakarta: UI-Press, 1990
PGB 0107
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Osrizal Oesman
"Pendahuluan
Penduduk Asia, sebagian Afrika dan Amerika Latin banyak mendapat kesulitan untuk hidup di kota dalam mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak mendapatkan hal tersebut (kehidupan lebih baik), karena satu sama lain mempunyai taraf hidup dalam garis kemiskinan. Mereka hidup di kantong-kantong dalam kota yang begitu besar dengan kecil harapan untuk mendapatkan fasilitas pendidikan dan pemeliharaan kesehatan yang layak sehingga penyakit mudah menyebar. Timbul pertanyaan bagaimana memperbaiki atau meningkatkan pemeliharaan kesehatan untuk mengatasi keadaan diatas, khususnya pada masyarakat/penduduk yang miskin dan tak ada kemajuan dalam status social.
Tahun demi tahun permasalahan akan meningkat. Badan Statistik Amerika Serikat meramalkan bahwa pada tahun 2000 ke atas, lebih dari 50% penduduk dunia akan tinggal di daerah urban. Enam puluh kota di dunia akan mempunyai penduduk lebih dari 5 juta jiwa, 45 kota berada di negara sedang berkembang. Selanjutnya diperkirakan lebih dari 75% penduduk Amerika Latin akan berada di kota dan kira-kira 40-50% akan tinggal di kantong-kantong tersebut (Tabibzadeh, 1987. Kita simak pendapat Donohue yang di kutip oleh Mandl (1982) yang mengatakar, sebagai berikut: "Pada tahun 2000, 76% penduduk akan berada di daerah-daerah urban di Amerika Latin, 74% di beberapa tempat di Asia, 70% di Timur Tengah. Lebih dari 60 kota akan mernpunyai penduduk diatas 5 juta jiwa, 45 kota tersebut berada di dunia ke tiga".
Latar belakang Masalah
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan anak di lapangan pada tahun-tahun terakhir ini perlu memperhatikan secara lebih seksama kehidupan enam tahurn pertama si anak karena ini akan menentukan masa depannya (UNESCO, 1976). Jumlah anak berumur kurang dari 6 tahun pada suatu populasi tidak dapat diabaikan, ini berkisar antara 10-20 % tergantung pada negara masing-masing. Kelompok ini termasuk kelompok umur risiko tinggi dengan tingkat morbiditas dan mortalitas sangat tinggi terutama di negara sedang berkembang. Ini menunjukan betapa pentingnya pembinaan, pencegahan dan penyuluhan bagi anak kelompok umur tersebut untuk mencapai kondisi terbaik serta mengurangi risiko yang ada (UNESCO, 1976)?
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva J. Soelaeman
"PENDAHULUAN
Pertumbuhan jasmani anak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Walaupun teknologi kedokteran telah mengalami kemajuan yang pesat dalam mencari faktor penyebabnya, antara lain gangguan nutrisi atau endokrin, tetapi pada sebagian anak faktor tersebut masih tetap tidak jelas ; diduga faktor Iingkungan mempunyai pengaruh yang besar (Sills, 1978).
Mazur (1959) melaporkan bahwa kelainan jantung bawaan (KJB) merupakan penyebab hambatan pertumbuhan nomor dua terbanyak setelah malnutrisi. Setelah itu banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh KJB pada pertumbuhan jasrnani anak (Mehrizi dan Drash, 1962; Krieger, 1970; Strangway dkk., 1976; Chan dkk., 1988).
Richard (1952), Engle dkk (1958) dan Suoninen (1971) telah melaporkan bahwa pada 25- 50% penderita KJB akan menderita hambatan pertumbuhan, walaupun Strangway dkk. (1976) tidak dapat membuktikannya. Besarnya variasi persentase kejadian hambatan pertumbuhan mungkin disebabkan karena perbedaan kriteria yang dipakai.
Di Indonesia pernah dilaporkan hambatan pertumbuhan yang terjadi pada 18 dari 36 bayi (50%) dengan kelainan jantungbawaan yangditeliti (Lilamurti,1987)
dan ternyata lebih berat di kalangan penderita KJB sianotik. Tetapi pengaruh defek septum ventrikel (ventricular septal defect = VSD) pada pertumbuhan jasmani anak umur 1-5 tahun belum pernah dilaporkan. Mengingat angka kejadian KJB cukup tinggi yaitu sekitar 8 perseribu kelahiran hidup (Bound dan Logan, 1977; Keith dkk., 1978) dan 41,3 % di antaranya adalah penderita VSD (Nadi dkk.,1981) maka di Indonesia diperkirakan akan lahir 10.000 bayi dengan VSD pertahun. Dari jumlah tersebut 25-50% akan mengalami hambatan pertumbuhan, atau sekitar 2.500 - 5.000 anak dengan pertumbuhan terhambat akan bertambah - setiap tahun.
Dengan melakukan pemantauan yang seksama maka diharapkan hambatan pertumbuhan yang terjadi dapat cepat diketahui dan VSD berat dapat diatasi sedini mungkin, baik secara konservatif maupun secara bedah.
Dalam menentukan beratnya kelainan hemodinamik, Nadas dan Fyler (1972) membagi pasien VSD menjadi 4 kelompok, yang dibuat berdasarkan hasil kateterisasi jantung. Kemudian Rilantono dkk. (1981) mencoba membuat penggolongan berat ringannya kelainan hemodinamik berdasarkan klinis, elektrokardiografis dan radiologis (KER). Dengan skor KER ini.penderita dibagi dalam 4 golongan berdasarkan jurrilah skor (lihat lampiran). Tetapi karena pada penelitian ini yang dicari adalah hubungan antara kelainan hemodinamik dengan pertumbuhan jasmani yang termasuk unsur berat badan di dalamnya, maka Madiyono (1987) membuat skor berdasarkan klinis, elektrokardiografis, radiologis clan ekokardiografis (MERE) tanpa memasukkan kriteria berat badan (libat lampiran).
PERMASALAHAN
Masih tingginya frekuensi hambatan pertumbuhan jasmani di kalangan anak-anak yang menderita KJB, menimbulkan beberapa pertanyaan penting yang masih perlu dicari jawabannya :
1. Sampai saat ini belum ada laporan mengenai pertumbuhan jasmani anak umur 1-5 tahun dengan VSD di Indonesia. Apakah pads umur tersebut,VSD merupakan faktor yang penting sebagai penyebab hambatan pertumbuhan jasmani anak bila dibandingkan dengan anak sehat seusia ditinjau dari pemeriksaan antropometri dan laboratorium (albumin, globulin dan kolesterol).
2. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan jasmani anak dengan VSD berdasarkan berat ringannya kelainan hemodinamik dibandingkan anak sehat seusia?
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hop, Le Thi
"ABSTRACT
Under nutrition among Vietnamese children is still a serious health problem. Growth retardation starts as early as 4 to 6 months of life and the prevalence of stunting has remained high (46.9% in 1994). It is documented that growth retardation during early childhood works through in adolescence and is rarely made up; it could also affect cognitive development of children, which eventually influence economic and human development. A longitudinal study on growth and development of Vietnamese children in Hanoi from birth to 17 years old was carried out from 1981 up to 1999.
Objectives: To investigate the physical growth, maturation age and academic performance of Vietnamese children on a longitudinal basis from birth to 17 years old and observe their secular trends.
Study design: A longitudinal observational study with 2 main cohorts: cohort A and cohort B.
Subjects of the study:
- Cohort A: 300 newborns, who fulfilled the selection criteria (gestational age from 38 to 42 weeks, birth weight 2500g, normal singleton birth without physical abnormalities, "Kish" ethnic group. mother's age: 20 to 35 years, and apparently healthy parents were randomly recruited and followed-up from birth to 17 years old (1981-1999).
- Cohort B. 200 children, who fulfilled above-mentioned criteria, were randomly selected and followed-up, from birth to 12 months; and 200 children were followed-up, from 12 to 24 months (1997-1999).
Monitoring of physical growth: Weight, height, feeding practices and diseases were recorded monthly from birth w 12 months, three monthly from 12 to 36 months, six monthly from 36 to 72 months, and annually thereafter until 17 years of age.
Results: Mean body weight and height of children from both cohorts at birth were lower than the NCHS reference. Then their weight and height during the first 3-4 months (cohort A) and 5-6 months (cohort B) were comparable to NCHS reference data. However, these trends were going down on subjects' aged above 6 months onwards. Physical growth of the children in cohort B, who have been in better living conditions, health care and more appropriate feeding practices, was better than the other counterparts (cohort A) comparable to French Vietnamese in Paris (1986).
The most intense period of growth retardation was observed in children aged 12 10 24 months. Children who were stunted during early childhood were still shorter than those non-stunted ones over observed period from birth to 17 years of age; the children who were stunted during childhood matured later and had lower academic performance than the well-nourished ones.
Birth weight, diarrhea and ARI were found to be the main determinants /or nutritional status of the children. Nutritional status of the parents in cohort B was also better compared to that of cohort A, - and the nutritional status of the children, whose mothers were undernourished, was worse than that those of well nourished mothers. Long term effect of exclusive breast feeding on nutritional status of children leas observed in cohort A, however, it was correlated with WAZ of the children in cohort B only during the first 3 months of age.
Conclusions: There was a positive secular trend in growth of Vietnamese children over the last 2 decades. There was a partial catch-up growth among the snorted children during adolescence. Birth weight, diarrhea and ARI were the main determinants for nutritional status of the young children. Exclusive breast-feeding determined nutritional status of children in cohort A over the period from birth to 24 months old, however, it was correlated with WAZ of the children in cohort B only during the first 3 months (Ore. Nutritional status of both children and mothers can he used as an indicator for quality of life. The stunted children at preschool age matured later and had lower academic performance than the non-stunted ones."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
D83
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annas Buanasita
"Addressing public health problems of child malnutrition in Indonesia needs an appropriate integrated health and nutrition program. Positive Deviance Approach integrated with Posyandu TKA (Tumbuh Kembang Anak) offered an excellent opportunity to alleviate the health and malnutrition problem. A community trial study was conducted with a main objective to measure the effect of 3-month Positive Deviance Approach (PDA) integrated with posyandu TKA on growth of the children under five in Pandeglang District, Banten Province, Indonesia.
This research report is divided into three parts. Part 1 includes comprehensive reviews on the background of the study, rationale of the study, literature review, conceptual framework, hypothesis, objectives and variable indicator matrix.
Part 2 covers the manuscript for publication with a title of "The Effectiveness of 3-months Positive Deviance Approach (PDA) integrated with Posyandu TKA (Tumbuh KembangAnak) on Growth of Underweight Children 6-59 months in Pandeglang District, Banten Province, Indonesia". It is written and formatted in accordance with the instructions for author of The Journal of Nutrition.
Part 3 shows the supporting documents including important results that are not included in the manuscript, detailed methodology, grant approval, curriculum vitae and list of references for this research. List of operational definition and abbreviation are also included as guide for the readers.
It is hoped that the results of this study will serve as reference data and advocacy tool for intervention program to address under nutrition among children. It can also be use for planning and implementation of future programs especially for Posyandu Revitalization Program in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tanner, J.M.
Cambridge, UK: Mass. : Harvard University Press, 1990
612.647 TAN f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eryasih Setyorini
"ABSTRAK
Stunting (tubuh yang pendek) menggambarkan keadaan gizi yang kurang yang
sudah berjalan lama (kronis) dan memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang
serta pulih kembali. Dampak stunting pada pertumbuhan fisik terganggu yang
menyebabkan tidak bisa berkompetisi dengan orang lain dalam mendapatkan
pekerjaan dan aspek kehidupan lainnya. Tesis ini bertujuan untuk menilai faktorfaktor
yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak batita (0-36 bulan)
di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2013. Penelitian ini
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok bulan Mei
2013. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan jumlah
sampel 204 orang. Data diperoleh dari data sekunder dan juga data primer melalui
kuesioner hasil wawancara dan pengukuran antropometri langsung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa prevalensi batita stunting usia 0-36 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2013 sebesar 22,1%.
Presentase/proporsi batita stunting memiliki ibu yang tidak melakukan kunjungan
antenatal pertama (K1) saat hamil dulu sebesar 65,7%. Analisis Regresi Logistik
Ganda menunjukkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian
stunting pada batita adalah kunjungan antenatal pertama (K1) (p<0.005,
OR=6,84). Untuk mencegah terjadinya stunting pada batita, disarankan kepada
ibu hamil mulai dari awal masa kehamilan agar rajin memeriksakan kehamilan ke
bidan/dokter kandungan, rajin mengkonsumsi makanan yang bergizi, serta
memanfaatkan pelayanan antenatal lainnya.

ABSTRACT
Stunting (short stature) describes the state of lacking nutrition longstanding
(chronic) and require time for children to grow and recover. Stunting impact on
impaired physical growth that causes can not compete with others in finding
employment and other aspects of life. This thesis aims to assess the factors
associated with the incidence of stunting in children toddlers (0-36 months) at the
Puskesmas Jewel Mas Depok in 2013. The research was conducted at the
Puskesmas Jewel Mas Depok City in May 2013. Design of this study used cross
sectional method with a sample of 204 people. Data obtained from secondary data
and primary data through interviews and questionnaires direct anthropometric
measurements. The results showed that the prevalence of stunting toddlers aged 0-
36 months in the Work Area Health Center Jewel Mas Depok in 2013 by 22.1%.
Percentage / proportion of stunting toddler having a mother who did not do the
first antenatal visit (K1) during pregnancy first at 65.7%. Multiple logistic
regression analysis showed that the most dominant variables associated with the
incidence of stunting in toddlers is the first antenatal visit (K1) (p <0.005, OR =
6,84). To prevent stunting in toddlers, pregnant women are advised to start at the
beginning of pregnancy so diligently to antenatal midwife / obstetrician, diligently
consume nutritious foods, as well as take advantage of other antenatal services."
Universitas Indonesia, 2013
T35899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pambudi Bekti Pratiwi
"ABSTRAK
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu diatasi karena berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian, terhambatnya perkembangan motorik, dan pertumbuhan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui gambaran dan faktor dominan kejadian stunting pada balita di Desa Talagamulya Kabupaten Karawang tahun 2013. Desain penelitain yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 118 balita yang didapat dengan cara total sampling. Penelitiani ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, panjang badan, wawancara dengan kuesioner dan lembar FFQ semikuatitatif. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting balita usia 12-36 bulan di Desa Talagamulya sebesar 38,2% dan status gizi TB/U normal sebesar 61,8%. Analisis uji statistik menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat lahir, panjang lahir, asupan energi, asupan protein, asupan zat besi, riwayat pemberian ASI eksklusif, dan pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Faktor yang paling dominan dengan kejadian stunting adalah panjang lahir setelah dikontrol variabel asupan energi, berat lahir, asupan lemak, asupan besi, asupan seng pemberian ASI dan pengetahuan gizi.

ABSTRACT
Stunting is a public health problem that needs to be addressed due to the increased risk of morbidity and mortality, impaired motor development, and mental growth. This study aims to determine and reveal the main factors in the incidence of stunting in children under five Talagamulya village Karawang regency in 2013. This study uses cross sectional research design. Samples in this research were 118 toddlers obtained by total sampling. This research was conducted in April and May 2013. The data was collected by measuring height, body length, questionnaires and interviews with FFQ semikuatitatif sheet. Data were analyzed by chi square test. The results showed that the prevalence of stunting in children aged 12-36 months was 38.2% Talagamulya village and nutritional status of height for age normal of 61.8%. Statistical analysis showed a significant association between birth weight, birth length, energy intake, protein intake, iron intake, history of exclusive breastfeeding, and maternal education with incidence of stunting. The most dominant factor in the incidence of stunting was birth length after the controlled variable intake of energy, birth weigth, intake of fat, intake of iron, intake of zinc, breastfeeding and nutrition knowledge."
2013
T35447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Rosmanindar
"ABSTRAK
Stunting atau tubuh yang pendek berdasarkan tinggi badan menurut umur pada
anak, merupakan efek kumulatif asupan zat gizi tidak memadai atau hasil infeksi
kronis yang berkontribusi terhadap terjadinya kurang gizi dalam waktu lama dan
tidak mendapatkan penanganan baik. Adanya hubungan antara pertumbuhan
tinggi badan yang lambat pada awal masa kehidupan dengan rendahnya kualitas
SDM di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor dominan yang
berhubungan dengan terjadinya stunting pada anak 7-36 bulan di wilayah
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2013. Penelitian menggunakan
desain cross sectional dengan sampel 163 orang. Data diperoleh dari data
sekunder dan primer melalui kuesioner hasil wawancara dan pengukuran
langsung. Hasil penelitian menunjukkan 26,4% batita stunting pada anak 7-36
bulan di wilayah Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2013. Terdapat
hubungan antara asupan (energi, protein, vitamin A, Fe), riwayat ASI eksklusif,
MP-ASI, penyakit infeksi, umur dan berat lahir dengan terjadinya stunting.
Analisis regresi logistik ganda menunjukkan asupan protein sebagai faktor
dominan berhubungan dengan terjadinya stunting (OR=7,68) setelah dikontrol
umur anak dan riwayat penyakit infeksi. Pencegahan stunting pada batita dengan
meningkatkan mutu MP-ASI melalui praktek makan bersama batita dengan
pengolahan beragam makanan lokal sumber protein melalui pendampingan
petugas gizi dan kader kesehatan secara berkesinambungan.

ABSTRACT
Stunting or short body height based on the child's age, is the cumulative effect of
inadequate nutrient intake or chronic infection results which contribute to
malnutrition in a long time and did not get good treatment. The existence of a
relationship between height growth is slow at the beginning of life to the low
quality of human resources in the future. This research aims to determine the
dominant factors associated with the occurrence of stunting in children 7-36
months at Pancoran Mas Primary Health Center Depok in 2013. Studies using
cross-sectional design with a sample of 163 people. Data obtained from secondary
and primary data through interviews and questionnaires direct measurement. The
results showed 26.4% of toddlers stunting in children 7-36 months at Pancoran
Mas Primary Health Center Depok in 2013. There is a relationship between the
intake (energy, protein, vitamin A, Fe), history of breastfeeding, complementary
feeding, infectious diseases, age and birth weight with the occurrence of stunting.
Multiple logistic regression analysis showed protein intake as a dominant factor
associated with the occurrence of stunting (OR = 7.68) after controlling the child's
age and history of infectious diseases. Prevention of stunting in toddlers,
improving the quality of complementary feeding practices through eating with
toddlers that a variety of local food processing protein nutrition workers through
mentoring and health volunteers on an ongoing basis."
2013
T35526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>