Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Lamria
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Anak merupakan salah satu korban kekerasan dalam rumah tangga yang membutuhkan perlindungan dan perhatian dari semua pihak. Maraknya tindak kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh sistem nilai budaya masyarakat terhadap keberadaan anak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat. Tindak kekerasan digunakan sebagai dasar untuk mendisiplinkan dan mengajar anak menjadi patuh. Tindak kekerasan fisik, seksual, psikis dan penelantaran merupakan tindakan kekerasan yang seringkali terjadi dalam rumah tangga. Hal ini dapat berakibat carat, gangguan mental bahkan kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kasus -kasus tindak kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga, bentuk perlindungan terhadap perlindungan terhadap anak korban kekerasan dalam rumah tangga yang ditangani oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak dan kendala atau harnbatan yang dihadapi Komisi Nasional Perlindungan Anak dalam melaksanakan tugasnya_ Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. Data diperoleh berdasarkan wawancara dengan inforrnan di Komisi Nasional Perlindungan Anak dan juga melalui dokumen, basil laporan, buku, koran, artikel yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian dilakukan pada tahun 2007.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa kasus-kasus tindak kekerasan dalam rumah tangga yang ditangani oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak diantaranya adalah: kekerasan fisik, seksual, psikis dan penelantaran. Bentuk perlindungan yang dilakukan terhadap anak korban kekerasan ini adalah perlindungan pendampingan, mediasi, advokasi hukum hingga selesai kasusnya. Kendala yang dihadapi Komisi Nasional Perlindungan Anak adalah sumber Jaya manusia yang tidak mencukupi untuk melaksanakan program kerjanya dengan banyaknya pengaduan yang masuk. Selain itu sumber dana tetap tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan kegiatan. Selain itu masyarakat menuntut Komisi Nasional Perlindungan Anak untuk mampu secepat mungkin menuntaskan permasalahan yang mereka hadapi.
Saran yang dapat diberikan adalah agar Komisi Nasional Perlindungan Anak memberikan perlindungan menyeluruh bagi pemenuhan hak anak korban kekerasan dalarn rumah tangga. Anak berhak mendapatkan perlindungan dan pendampingan serta advokasi hukum. Komisi Nasional Perlindungan Anak hendaknya menyediakan sarana dan fasiltas bagi anak korban kekerasan dalam rumah tangga juga meningkatkan jumlah pendamping bagi anak korban kekerasan dalam rumah tangga.

ABSTRACT
Domestic violence becomes an important issue to be solved today_ Children mostly one of the victims that should be protected as they have the rights to live in harmonies environment. However, the mass media show that people and family do not give thoughtful care about the rights of child. Many children are reported being abused by their parents. This condition brings the children to live in psychological disorder, became disabled person and even ended tragically in death. Indonesian cultural values mostly demanded child to follow parents as the respected ones which cause them have no power to disobey their parents.
The subject of this research is children who become the victim of domestic violence. The research is done in National Commission of Child Protection in the year of 2007. The aims of the research are to find out cases of child domestic violence, types of protection for children who becomes the victim of domestic violence which handled by National Commission of Child Protection and the obstacles in handling child victim of domestic violence by National Commission of Child Protection. The research uses qualitative method in analysis, besides the data is collected by interviewing the informants in National Commission of Child Protection and through reading documents, research result, books, and newspapers.
The conclusion of the research are that National Commission of Child Protection handled child domestic violence cases in types such as physical abuse(killing and inhuman cruelty), sexual abuse (raping, sexual harassment), Psychological abuse (intimidation, verbal threats), and neglecting (being neglected without any cares). Protection which are provided by National Commission for children victim of domestic violence are: bring the children to a secure place (a shelter), doing home visit, reporting to the police, giving healing therapy, guiding in law process and mediation. The obstacles of child protection for children of domestic violence which done by National Commission of Child Protection are lack of competent human resources, shortcoming in organization coordination, lack of leadership management, lack of financial support, limited authority in implementing child protection.
In improving the implementation of child protection for children victim of domestic violence which done by National Commission of Child Protection can be suggested to consider other cases of child domestic violence such as economical abuse. Child victim of domestic violence should have free access for medical service, comfort shelter and facilities for healing process, intensive psychological advice, experience guidance in child cases. In handling the obstacles can be suggested the improvement of numbers and quality of human resources, the improvement of organization management and leadership and coordination with government and private organization in supporting financial needs. Finally, National Commission of Child Protection should have more spirit and courage in defending human rights, particularly for children victim of domestic violence.
"
2007
T20814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Eka Santi
"ABSTRAK
Kesadaran bahwa anak dan masa kanak-kanak merupakan realitas sosiologis
bukan hal baru. George Herbert Mead telah mengangkat hal ini sekitar satu abad lalu.
Namun, beberapa tahun belakangan ini terlihat adanya kegairahan di kalangan ilmuwan
sosial untuk lebih memperhatikan dinamika anak dan masa kanak-kanak. Mereka
menganggap anak - seperti halnya gender atau gejala sosial lainnya - sebagai gejala
sosial yang sedemikian kompleksnya sehingga sulit bila dipaharni hanya dari sudut
pandang psikologi.
Ketertarikan pada anak secara sosiologis ini antara lain ditunjukkan oleh
William A. Corsaro. Melajui teori reproduksi interpretif, Corsaro mencoba melihat
anak sebagai warga masyarakat yang kreatif dan ikut Serta dalam rnernbentuk
masyarakatnya. Tentunya, keikutsertaan anak selayaknya tidak dipandang dari sudut
orang dewasa. Secara lebih detail, Corsaro berargumen bahwa perkembangan anak
bersifat reproduktif dalam arti, merupakan proses peningkatan densitas dan reorganisasi
pengetahuan yang berubah sejalan dengan perkembangan kognitif dan kemampuan
bahasa anak Serta perubahan dalam dunia sosialnya. Berdasarkan input yang diperoleh
dari orang dewasa, anak secara kratif dan inovatif mengembangkan budaya sendiri
dengan sebayanya dan tidak semata-mata mengimitasi dunia orang dewasa. Pada
gilirannya hal ini akan membelikan kontribusi pada produksi dan perubahan budaya.
Namun demikian partisipasi anak dibatasi pula struktur sosial dan reproduksi
masyarakat. Argumen itu, seperti yang diakui sendiri oleh Corsaro, dilandaskan pada
dialog ontologis dan epistemologis dengan pikiran-pikjran George Herbert Mead
tentang self, play dan games, Anthony Giddens tentang strukturasi serta Erving
Goffman soal framing dan keying.
Berkaitan dengan hal-hal di atas, saya mencoba meneliti anak yang terekspos
pada situasi konflik dengan mempertanyakan: bagaimana pertalian antar berbagai
konsepsi tentang anak dan masa kanak-kanak di wilayah konflik serta bagaimana
dinamika struktural anak dalam budaya kelompok sebaya, keluarga, masyarakat dan
negara. Adapun pengumpulan data saya lakukan di Poso, satu masyarakat yang sarat
konflik khususnya sejak berakhirnya pernerintahan Orde Baru. Konflik tersebut
bersumbu -pada ketegangan diantara penganut agama Islam dan penganut agama
Kristen, dan masih terus berlangsung sampai saat Penganut agama Islam
direpresentasikan dengan daerah Poso Kota, penganut agama Kristen direpresentasikan
oleh daerah Tentena. Sedangl-can penduduk campuran Islam, Kristen dan Hindu
direpresentasikan oleh Poso Pesisir.
Teori Corsaro sendiri saya tempatkan dalam penelitian ini mengikuti alur pattern
theorising. Berbagai gagasan dasar Corsaro menjadi acuan teoritik untuk membimbing
saya dalam merekonstruksi dinamika anak Poso secara sosiologis. Karenanya, disertasi
ini terlalu jauh untuk disebut sebagai arena menguji akurasi teori Corsaro.
Secara metodologis, penelitian tentang anak Poso pasca Orde Baru dilakukan
sejak tahun 2002 meskipun tidak secara intensif. Pengumpulan data secara terfokus pada
dinamika anak dan kekerasan di Poso say laksanakan dari bulan Januari sampai dengan
bulan Juni tahun 2005. Selepas fieldwork, data diperoleh terutama memanfaatkan
teknologi komunjkasi jarak jauh.
Secara sistematis, spesifikasi metodologis penelitian ini adalah sebagai berikut:
menggunakan metode etnografi atau field research dengan menempatkan anak sebagai
subyek penelitian yang dapat menyuarakan kondisinya dan mengartikulasi kapasitasnya.
Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik yaitu wawancara mendalam,
wawancara kelompok/diskusi kelompok terfokus, pengamatan, testimoni, life histories,
gambar, dan studi dokumentasi. Selain anak, data lainnya diperoleh dari orangtua, guru
dan instansi pemerintah serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Temuan saya menunjukkan konstruksi media dan berbagai kalangan tentang
kekerasan di Pose mengandung kebenaran. Kekerasan terjadi pada lingkup yang meluas
dan mendalam. Selain itu, saya mendapat kesan kuat bahwa orang Pose termasuk anak-
anak mulai terbiasa hidup dalam kekerasan. Kekerasan seakan-akan dianggap sebagai
bagian kehidupan normal. Namun, dibalik konstruksi tentang kekerasan tersebut, saya
menemukan bahwa anak-anak Poso memiliki identitas hibrid lewat paduan budaya lokal
dengan budaya global. Proses ?in? dan ?out? dilakukan sebagai bentuk adaptasi
terhadap desakan budaya global sambil tidak meninggalkan budaya sendiri. Pengaruh
global dalam rutinitas keseharian anak tampak dalam aspek simbolik maupun material
dari budaya anak-anak. Identitas tersebut tampaknya memungkinkan berkembangnya
resiliensi dan mencaimya batas-batas simbolik maupun sosial termasuk di kalangan
anak-anak eks kombatan. Anak kemudian sangat potensial menjadi aktor perdamaian.
Temuan ini sama sekali tidak meniadakan gambaran bahwa masih ada anak yang juga
trauma atau bahkan mengalami post traumatic symprons disorder (PTSD). Hal ini
memperlihatkan adanya perbedaan temuan saya dengan ternuan Corsaro.
Seperti halnya penelitian-penelitian sejenis tentang anak dan kekerasan di
beberapa daerah di Indonesia, saya menemukan bahwa anak menjadi korban sekaligus
pelaku kekerasan. Pada masyarakat yang berkonflik, kapasitas anak berbenturan dengan
situasi kekerasan. Makna kreatif dan inovatif, kemudian perlu dilihat dalam kaitannya
dengan kepentingan terbaik anak. Sekali lagi terlihat perbedaan antara temuan saya
dengan temuan Corsaro. Lebih tepatnya, hal yang ktuang mendapat perhatian Corsaro
justru merupakan hal penting untuk memahami dinamika anak Poso. Tentunya perlu ada
penelitian-penelitian lanjutan, dengan metode penelitian yang berbeda-beda, untuk
menentukan seberapa benar (atau seberapa salah) temuan saya.
Temuan-temuan tersebut memiliki implikasi teoritik untuk melakukan
indigenisasi pada level meta teori, teori, empirik dan aplikasi teori. Proses ini
menempatkan anak dan masa kanak-kanak sebagai entitas tersendiri yang tidak sama
dengan orang dewasa termasuk pengetahuan yang dihasilkannya untuk memahami
realitas sosial. Hal lainnya adalah soal universalitas dan lokalitas definisi anak dan masa
kanak-kanak, khususnya menyangkut kapasitas anak, identitas hibrid, resiliensi anal(
dan kontnibusi pada perdamaian Pose. Kesemuanya merupakan hal yang selama ini
?diabaikan? dalam sosiologi khususnya untuk konteks Poso. Sebagai kontribusi bagi
pemerintah dan berbagai kalangan yang concern terhadap kesejahteraan anak,
indigenisasi mencakup pemikiran tentang pentingnya memperhatikan kembali strategi
dan pengelolaan perlindungan anak Indonesia. Hal yang ada baiknya diperhatikan
diantaranya adalah: kebijakan tidak mereproduksi pandangan yang hanya menganggap
anak sebagai obyek serta perlunya mengelola lcekuatan strulctur demi kepentingan
terbaik anak."
2006
D793
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianali Pitasari
"Anak menjadi pembahasan utama dalam penulisan skripsi ini, dengan mengangkat kekerasan terhadap anak sebagai bentuk nyata dari permasalahan yang terjadi dalam relasi antara anak dengan orang dewasa/orang tua, terutama di dalam relasi yang bersifat paternalistik. Konsep anak yang diusung oleh Locke akan dijadikan sebagai fondasi utama dalam memahami anak sebagai subyek yang masih berkembang dan bagaimana peran orang tua di dalam masa perkembangannya dengan menjadikan akal sebagai acuan dari kedewasaan.
......Child become the main discussion in this thesis, by raising issue about violence against children as a tangible form of the problem that occur in relations between children and adults/parents, especially in relation that are paternalistic. The concept of the child that Locke propose will be the foundation in understanding child as a subject who is still developing and becoming and the important role of parent in the process of development by making reason as a reference to maturity. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriana Devi
"Televisi telah ada sejak abad 18 akan tetapi mulai berkembang pada abad 19 dimulai dari televisi hitam putih hingga berwama. Televisi Amerika memiliki acara televisi yang beragam ada yang bersifat positif dan negatif menurut Milton Chen seorang Direktur KOED Center for Education and Lifelong Learning (CELL). Acara televisi yang negatif mengandung unsur kekerasan dan seks sedangkan positif yang mendidik anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kreatifitasnya dan daya nalar mereka. Untuk memenuhi sasaran penilitian saya menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan data-data dan metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dampak televisi dan kejahatan anak-anak yang dilakukan pada usia 8 hingga 15 tahun dari tahun 1970 sampai dengan 1997 perubahan yang signifikan di Amerika Serikat terhadap tayangan-tayangan yang bersifat negatif yang menimbulkan mereka untuk meniru dan melakukan hal yang mereka lihat di televisi tanpa bimbingan orang tua untuk mencema apa yang mereka lihat sehingga teman yang menghibur disaat orang tua tidak ada ialah televisi. Kejahatan yang dilakukan mereka membuktikan bahwa televisi secara tidak langsung mempengaruhi mereka dalam kehidupan nyata."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirsh, Steven J.
Thousand Oaks, California: Sage, 2006
302.23 KIR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Sri Prasetyo
"ABSTRAK
Dunia pendidikan tak luput dari fenomena kekerasan. Kekerasan yang terjadi di dalam sekolah bukan hanya antar peserta didik, tetapi juga antara guru dan peserta didik. Beberapa kajian terdahulu melihat fenomena kekerasan di dalam sekolah terjadi oleh karena adanya disfungsi di dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan ndash;keluarga, sekolah dan lingkungan sosial. Selain itu, beberapa kajian yang lain melihat bahwa alienasi dan dominasi merupakan akar dari kekerasan yang terjadi di dalam sekolah. Dalam kajian ini, penulis berargumen bahwa tindak kekerasan dalam sekolah merupakan produk dari konstruksi sosial yang terjadi di dalam sekolah. Proses konstruksi sosial kekerasan yang terus berlangsung di dalam sekolah membuat tindak kekerasan terjadi turun temurun di dalam sekolah itu sendiri. Kajian ini menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan teori konstruksi sosial Peter Berger dan Luckmann. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan konstruksi sosial atas kekerasan di dalam SMK Sint Joseph. Kekerasan yang terjadi di SMK Sint Joseph tak lepas dari latar belakang anak asuh dan situasi yang terjadi di dalam Panti. Kekerasan menjadi bentuk ekspresi atas situasi dan kondisi yang mereka alami, dan terbawa ke dalam sekolah. Identitas lsquo;Israel rsquo; menjadi simbol bagi sekolah mereka sekaligus memperteguh tindak kekerasan yang mereka lakukan terhadap sekolah lain. Identitas lsquo;Israel rsquo; berkembang menjadi sebuah identitas lsquo;koalisi rsquo; dari berbagai sekolah dengan latar keagamaan yang sama. Dalam hal ini, kekerasan yang mereka lakukan dipandang sebagai bentuk pembelaan terhadap agama mereka. Dengan adanya kebijakan baru yang dibuat oleh SMK Sint Joseph dan Panti Asuhan Vincentius Putra, kekerasan terhadap sekolah lain dapat diredam. Namun demikian, kekerasan justru terjadi di dalam sekolah dengan mengatasnamakan solidaritas sesama anggota lsquo;Israel rsquo;.

ABSTRACT
Educational world can not be separated from the phenomonenon of violence. School violence occurs not only among student, but also between teachers and students. A number of previous studies show that phenomenon of school violence take place due to the disfunction within social family institutions, schools and social environment. In addition, other studies find that alienation and domination constitue the roots of school violence. In this research, the writer argues that school violence is the product of social construction which occurs in schools. The process of constructing social violence that takes place continuously in schools has resulted in violent acts happening from generation to generation in the chool itself. This research employs a constructivism approach by applying the social construction theory of Peter Berger and Luckmann. This research uses a qualitative method with a phenomenological approach. The result of research shows that there is a change in social construction on violence in SMK Sint Joseph. Violence which takes place at SMK Sint Joseph can not separated from the background of the foster children and the situation of the Orphanage. In this case, violence becomes a form of expression of the situation and condition that they experience, and it is brought into the school. The identity of lsquo Israel rsquo becomes a symbol for their school which strenghtens their violence against other schools. The identity of lsquo Israel rsquo develops into an identity of lsquo coallition rsquo of a variety of schools with the same background. In this matter, their violence is deemed as a defense against their religion. With the new policy made by SMK Sint Joseph and Vincentuis Putra Orphanage, violence against other schools can be reduced. However, violence specifically occurs in schools on behalf of solidarity of the fellow members of lsquo Israel rsquo ."
2018
T51585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Arihta
"Kekerasan terhadap anak di dalam keluarga atau rumah tangga pada saat ini di Indonesia merupakan salah satu masalah yang sedang berkembang dan korbannya terus meningkat jumlahnya. Akan tetapi, kasus tersebut seringkali tidak dilaporkan, sehingga menjadi dark number of crime. Dengan terus meningkatnya jumlah anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, maka masalah ini sudah seharusnya penting untuk diperhatikan dan dicari penyelesaiannya. Kekerasan terhadap anak terdiri dari berbagai bentuk, antara lain: kekerasan fisik, kekerasan psikis atau psikologis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi. Anak merupakan salah satu subjek hukum, jadi kepentingan anak juga diatur, dijamin, dan dilindungi oleh hukum. Oleh karena itu, produk hukum yang ada di Indonesia, seperti: KUHP, UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dan UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, juga mengatur mengenai peranan aparat penegak hukum yang ada dalam melindungi anak yang menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). UU 23 Tahun 2004 ini tidak hanya mengatur secara materiil, tetapi juga mengatur secara formil, bagaimana kewenangan aparat penegak hukum. Yang dimaksud dengan aparat penegak hukum adalah kesatuan terpadu dari lembaga yang berwenang dalam menangani tindak pidana, atau yang biasa disebut dengan Sistem Peradilan Pidana. Sistem Peradilan Pidana tersebut terdiri dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan. Dalam menjalankan tugasnya, aparat penegak hukum mengalami kendala. Hukum dapat berfungsi dengan baik, apabila dapat digunakan dan sesuai dengan aspek sosiologis dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
S26311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syadza Muthia
"Skripsi ini membahas stage mother sebagai pelaku kekerasan terhadap anak dalam anime Shigatsu wa Kimi no Uso. Skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis dan teori sosiologi sastra, konsep representasi Stuart Hall, serta teknik sinematografi. Hasil analisis menunjukkan bahwa bentuk kekerasan terhadap anak oleh ibu dalam anime Shigatsu wa Kimi no Uso didominasi oleh kekerasan mental. Selain itu, ditemukan bahwa pelaku kekerasan terhadap anak dalam anime ini merupakan seorang stage mother yang menaruh ekspektasi berlebihan kepada anaknya. Hal ini disebabkan impian ibu yang tidak tercapai sehingga ia mengharapkan anaknya untuk menggantikannya dalam meraih mimpinya tersebut.
......
The focus of this research is to analyze how stage mother become a perpetrator of child abuse in Shigatsu wa Kimi no Uso anime. This research uses descriptive analysis method and uses sociology of literature theory, Stuart Hall rsquo s representation concept, and cinematographic technique. The analysis result shows that psychological abuse is the most frequently happened in Shigatsu wa Kimi no Uso anime. The analysis result also discovers that the perpetrator of child abuse in this anime is a stage mother that caused by her failed attempt to achieve her dream. Because of that, she has exaggerated expectation towards her child to replace her achieving her dream."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Sage, 2012
362.7 CHI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Washington, DC: American Psychological Association, 2011
618.928 HOW (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>