Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
McCandless, Boyd R
New York: Holt Reinhard and Winston, 1967
612.65 MCC c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Y. Handojo
"Buku ini memberikan petunjuka praktis dalam mengajar anak berkelainan dengan metode Lovaas (Applied Behavior Analysis)."
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2003: Jakarta, 2003
616.898 2 HAN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1987
618.928 914 2 BEH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Axelrod, Michael I.
New York: Routledge, 2017
370.15 AXE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fhardian Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah program Applied Behavior Analysis (ABA) dan Video Modelling dapat meningkatkan kemampuan reseptif dan ekspresif pada anak autisme ringan. Kemampuan reseptif yang ditingkatkan ialah kemampuan memasangkan, menunjuk, dan menyebutkan nama emosi dasar pada kartu ekspresi emosi. Kemampuan ekspresif yang ditingkatkan dalam penelitian ini ialah kemampuan mengungkapkan perasaan tidak menyenangkan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain subjek tunggal. Selama penelitian, program intervensi diberikan selama dua minggu ditambah dengan satu minggu tahap generalisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan reseptif dan ekspresif pada subjek setelah program diberikan. Setelah tujuh hari program dihentikan, subjek juga masih mampu mempertahankan kemampuan reseptif dan ekspresif sesuai dengan target keberhasilan. Hasil penelitian yang positif ini menunjukkan bahwa orang tua juga perlu menerapkan metode ABA untuk melatih kemampuan reseptif dan ekspresif subjek dalam kehidupan sehari-hari.

The objective of this research is to examine whether the Applied Behavior Analysis (ABA) and Video Modelling program can enhance receptive and expressive ablity in children with mild autism. Receptive ability defined as an ability to match, point, and mention the name of basic emotions from facial expression cards. Whereas Expressive ablity is an ability to express inconvenient feelings to others. This research use single subject design in children with mild autism. The program was administered for two weeks. After that, the generalization phase was introduced for a week.
The result from this research shows that receptive and expressive ability improved after the program was administered. Even though the program was stopped for a week, the participant still mastered well the receptive and expressive ability. According to this research, we recommend parents to teach receptive and expressive ability to their children by using ABA method in children natural setting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rogers, Bill
Jakarta: Grasindo, 2004
616.891 42 BIL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Siti Zahra
"Latar belakang: Hemofilia merupakan penyakit kronis yang dapat memengaruhi aspek psikososial penderitanya. Gangguan psikososial yang mungkin dialami adalah gangguan tidur serta gangguan emosi dan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk menilai gangguan tidur, gangguan emosi dan perilaku, dan hubungan keduanya pada pasien anak dengan Hemofilia.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada pasien anak dengan hemofilia di poli hematologi anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari November 2022-Januari 2023. Penilaian gangguan tidur dilakukan melalui kuesioner the Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) berbahasa Indonesia. sedangkan gangguan emosi dan perilaku dinilai berdasarkan kuesioner Pediatric Symptom Checklist-17 (PSC-17) berbahasa Indonesia, Analisis hubungan antara keduanya dinilai melalui uji Fisher.
Hasil: Terdapat 43 pasien anak laki-laki dengan hemofilia dalam periode penelitian. Gangguan tidur terdapat pada 19/43 (44,2%). Gangguan emosi dan perilaku terdapat 5/43 (11,6%). Hubungan gangguan tidur dengan gangguan emosi perilaku menunjukkan nilai p sebesar 0,387 (Hasil uji Fisher).
Kesimpulan: Hubungan gangguan tidur dengan gangguan emosi dan perilaku pada pasien anak dengan hemofilia tidak dapat disimpulkan.

Introduction: Hemophilia is a chronic disease that can affect the psychosocial aspects of sufferers. Psychosocial disorders that may be experienced are sleep disturbances and so emotional and behavioral disorders. This study aims to assess sleep disturbances, emotional and behavioral disorders, and the relationship between the two in pediatric patients with Hemophilia.
Method: This cross-sectional study involved pediatric patients with hemophilia at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Assessment of sleep disturbances was carried out through the Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) questionnaire, while emotional and behavioral disorders were assessed using the Pediatric Symptom Checklist-17 questionnaire (PSC-17). Those questionnaires had already validated in Indonesian. The analysis of the relationship between the two was assessed through Fisher's test.
Result: There were 43 male pediatric patients with hemophilia in this study. It showed that 19/43 (44.2%) of pediatric patients with hemophilia experienced sleep disturbances. In addition, there were 5/43 (11.6%) of patients who had emotional and behavioral disorders. Fisher's test results showed p value=0.387.
Conclusion: Thus, the relationship between sleep disturbances and emotional and behavioral disturbances in pediatric patients with hemophilia can not be concluded.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pentecost, David
Jakarta: Dian Rakyat, 2004
649.64 PEN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Rahmania
"Terdapat kebutuhan yang mendesak unluk mengerti proses perkembangan seperti apa yang memberikan kontribusi timbulnya conduct disorder pada anak-anak. Conduct disorder sendiri adalah suatu sindrom yang dikenal pada bidang psikiatri yang terjadi pada masa anak-anak dan remaja, serta memiliki karakteristik adanya suatu bentuk perilaku yang tidak mengikuti aturan-aturan dan perilaku antisosial dalam jangka waklu tertentu (Searight, Ronnek, & Abby, 2001).
Terdapat beberapa penjelasan leori mengenai agresifitas yang menjadi salah satu ciri dari anak conduct disorder. Menurut teori belajar, perilaku agresif yang tampil dipelajari anak melalui berbagai tindakan agresif yang mereka amati dari orang lain, misalnya dari orang tua, saudaranya dan teman-teman sepermainan. Selain itu, perilaku agresif ini juga dipelajari saat anak diberi perhatian dari orang dewasa. Keadaan sehari-hari yang tidak menguntungkan juga diyakini menimbulkan reaksi agzresif saat individu merasakan suatu kesulitan unluk rnendapatkan pemuasan kebutuhan atau mencapai tujuarmya (Schaefer & Millrnan, 1981). Baum (1989, dalam Wenar, 1994) melaporkan hahwa pada populasi yang mengalami conduct disorder sebanyak satu-perlima hingga satu-pertiganya mengalami masalah depresi.
Conduct disorder sendiri dapat dipengaruhi baik oleh faktor genetik maupun lingkungan. Resiko munculnya perilaku conduct disorder ini lebih besar terjadi pada anak yang orang tuanya atau saudara kandungnya mengalami antisocial personality disorder dan conduct disorder. Conduct disorder ini juga sering muncul pada anak dengan orang tua yang mengalami ketergantungan alkohol, gangguan mood, schizophrenia, ADHD dan conductdisorder (DSM-IV-TR, 2000).
Dari berbagai sumber, conduct disorder pada anak sering dikaitkan karena adanya masalah-masalah yang timbul dalam keluarga, psikoparologi pada orang tua, dan kondisi yang tidak menguntungkan dalam lingkungan (Schachar & Tannock, 1995, dalam Mash & Wolf, 1999). Hal ini menimbulkan ketertarikan untuk meneliti dinamika yang terjadi dalam keluarga dari anak yang didiagnosis memiliki masalah atau kecenderungan conduct disorder melalui gambaran pola asuh yang diterapkan orang tua.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan data yang bersumber dari 5 orang anak sesuai dengan data kasus yang ada pada Klinik Anak F. Psikologi UI dari tahun 2000 - 2003.
Beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa semua pasangan orangtua pada anak-anak dengan masalah atau memiliki kecenderungan conduct disorder yang menjadi subjek dalam penelitian ini menerapkan pengasuhan yang tidak sama (inkonsisten), dimana antar orangtua sendiri tidak didapatkan kesepakatan mengenai pola asuh yang diberikan kepada anak. Pola asuh yang diterapkan kepada anak pada umumnya adalah pola asuh otoriter,
permisif dan rejecting/neglecting, dan tidak ditemukan orangtua yang menggunakan pola asuh otoritatif. Pada dimensi kontrol, seluruh subjek mendapatkan hukuman sebagai bentuk usaha orangtua untuk mendapatkan perilaku yang diharapkan, berupa bentakan-bentakan dan kata-kata kasar sampai dengan hukuman fisik mulai dari mengisolasi anak di ruangan, tidak
memperbolehkan masuk rumah hingga pukulan di badan. Tuntutan-tuntutan yang diberikan pun tidak disertai dengan pengawasan yang terus-menerus (konsisten) oleh orangtua. Ditemukan bahwa anak-anak disorder yang menjadi subjek penelilian ini kurang mendapatkan pemenuhan afeksi dari orangtuanya. Kurangnya pemberian afeksi kepada anak-anak oleh orangtua dikarenakan kesibukan orangtua dengan pekerjaannya atau dikarenakan orangtua yang
cenderung menutupi perasaannya sehingga iidak lancarnya interaksi dengan
muatan emosi antara oraugtua dan anak.
Keterbatasan penelitian ini adalah penggunaan data sekunder, dimana wawancara klinis tidak dilakukan langsumg oleh peneliti sehingga terdapat kemungkinan adanya data-data yang belum tergali. Selain itu, sampel yang digunakan terbatas hanya 5 subjek sehingga tidak dapat di generalisasi pada semua anak dengan masalah conduct disorder. Sehingga, untuk lebih memperkaya pengetahuan masalah conduct disorder ini, penelitian selanjutnya disarankan
dilakukan secara kuantitatif sehingga dapat dilihat seperti apa kecenderungan
pada populasi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover