Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyan Asthira Pitaloka
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Program Penggunaan PECS fase 1 dapat meningkatkan kemampuan meminta objek yang diinginkan pada anak dengan spektrum autistik dan faktor-faktor apa saja yang berperan. Salah satu karakteristik dari anak-anak dengan spektrum autistik adalah adanya gangguan komunikasi. Secara verbal, ritme, intonasi, dan kata-katanya tidak sesuai konteks, tidak biasa/aneh. Secara non-verbal, penyandang autisme tidak menunjukkan ekspresi wajah, ekspresi vokal, dan tidak melakukan komunikasi untuk mengekspresikan kebutuhan, minat, dan perasaan mereka. Kemampuan meminta sering dianggap sebagai keterampilan komunikasi yang vital bagi kemandirian individu dengan keterampilan komunikasi fungsional yang terbatas seperti pada anak-anak dengan autisme ini. Desain penelitian yang digunakan adalah single-subject research. Intervensi yang dilakukan berupa pelatihan PECS fase 1, dimana anak diajari untuk memulai komunikasi dengan cara menukarkan kartu untuk mendapat objek yang ia mau. Tahapan yang harus dilakukan adalah mengambil kartu, menjangkau trainer, dan meletakkan kartu ditangan trainer. Hasil yang diperoleh dari program intervensi ini menunjukkan adanya perbedaan perilaku sebelum dan sesudah intervensi, hasil tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti karakteristik anak, motivasi dan reinforcement, serta konsistensi dan kesinambungan. Hal itu menunjukkan bahwa penggunaan PECS dapat membantu meningkatkan kemampuan meminta pada anak dengan spektrum autistik meski waktu yang dibutuhkan untuk menguasai satu tahapan berbeda-beda untuk tiap anak demikian pula dengan tingkat keberhasilannya.

The purpose of this research is to investigate the PECS (Picture Exchange Communication System) training in developing requesting skill for children with autism spectrum disorder (ASD) and what the influential factors are. One of the most commonly observed characteristic in children with ASD is communication and language deficits, in which they are not able to make an appropriate and understandable request. Requesting is a behavior often cited as a communication skill vital to the independence of individuals with little to no functional communication skills. A single-subject research design is used in this study to see if there is any behavior improvement before and after treatment. First phase of PECS is introduced to the children, where they have to exchange picture with desired objects. In details, children will pick up a picture of the item, reach toward the communicative partner (trainer), and release the picture into the trainer's hand. Result indicate that there is a slight improvement behavior before and after treatment; and the improvement depends on children characteristic; motivation and reinforcement; and consistency and continuity. These findings suggest that PECS training has impact in developing requesting skill for children with ASD. However, time needed for each subject is different and so is the percentage of independent exchange."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rolla Apnoza
"ABSTRAK
Joint attention adalah kapasitas yang dimiliki individu dalam mengkoordinasikan atensi untuk berbagi ketertarikan suatu objek atau kejadian/peristiwa yang ada disekelilingnya dengan sosial partner dalam suatu interaksi (Mundy, Sigman, Ungerer & Sherman. 1986; Mundy & Thorp, 2007), dan merupakan perkembangan awal kompetensi sosial-kognisi (Bakeman & Adamson, 1984; Hecke dkk, 2007). Pada anak dengan ASD, perkembangan joint attention mengalami keterhambatan dan hal tersebut merupakan karakteristik dan ciri khas mereka (Mundy & Crowson, 1997). Intervensi yang dapat meningkatkan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD adalah pivotal response training (PRT). Peran ibu sebagai terapis sangat penting dalam menerapkan komponen-komponen PRT. Penelitian ini melihat keefektifan penerapan PRT oleh ibu untuk meningkatkan kemampuan joint attention anak dengan ASD. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD setelah diberikan intervensi PRT oleh ibu.

ABSTRACT
Joint attention is the capacity of an individual to coordinate attention to shared interests of objects or events around with the social partners in an interaction (Mundy, Sigman, Ungerer & Sherman. 1986; Mundy & Thorp, 2007), and an early development social cognitive competence (Bakeman & Adamson, 1984; Hecke et al, 2007). In children with ASD, the development of joint attention experienced obstacle. It is a characteristic and their special character (Mundy & Crowson, 1997). Interventions that can improve the ability of joint attention in children with ASD is Pivotal Response Training (PRT). The role of the mothers as therapists, is very important in applying components of PRT. This study sees the effectiveness of applying PRT by mothers to increase joint attention skills of children with ASD. Results showed an increase in joint attention skills in children with ASD after given intervention PRT by mothers."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Indriati
"Remaja memiliki berbagai risiko masalah terkait kesehatan seksual dan reproduksi. Komunikasi efektif antara Ibu dengan remaja puteri dibutuhkan dalam mencegah perilaku seksual yang tidak sesuai pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman ibu dalam berkomunikasi tentang seksualitas dengan remaja putri. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan sampel berjumlah 10 orang yang merupakan ibu kandung dari siswa SLTP berusia 13-15 tahun. Sampel diambil dengan tehnik snowball sampling dan semuanya bertempat tinggal di Cibubur, Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2022 selama satu bulan. Analisa dilakukan dengan metode tematik. Hasil penelitian didapat setelah melakukan deep interview dan dianalisa menjadi empat tema mengenai pengalaman ibu dalam berkomunikasi tentang seksualitas dengan remaja puteri. Empat tema tersebut diantaranya 1)Seksualitas itu bahasan yang penting namun hal yang tabu dibicarakan dengan anak, 2)Variasi topik yang dibicarakan terkait seksualitas beraneka ragam, 3)Melakukan komunikasi tentang seksualitas dengan mengacu pada sumber informasi dari diri sendiri dan dari lingkungan, 4)Mengalami berbagai kesulitan untuk melakukan komunikasi tentang seksualitas. Simpulan penelitian bahwa hambatan dalam berkomunikasi mengenai seksualitas adalah pandangan tabu dan kurangnya kemampuan komunikasi Ibu, sehingga perlu dilakukan pendekatan dengan menyampaikan informasi terkait kesehatan seksual dan reproduktif kepada Ibu untuk membuka pikiran dan memaksimalkan peran Ibu.
......Adolescent has various problems and risk related to sexual and reproductive health. Effective communication between mother and adolescent is needed to prevent inappropriate sexual behavior by the adolescent. This study aims to understand the experience of mothers in communicating about sexuality with adolescent girls. The research method was carried out using a descriptive qualitative research design with a sample of 10 people who are biological mothers of Junior High School students aged 13-15 years old. Sample were taken using the snowball sampling technique and all of them were resided in Cibubur, East Jakarta. Research is carried out in June 2022. The research analyzing using thematic method. Research result that were obtained after conducting deep interviews and analysis were found to be four themes regarding the experiences of mother communicating about sexuality with adolescent. The four themes incude 1) Sex is an important topic but a taboo subject to discuss with adolescents. 2)Various topics discussed related to adolescent sexuality 3)Sexual communication by referring to source information from oneself and the environment 4) Having various difficulties to communicate about sexuality. In conclution, the obstacle in communicating about sexuality is taboo and lack of communication skill so it is necessary for nurse to approach by conveying information related to sexual and reproductive health to open mothers mind and maximize her role."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Marlinda
"Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak. Ibu yang merawat anak autis mengalami suka duka tersendiri. Penelitian fenomenologi deskriptif ini bertujuan mengetahui makna pengalaman ibu merawat anak autis. Partisipan diambil dengan teknik purposive sampling adalah ibu yang mempunyai anak autis. Data dianalisis dengan menerapkan teknik Collaizi. Penelitian mengidentifikasi 8 tema yaitu 1)membutuhkan perawatan khusus, 2)membutuhkan konsistensi dan ketegasan, 3)merasa berbeda dengan orangtua lainnya, 4)mencari usaha pengobatan, 5)keinginan berlaku adil terhadap sibling, 6)menyikapi reaksi lingkungan, 7)membutuhkan dukungan dari lingkungan, dan 8)kebutuhan dan harapan ibu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan masukan kepada praktisi keperawatan anak, pendidikan dan penelitian keperawatan.
......Autism is a pervasive developmental disorder in children. Mothers had experience ups and downs of its own. This descriptive phenomenological study aims to know the meaning of mothers?s experience caring for autism children. Participants were taken with a purposive sampling technique, were mothers who have autism children. Data were analyzed by the technique of Collaizi. The study identified eight themes: 1)require special care, 2)requires consistency and firmness, 3)feel different from others, 4)seeking treatment, 5) to be fair to the sibling, 6)addressing environmental reactions, 7)need support and 8)the needs and expectations of mothers. The study is expected to provide the knowledge and feedback to practitioners of nursing children, education and nursing research."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Philadelphia: WB. Saunders, 1969
618.92 TEX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Sugiharto
"ABSTRAK
Pendahuluan: Condyloma acuminata CA merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus yang paling sering di dunia dengan angka rekurensi tinggi, dapat mencapai 70 . CA perianal merupakan CA yang paling sering rekuren yaitu 30,23 . Tingginya rekurensi CA perianal berhubungan dengan beberapa faktor yang hingga kini di RSCM belum pernah di teliti.Metode: Dilakukan studicross sectionalmelibatkan 48 subjek dengan CA perianal yang ditatalaksana di Departemen Bedah RSCM periode 1 Januari 2010-30 Juni 2015.Usia, lokasi CA, tatalaksana, Infeksi HIV dan perilaku seksual merupakan variabel yang diteliti. Data di kumpulkan dari rekam medis dan wawancara, diolah dan dianalisis secara statistik. Variabel tersebut dinyatakan mempunyai hubungan bermakna jika p

ABSTRACT<>br>
Introductions Condyloma acuminata CA is the most common sexually transmitted disease caused by HPV with high recurrence rate, until 70 . Several factors that contribute to the recurrence of condyloma acuminata should be avoided. The relationship between age, location, previous treatment, HIV infection and sexual behavior with the incidence of perianalCA recurrence still unknown.Methods A cross sectional study was conducted. Forty eight patients with known history of condyloma acuminata from digestive surgery polyclinic and ward from 1 January 2010 to 30 June 2015 was called and asked about age, location, previous treatment, HIV infection and sexual behaviorthat would be associated with CA recurrence.Data then analyzed with Chi square.Results and Disscussions Only age has a significant correlation with CA recurrence OR 5,83 95 CI 1,66 20,56 P 0,008 , while location, previous treatment, CD4 count, and sexual behavior do not have significant correlation with CA recurrence. CA recurrence was higher in reproductive age compared to non reproductive age. However, previous anal CA and high risk sexual behavior have higher risk of recurrence than previous non anal CA and low risk sexual behavior OR 1,89 and 2,14, respectively .Conclusion There was a significant correlation between age and CA recurrence, but not with previous location, treatment, CD4 count and sexual behavior.Anal CA has 1.89 times risk and high risk sexual behavior has 2.14 times more likely to experience a recurrence."
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Putri Chairunisa
"Permasalahan regulasi emosi umum terjadi pada masa usia prasekolah. Dari berbagai literatur sebelumnya, diketahui bahwa pengasuhan orangtua terhadap anak menjadi hal krusial dalam membentuk regulasi emosi anak usia prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengasuhan berkesadaran dengan regulasi emosi anak usia prasekolah. Penelitian dilakukan menggunakan convenience sampling dengan total 126 partisipan orangtua dengan anak usia prasekolah (3 – 6 tahun). Pengukuran mengenai penerapan pengasuhan berkesadaran dilakukan menggunakan instrumen Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IM-P), sedangkan pengukuran mengenai regulasi emosi anak dilakukan menggunakan instrumen Emotion Regulation Checklist (ERC). Pengujian Korelasi Pearson dilakukan untuk menguji hubungan antarvariabel. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan dengan antara pengasuhan berkesadaran dengan regulasi emosi anak usia prasekolah. Penelitian ini berkontribusi untuk pengembangan intervensi pengasuhan berkesadaran dalam perkembangan regulasi emosi anak.
......Problems in emotion regulation are common in preschool age. In the previous literature, it was known that parenting practice is crucial in shaping the emotion regulation of preschoolers. This study aims to examine the relationship mindful parenting and emotion regulation of preschoolers. Convenience sampling was used with 126 participants of parents with preschool aged children (3-6 years). Mindful parenting was measured using Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IM-P), while the measurement of children's emotional regulation was measured using the Emotion Regulation Checklist (ERC). Pearson correlation test was conducted to examine the relationship between variables. The results of the study indicate that there is a significant positive relationship between mindful parenting and emotion regulation of preschoolers. This research contributes to the development of mindful parenting interventions for better emotion regulation in preschoolers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stillman, William
San Francisco: Jossey-Bass, 2009
618.928 STI e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
USA: The population council, 1984
613.043 2 CHI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>