Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendrik Agus Winarso
Semarang: Dahara Prize, 2003
915.1 HEN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dewandaru
"Kajian ini membahas mengenai penggambaran dewa lokal Klenteng Boen San Bio dan Tjoe Soe Kong di Tangerang Menggunakan kajian Agensi. Kajian ini menggunakan sumber data petilasan dewa lokal di Klenteng Boen San Bio dan Tjoe Soe Kong di Tangerang. Dewa pada klenteng biasanya diadopsi dari tokoh Cina atau dewa dewa cina berdasarkan Agama Tri Dharma. Akan tetapi ada Dewa Lokal yang di sembah dan dihormati sampai memiliki petilasan atau ruang ibadah sendiri. Oleh karena itu, Kajian ini berfokus pada penggambaran dewa lokal. Metode yang digunakan adalah kerangka penelitian Sharer dan Ashmore yang terdiri atas enam tahap yaitu tahap formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Hasil kajian analisis adalah agensi agensi dewa lokal dan alasan bisa menjadi dewa berdasarkan Petilasan dewa lokal dan Data lainnya.

This study discusses the depiction of local gods in the Boen San Bio and Tjoe Soe Kong temples in Tangerang using the Agency study. This study uses data sources of local deities in the Boen San Bio and Tjoe Soe Kong temples in Tangerang. The gods in pagodas are usually adopted from Chinese figures or Chinese gods based on the Tri Dharma religion. However, there are local gods who are worshiped and respected to the point where they have their own shrine or prayer room. Therefore, this study focuses on the depiction of local gods. The method used is the Sharer and Ashmore research framework which consists of six stages, namely the formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, and interpretation stages. The results of the analysis study are the agencies of local gods and the reasons they can become gods based on the Recitation of local gods and other data."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Andriani Parmita
" ABSTRAK
Kelenteng merupakan salah satu bangunan keagamaan yang sering menjadi obyek penelitian arkeologi. Kelenteng dibangun dengan menerapkan aspek-aspek yang ada pada arsitektur tradisional Cina, Ilmu fengshui dan ornamen. Penelitian ini membahas mengenai penerapan arsitektur tradisional Cina, ilmu fengshui, dan ornamen pada Kelenteng Dewi Welas Asih di Cirebon. Penelitian ini menggunakan tahapan metode arkeologi, yaitu observasi, pengolahan data, dan intepretasi. Pada tahap pengolahan data digunakan analisis bentuk dan analisis khusus. Hasil dari penelitian ini adalah Kelenteng Dewi Welas Asih hampir menerapkan seluruh aspek yang ada pada arsitektur tradisional Cina, namun tidak sepenuhnya menerapkan aspek yang ada pada ilmu fengshui. Diketahui juga bahwa terdapat empat tipe ornamen yang dapat diidentifikasi pada kelenteng, yaitu fauna, flora, manusia, dan benda buatan manusia.

ABSTRACT
Chinese temple is one of the religious buildings that often become the object of archaeological research. Chinese temple was built by applying Chinese traditional architecture, fengshui, and ornament. This research is talking about the applying of those three aspects in Dewi Welas Asih Temple in Cirebon. This research used three stages of archaeological method, which are observation, data processing, and interpretation. In data processing stage, the collected data then analyzed by form analysis and specific analysis. The results of this research are Dewi Welas Asih Temple almost applied every aspect in Chinese traditional architecture. However, this temple only applied several aspects in fengshui. Dewi Welas Asih Temple also has four types of ornaments that can be identified, those are fauna, flora, human and man-made objects.
"
2016
S61762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hamima
"ABSTRACT
Penelitian ini mendeskripsikan pergerakan Tionghoa Muslim yang merupakan jamaah Masjid Lautze dalam ruang. Pergerakan tersebut meliputi aktivitas harian dan aktivitas sosial budaya yang dapat memengaruhi aktivitas Tionghoa Muslim di Masjid Lautze. Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap sembilan orang informan dan pengamatan langsung di lapangan. Informan diklasifikasikan berdasarkan jenis pekerjaannya, yaitu wiraswasta, karyawan, ibu rumah tangga, dan pekerja keluarga. Hasil dari penelitian ini adalah ruang gerak harian informan wiraswasta dan karyawan yang bekerja di bidang pemasaran cenderung lebih luas. Selain itu, informan wiraswasta bebas menentukan hari kerja. Hal ini juga membuat informan wiraswasta bebas untuk mengikuti aktivitas sosial di luar pekerjaan utamanya, sehingga ruang gerak sosial budaya informan wiraswasta cenderung lebih luas. Faktor pengekang, seperti aktivitas harian dan sosial budaya memengaruhi intensitas kunjungan ke Masjid Lautze. Informan yang bekerja di akhir pekan lebih jarang berkunjung ke Masjid Lautze. Begitu pula dengan informan yang memiliki aktivitas sosial budaya yang padat. Sebaliknya, informan yang dipercaya membantu pengurus masjid lebih sering berkunjung ke Masjid Lautze. Sebagian besar informan tetap menunjukkan identitasnya sebagai etnis Tionghoa dengan tetap merayakan Imlek dengan meninggalkan ritual yang mengandung unsur kepercayaan.

ABSTRACT
This research describes Chinese moslems movement who are the member jamaah of Lautze Mosque in space. The movement includes daily activities and socio culture activities that could influence the respondents activities in Lautze mosque. Most of datas are collected by interviewing and observing the respondents. The respondents are classified based on their occupation businessman, private sector employee, housewife, and family worker. The results of this research is the businessman and marketing employee respondets have larger latitude. The businessman respondent also has independency in determining working days. This also make the businessman respondent free to take a part in some social activities in addition to work, so the businessman respondents also have the larger latitude in socio culture activities. The constraint factors, such as daily and socio culture activities influence the intensity of visiting Lautze mosque. The respondents who have to work on weekend usually come to Lautze Mosque rarely. The respondent who has so many social activities also comes to Lautze Mosque rarely. Otherwise, the respondents who like to help mosques administrators usually visit the mosque more often. Most of the respondents show their Chinese identity by celebrating Chinese new year without doing any rituals containing mystical belief. "
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Cahya Perdana
"Klenteng adalah salah satu bangunan keagamaan yang sering dijadikan objek penelitian arkeologi. Pada bangunan klenteng biasanya banyak terdapat ornamen atau hiasan yang berada di bagian dalam bangunan maupun luar bangunan klenteng. Selain itu, pada pembangunannya sering menerapkan aturan umum arsitektur tradisional Cina dan aturan fengshui.
Penelitian ini membahas mengenai ornamen, penerapan arsitektur tradisional cina dan aturan fengshui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan Klenteng Shia Jin Kong tidak memiliki banyak ornamen dan apakah sepenuhnya menerapkan aturan umum dan fengshui.
Dalam penelitian ini digunakan tahapan metode arkeologi, yaitu observasi, pengolahan data, dan interpretasi. Pada tahap pengolahan data digunakan analisis ornamen dan analisis kronologi.
Hasil dari penelitian ini adalah Klenteng Shia Jin Kong merupakan klenteng rakyat yang dibangun pada akhir abad 19. Klenteng Shia Jin Kong juga menerapkan hampir semua aspek arsitektur tradisional Cina dan aturan fengshui.

Chinese temple is one of the religious buildings that often become the object of archaeological research. At the temple building there are usually lots of ornaments or decorations that were inside the building and outside the building of the temple. In addition, the construction often apply the general rule of traditional Chinese architecture and the rules of feng shui.
This study discusses the ornament, the application of traditional Chinese architecture and the rules of feng shui. The purpose of this study was to determine the factors that led to Shia temple Jin Kong does not have a lot of ornaments and they are fully apply the general rule and fengshui.
In this study used the stages of archaeological methods, ie observation, data processing and interpretation. At this stage of the analysis used data processing and analysis ornament chronology.
The results of this study are Shia Jin Kong Temple is a folk temple built in the late 19th century temple Shia Jin Kong also implemented nearly all aspects of traditional Chinese architecture and the rules of feng shui."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S69971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matsuda Hiroshi
"

Indonesia merupakan negara yang mengatur kebebasan beragama bagi warga negaranya. Selain agama-agama samawi terdapat pula agama-agama yang berasal dari kepercayaan leluhur yang dikembangkan dalam setiap suku dan etnis pada masyarakat di Indonesia. Salah satu agama orang Tionghoa di Indonesia adalah kepercayaan lokal kepada Dewa Tan Hu Cin Jin yang merupakan keyakinan terhadap leluhur. Dalam praktiknya, sistem kepercayaan lokal ini berkontestasi dengan agama-agama besar, pemerintah dan kondisi masyarakat Indonesia yang sangat prulal sehingga menyisakan persoalan tentang keberlangsungan kepercayaan ini di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi untuk memperoleh data dari lapangan. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa kepercayaan lokal ini nampak berusaha untuk memposisikan diri sebagai agama yang berpayung pada agama besar, nampak pula adanya kecenderungan mengakomodir pemerintah daerah untuk menjadikan kepercayaan lokal ini sebagai aset lokal dalam mendatangakan pariwisata dan adanya strategi pintu terbuka yang diterapkan oleh kepercayaan lokal kepada Dewa Tan Hu Cin Jin untuk menerima penganut yang berasal dari berbagai agama, berbagai suku melewati batas dan sekat-sekat budaya sebagai bentuk mempertahankan kebersinambungan kepercayaan lokal ini secara turun temurun.


Indonesia could denote to be one of the countries that in a certain extent accepted freedom of religion. Beside those as recognized as Monotheism such as Islam, Roman Catholic, Protestants and those of Buddhism and Confucianism, could also recognized the existence as called believes among various ethnics in Indonesia. One of those believes the deity called Tan Hu Cin Jin could categorized as one of those locally believed god amongst Chinese descendants in Indonesia. But in practically, those local religious deities were suffered in the contestation between monotheistically performed religions as recognized by Indonesian government and those they believe against own deity. The study conducted by engaging ethnographic approaches with technically applying ethnology method to obtain field data. The findings in this study are, clearly recognize the efforts in positioning themselves under the protection of monotheistic recognized religions as already approved by the Indonesian government, and also clearly seen and way to purposely accommodating such local believed deity as an assets for tourism of local government beside their religious nature, and finally it could be apparently clear that strategy for open door policy can be seen in their way for survive and existence their local deity as a god under the protection from monotheistic recognized religions by utilizing the efforts in continually existence as main objectivity of local god.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library