Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nainggolan, Paulina Magdalena
Abstrak :
Latar Belakang: Paparan asap rokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menjadi pencetus terjadinya hipertiroid selain beberapa faktor risiko lainnya. Prevalensi merokok di Indonesia semakin meningkat dari 27 tahun 1995 menjadi 36,3 tahun 2013 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid pada penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun. Metode: Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar722.329 responden. Sampel penelitian adalah penduduk Indonesia umur ≥ 15tahun yang menjadi responden dalam Riskesdas tahun 2013 dan memiliki data lengkap tentang variabel yang diteliti yaitu sebesar 46.823 responden. Analisisdata multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kandungan iodium dalam garam yang digunakan dalam rumah tangga dan status gizi. Hasil: Prevalensi hipertiroid pada penelitian ini adalah 0,8 . Prevalensi keterpaparan asap rokok 77,4 . Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan tinggi memiliki peluang 1,65 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan statuspendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikansedang memiliki peluang 1,30 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkanpada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan rendah memberikan efek protektif 0,69 kali terhadap hipertiroid dibandingkan padaresponden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan pendidikan tinggi. Kesimpulan: Paparan asap rokok berinteraksi dengan pendidikan dalammenyebabkan hipertiroid. ...... Background: Cigarette smoking exposure is a modifiable risk factor for hyperthyroidsm. The prevalence of smoking in Indonesia increased from 27 in 1995 to 36,3 in 2013. This research aimed to determine the association between cigarette smoking exposure in Indonesian population above 15 years old. Method: Study design is cross sectional. Study population is the entire above 15 years old Indonesian people. Sample is the entire above 15 years old Indonesian people who were respondents in Basic Health Research 2013 and had complete data on the variables studied. Data analysis using logistic regression to determine the association between cigarette smoking exposure and hyperthyroidsm after adjusted by age, sex, educational status, job, iodine level in salt and body massa index. Result: The prevalence of hyperthyroidsm in this research is 0,8 . The prevalence of cigarette smoking exposure is 77,4 . Cigarette smoking exposureand high educational status are 1,65 times getting hyperthyroidsm than non cigarette smoking exposure and don't have high educational status. Cigarette smoking exposure and medium educational status are 1,30 times getting hyperthyroidsm than non cigarette smoking exposure and don't have high educational status. Cigarette smoking exposure and low educational status have protective effect 0,69 times getting hyperthyroidsm than non cigarette smoking exposure and don't have high educational status. Conclusion: Cigarette Smoking Exposure interact with educational status incausing hyperthyroidsm.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Kusuma Wardani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi rokok yang tidak memenuhi ketentuan mengenai batasan Harga Transaksi Pasar di 34 Provinsi di Indonesia dan menganalisis dampak yang mempengaruhi pemantauan Harga Transaksi Pasar Tembakau oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Selain itu, penelitian ini menghitung estimasi proporsi rokok yang tidak memenuhi aturan harga transaksi pasar minimum dengan membandingkan data rokok yang dikonsumsi menggunakan SUSENAS dengan aturan Harga Transaksi Pasar. Penelitian ini menerapkan model regresi panel fixed effect untuk memperkirakan dampak kebijakan pemantauan Harga Transaksi Pasar Produk Tembakau terhadap konsumsi rokok yang tidak memenuhi ketentuan HTP tahun 2016-2019. Kajian ini menemukan bahwa kenaikan tarif cukai produk tembakau terbukti secara signifikan positif dan pemantauan HTP untuk produk tembakau terbukti tidak signifikan mempengaruhi konsumsi rokok dengan harga yang tidak memenuhi ketentuan HTP. ......This study aims to investigate what factors are c that does not meet the regulations regarding the limits on Market Transaction Prices in 34 Provinces in Indonesia and analyze the impact that influences the monitoring of Tobacco Market Transaction Prices by the Directorate General of Customs and Excise. In addition, this study calculates the estimated proportion of cigarettes that do not comply with the minimum market transaction price rules by comparing the data on cigarettes consumed using SUSENAS with the Market Transaction Price rules. This study applies a fixed effect panel regression model to estimate the impact of the policy of monitoring the Tobacco Products Market Transaction Price on cigarette consumption that does not meet the HTP regulations in 2016-2019. The study found that the increase in tariffs on tobacco productsproved significantly positive and monitoring of HTP for tobacco products proved insignificant in influencing cigarette consumption at prices that did not meet the HTP regulations.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Stevy Elisabeth Dame
Abstrak :
Di Indonesia berdasarkan hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan angka nasional BBLRyaitu sekitar 10,2 . Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Adult TobaccoSurvey GATS tahun 2011 diperoleh hasil bahwa 67 laki-laki di Indonesia merokok. 1 Sementara itu pada tahun 2011-2015 prevalensi perokok pasif yang terpapar asaprokok di rumah sekitar 78.4, lebih dari separuh perokok pasif adalah kelompok rentanseperti perempuan dan balita. 2. Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubunganpaparan asap rokok dari suami pada wanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR.Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubungan paparan asap rokok dari suami padawanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR.Penelitian ini menganalisis data IFLS V tahun 2014. Jumlah wanita usia 15-57 tahun yangmenjadi responden IFLS V sebanyak 2.721 orang. Sebanyak 1.599 orang menjadi totalsampel karena telah memenuhi syarat kriteria inklusi yaitu wanita usia 15 ndash; 57 tahundengan anak kelahiran terakhir yang lahir hidup dalam kurun waktu 2007-2015, Pernahmelahirkan. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu : data tentang riwayat merokok suamidanvariabel kovariat tidak lengkap, dan ibu merupakan perokok aktif.Proporsi ibu usia 15-57 tahun yang terpapar asap rokok dari suami adalah 73,5 .Proporsi bayi dengan berat lahir rendah yang dilahirkan oleh ibu yang terpapar asaprokok dari suami pada penelitian ini adalah 7,74, dan proporsi bblr pada ibu yang tidakterpapar asap rokok dari suami yaitu 6,86 . Terdapat hubungan yang tidak bermaknaantara merokok pasif pada ibu usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR dengan 1,096 CI95 0,721-1,66 setelah dikontrol oleh variabel riwayat kunjungan ANC.Pengaruh paparan asap rokok terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabelriwayat kunjungan ANC tidak bermakna. Meskipun faktor yang mempengaruhi BBLRsangat banyak dan kompleks, namun hal ini dapat dicegah sejak dini. Salah satunyamelalui melindungi masyarakat dari paparan asap rokok melalui upaya pencegahan danpromosi kesehatan. ...... In Indonesia based on the results of Riskesdas Basic Health Research in 2013 showsthe national rate of LWB is about 10.2 . Based on a survey conducted by Global AdultTobacco Survey GATS in 2011, it was found that 67 of men in Indonesia smoke. 1 Meanwhile in 2011 2015 the prevalence of passive smokers exposed to cigarette smokeat home is about 78.4, more than half of passive smokers are vulnerable groups suchas women and toddlers. 2 . Objective This study to see the effect of exposure to husbands cigarette smoke with theLWB.Method This study analyzed IFLS V data in 2014. A total of 1,599 people into the totalsample because it has fulfilled the inclusion criteria, namely women aged 15 57 yearswith the last born birth of children in the period 2007 2015, Ever give birth. While theexclusion criteria are data about husbans smoking history and covariate variable isincomplete, and mother is active smoker.Results 73.5 of husbands were smokers. The proportion of infants with low birthweight born to mothers exposed to cigarette smoke from husbands in this study was7.74, and the proportion of bblr in mothers not exposed to cigarette smoke fromhusbands was 6.86. There was no significant relationship between passive smoking inwomen aged 15 57 years with LWB incidence with 1.096 95 CI 0.721 1.66 aftercontrolled by antenatal care ANC visit variables.Conclusion The effect of exposure to husbands smoke with the LWB after controlled byantenatal care ANC visit history variable is not significant. Although the factors thataffect LBW are very numerous and complex, but this can be prevented early on. One ofthem through protecting people from exposure to cigarette smoke through preventionefforts and health promotion.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hario Baskoro
Abstrak :
Latar Belakang: Asap rokok mengandung berbagai bahan dan zat kimia yang mempunyai sifat antara lain sebagai iritan. Pajanan asap rokok terhadap saluran napasa bisa bersifat akut dan kronik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek akut asap rokok terhadap sel epitel saluran napas kecil secara in vitro dan saluran napas mencit secara in vivo. Metode: Sel epitel saluran napas kecil didapat dari donor orang sehat. Sedangkan mencit yang digunakan sebanyak enam ekor dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Sel epitel saluran napas kecil yang dibiak hingga 6 passage. Kelompok percobaan dipajankan terhadapekstrak asap rokok konsentrasi 2,5% selama 24 jam. Sedangkan mencit dipajani dengan asap rokok selama 5 hari. Hasil: Didapatkan hasil percobaan in vitro peningkatan ekspresi COX-2 baik pada level RNA maupun protein sebanyak 3,1x dibandingkan dengan kontrol. Pada jaringan paru mencit yang dipajankan terhadap asap rokok didapatkan peningkatan bermakna sel epitel saluran napas kecil yang mengeskpresikan protein COX-2 secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Kesimpulan: Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa sel epitel saluran napas kecil merupakan target awal perubahan inflamasi bila dipajani dengan asap rokok. ......Introduction: Cigarette smokes contain various particles and chemical substances that can irritate airway. The irritation process can be acute or chronic. The aim of this study to observe the acute effect of cigarette smoke on small airway epithelial cells in vitro and mouse airway in vivo. Methods: Small airway epithelial cells were obtained from healthy donors and mice. Six mice involved in this study were distributed into experimental and control groups. Their epithelial cells were cultured up to six passages. Experimental group was exposed to 2.5% of cigarette smoke extract for 24-hours incubation for five consecutive days. Results: There was a 3.1-fold increased expression of COX-2 in RNA and protein level in experimental group compared to control group. Furthermore, exposure of cigarette smoke increased the protein expression of COX-2 small airway epithelial cells. Conclusions: It is concluded that small airway epithelial cells were the initial target of inflammation changes due to cigarette smoke exposure
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamaya Pramestidiani
Abstrak :
Pencemaran udara dalam ruang merupakan permasalahan yang cukup serius dan lebih membahayakan kesehatan akibat banyaknya masyarakat yang beraktivitas di dalam ruangan dalam waktu yang lama sehingga intensitas paparannya menjadi jauh lebih tinggi. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas udara adalah dengan menggunakan alat purifikasi udara yang dapat mendegradasi polutan secara efektif  melalui proses fotokatalisis terkombinasi dalam satu alat yang memiliki desain minimalis dan mudah digunakan. Kerangka dari alat purifikasi udara pada penelitian ini dibuat dengan menggunakan papan-papan akrilik dengan memiliki sekat-sekat untuk meletakkan komponen dari alat berupa blower untuk mensirkulasi udara masuk-keluar alat, generator plasma ion negatif untuk memecah polutan menjadi bentuk yang tidak berbahaya, serta membersihkan partikulat yang masih tersisa, media penyangga berupa kain filter dan karbon aktif berbentuk honeycomb yang dilapisi katalis komersil berwujud aerosol dan dilengkapi lampu UV-C sebagai sumber foton bagi proses fotokatalisis. Hasil karakterisasi SEM-EDS dan XRD menunjukkan bahwa katalis yang digunakan mengandung TiO2, Karbon, dan Besi-Kobalt. Kemudian dari karakterisasi UV-Vis DRS didapatkan band-gap energy katalis yang digunakan adalah 3.28 eV. Berdasarkan hasil pengujian degradasi polutan asap rokok, didapat kombinasi proses dengan hasil terbaik untuk purifikasi udara yaitu kombinasi antara proses fotokatalisis dengan menggunakan penyangga katalis berupa karbon aktif, lampu UV-C, dan plasma ion yang berhasil mendegradasi konsentrasi CO sebanyak 30.77%, TVOC sebanyak 90.51%, HCHO sebanyak 89.93%, PM 2.5 sebanyak 97.80%, dan PM 10 sebanyak 97.20% dalam waktu 120 menit. ......Indoor air pollution is a significant concern, posing serious health risks due to prolonged exposure for people who spend a considerable amount of time indoors. One effective approach to improve air quality is by using an air purification device that can degrade pollutants through a combined photocatalytic process within a single, user-friendly, and minimalist design. The air purifier framework in this study was constructed using acrylic boards with compartments to house various components, including blowers for air circulation, negative ion plasma generators to break down pollutants into harmless forms and clean residual particulates, and filter media such as cloth filters and honeycomb-shaped activated carbon coated with a commercial aerosol catalyst. The device also includes a UV-C lamp as a photon source for the photocatalysis process. SEM-EDS and XRD characterizations revealed that the catalyst used contains TiO2, carbon, and iron-cobalt. Additionally, UV-Vis DRS characterization determined the band-gap energy of the catalyst to be 3.28 eV. Based on the pollutant degradation tests using cigarette smoke, the optimal combination for air purification was found to be the photocatalytic process using activated carbon as the catalyst support, a UV-C lamp, and plasma ions. This combination successfully degraded CO concentrations by 30.77%, TVOCs by 90.51%, HCHO by 89.93%, PM 2.5 by 97.80%, and PM 10 by 97.20% within 120 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Amaliani Putri
Abstrak :
Karbon aktif menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan asap rokok dan gas CO sebagai salah satu senyawa dengan persentase terbesarnya, yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Sumber karbon aktif dapat dari beragam hal, salah satunya adalah limbah kulit durian. Limbah kulit durian dipilih karena mengandung 50-60%, lignin 5%, dan pati 5% yang potensial untuk dijadikan karbon aktif, ditambah dengan produksinya yang mencapai 746,805 ribu ton per tahunnya. Limbah kulit durian akan diolah menjadi karbon aktif teraktivasi kimia dengan variasi K2CO3 berbanding karbon aktif adalah 1:1, 3:2, dan 2:1, serta teraktivasi fisika oleh N­2 200 ml/menit selama 1,5 jam pada suhu 600oC. Karbon aktif yang telah teraktivasi kemudian dimodifikasi dengan MgO dengan variasi konsentrasi MgO 0,5%, 1%, dan 2% pada suhu 450oC selama 30 menit. Karbon aktif hasil aktivasi dan karbon aktif hasil modifikasi selanjutnya dilakukan karakterisasi dengan uji bilangan iod, uji BET, uji SEM, dan uji EDX. Sehingga didapatkan karbon aktif terbaik non modifikasi adalah variasi kimia-fisika 3:2 dengan yield sebesar 41,56% dengan bilangan iod sebesar 399,44 mg/g dan luas permukaan sebesar 694,13 m2/g. Sedangkan karbon aktif modifikasi terbaik adalah variasi kimia-fisika 3:2 MgO 2% dengan yield sebesar 97% dengan bilangan iod sebesar 625,70 mg/g dan luas permukaan sebesar 1.029,90 m2/g. Pada aplikasi adsorpsi gas CO, yang merupakan komponen dengan konsentrasi terbesar dalam asap rokok, dan asap rokok itu sendiri, diuji adsorpsi menggunakan karbon aktif modifikasi. Hasil yang didapatkan adalah karbon aktif modifikasi MgO 2% mampu mendegradasi CO terbaik dengan daya adsorpsi sebesar 3,89%/gram per menitnya dengan daya adsorpsi sebesar 0,215%. Karbon aktif tersebut juga mampu memurnikan udara dari asap rokok yang terbaik dengan daya adsorpsi sebesar 8,04%/gram per menitnya dengan daya adsorpsi sebesar 0,87%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dewi Shafira
Abstrak :
ISPA masih menjadi tantangan besar di Indonesia karena menjadi salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang serta menjadi penyakit dengan kunjungan puskesmas sekitar 40%-60% di seluruh kalangan umur. Kasus ISPA juga selalu masuk kedalam 10 jenis penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah dan Paparan asap rokok dengan kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Srengseng Sawah. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong lintang dengan jumlah responden 115 rumah tangga. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara kuesioner. Uji statistik yang digunakan yaitu uji kai kuadrat dan uji regresi logistik ganda. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat tiga variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian ISPA diantaranya yaitu luas ventilasi (p-value = 0.001), kepadatan hunian (p-value = 0.037) dan jumlah anggota keluarga yang merokok ( p-value = 0.044). Analisis multivariat menunjukkan luas ventilasi merupakan faktor risiko dominan yang mempengaruhi kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah (p-value = 0.000; OR =5.465). Peningkatan terhadap kesadaran masyarakat terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan kualitas lingkungan perlu dilakukan. ......ARI is still a big challenge in Indonesia. It is one of the main causes of death in developing countries and a disease with around 40%-60% of health center visits in all ages. Cases of ARI are always included in the 10 most common types of diseases in the working area of the Puskesmas Srengseng Sawah Village, Jagakarsa. The purpose of this study was to determine the relationship between the physical environment of the house and exposure to cigarette smoke with the incidence of ARI in the working area of the Srengseng Sawah Health Center. This research was conducted using a quantitative method with a cross-sectional study design with a total of 115 households as respondents. Data collection was carried out using observation techniques and questionnaire interviews. The statistical test used is the chi-square test and the multiple logistic regression test. The results of statistical tests show that there are two variables that have a significant relationship with the incidence of ARI including ventilation area (p-value = 0.001), occupancy density (p-value = 0.037), and number of family members who smoke (p-value = 0.044). Multivariate analysis showed that ventilation area was the dominant risk factor influencing the incidence of ARI in the working area of the Puskesmas Srengseng Sawah (p-value = 0.000; OR =5.465). It is necessary to increase public awareness regarding clean and healthy living behavior and environmental quality.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiwuk Susantiningsih
Abstrak :
Latar Belakang. Merokok adalah penyebab utama kematian akibat penyakit yang dapat dicegah seperti stroke, penyakit jantung dan kardiovaskuler. Morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang disebabkan oleh rokok melebihi yang disebabkan oleh kanker paru-paru. Paparan asap rokok menyebabkan sel mengalami kerusakan DNA dan atau kerusakan mitokondria. Faktor penentu nasib sel secara molekuler menuju perbaikan sel hingga selesai (cell repair), premature senescence, autofagi atau apoptosis masih perlu penelitian lebih lanjut. Potensi Spirulina platensis sebagai antioksidan preventif premature senescence pada paparan asap rokok perlu penelitian lebih mendalam baik secara in silico dan in vivo. Metode. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap penelitian yaitu penelitian in silico, preliminary study untuk menentukan dosis paparan asap rokok yang dapat menyebabkan premature senescence jantung dan menentukan dosis S. platensis yang dapat mencegah terjadinya premature senescence jantung. Tahap 3 penelitian in vivo sebanyak 32 ekor tikus jantan Spraque-Dawley dibagi secara acak menjadi 8 kelompok: kelompok kontrol (N), Cigarette (Cg), Spirulina (Sp), Vitamin C (As), Spirulina-Cigarette (SpCg), C-phycocyanin-Cigarette (PhCg) dan Cigarette-Spirulina (CgSp). Setelah 30 hari perlakuan, tikus terminasi, dilakukan pengamatan kerusakan jaringan jantung (HE) dan inflamasi (TNFa), pemeriksaan penanda stres oksidatif (8-OHdG, MDA dan GSH), penanda sel masuk siklus sel fase S kembali (CDK2), penanda premature senescence (p53, p16, mTOR dan SA-β-Gal), penanda autofagi (LC3), dan apoptosis (Caspase3). Hasil. Analisis in silico protein-protein yang berperan pada tahap TGA, paparan asap rokok dan S. platensis adalah protein CDK2, p53, p16, LC3 dan Caspase3 dengan komponen C-phycocyanin. Dosis paparan asap rokok yang dapat menyebabkan terjadinya premature senescence adalah 12 batang rokok sekali sehari selama 30 hari. Dosis S. platensis yang dapat mencegah premature senescence jantung adalah 750mg/kgBB sekali sehari selama 30 hari. S. platensis dapat memperbaiki morfologi jantung, menurunkan kadar TNFα, menurunkan stres oksidatif 8-OHdG dan MDA, meningkatkan kadar GSH, meningkatkan CDK2, mencegah premature senescence melalui jalur p16 serta menurukan aktivitas spesifik enzim SA-β-Gal, meningkatkan jalur autofagi LC3, serta mencegah apoptosis Caspase3 jantung tikus yang dipaparkan asap rokok. Kesimpulan. Pemberian terapi preventif S. platensis 750mg/kgBB mampu memperbaiki gambaran histologi dan inflamasi jantung, mencegah stres oksidatif, membantu sel bersiklus kembali serta mencegah premature senescence jantung melalui penghambatan jalur p16, memacu autofagi dan mencegah apoptosis jantung tikus yang dipaparkan asap rokok 12 batang sekali sehari selama 30 hari. ......Background. Smoking is the leading cause of death from preventable diseases such as stroke and cardiovascular diseases. Cardiovascular morbidity and mortality caused by smoking higher than lung cancer. Cigarette smoke exposure causes DNA damage and/or mitochondrial disfunction. Molecular determinants of cell fate toward complete cell repair, premature senescence, autophagy, or apoptosis still need further research. The potential of Spirulina platensis as an antioxidant to prevent cardiovascular premature senescence to cigarette smoke exposure needs further research by an in silico and in vivo. Methods. This study consist of three stages of research, namely in silico study, a preliminary study to determine the dose of cigarette smoke exposure that can causes cardiovascular premature senescence, and a determination of the dose of S. platensis that can prevent cardiovascular premature senescence. In an in vivo study, 32 male-rats Sprague-Dawley were randomly divided into 8 groups: Control (N), Cigarette (Cg), Spirulina (Sp), Vitamin C (As), Spirulina-Cigarette (SpCg), C-phycocyanin-Cigarette (PhCg), and Cigarette-Spirulina (CgSp). After 30 days of treatment, rats were terminated followed by the observations of heart tissue damage (HE), inflammation (TNFa), examination of stress oxidative marker (8-OHdG, MDA and GSH), examination of cell markers of S-phase cell cycle re-entry (CDK2), markers of premature senescence pathway (p53, p16, mTOR and SA-β-Gal activity), autophagy markers (LC3), and apoptosis (Caspase3). Results. An in silico analysis of proteins that play a role in the TGA stage, cigarette smoke exposure, and S. platensis are CDK2, p53, p16, LC3, and Caspase3 proteins with C-phycocyanin components. The dose of cigarette smoke exposure that can causes cardiovascular premature senescence was 12 cigarettes once a day for 30 days. The dose of S. platensis that can prevent cardiovascular premature senescence is 750mg/kgBW once a day for 30 days. S. platensis can improve repairment of heart morphology, reduce TNFα levels, reduce oxidative stress markers (8-OHdG and MDA) and increase GSH levels, increase CDK2, prevent cardiovascular premature senescence through the p16 pathway and reduce the specific activity of SA-β-Gal enzymes, increase the LC3 autophagy pathway, and prevent Caspase3 apoptosis of rat hearts to cigarette smoke exposure. Conclusion. Spirulina platensis at the dose of 750mg/kgBW has a preventive therapy by improve the histological and heart inflammation, prevent oxidative stress, help re-entry S-phase cell cycle and prevent cardiovascular premature senescence through inhibition of the p16 pathway, spur autophagy and prevent apoptosis of the heart of rats to 12 cigarettes smoke exposure once a day for 30 days.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernhard, David
Abstrak :
Smoking causes and contributes to a large number of human diseases, yet due to the large number of potentially hazardous compounds in cigarette smoke. almost 5,000 chemicals have been identified, establishing the link between smoking and disease has often proved difficult. This unbiased and scientifically accurate overview of current knowledge begins with an overview of the chemical constituents in cigarette smoke, their fate in the human body, and their documented toxic effects on various cells and tissues. Recent results detailing the many ways components of cigarette smoke adversely affect human health are also presented, highlighting the role of smoking in cardiovascular, respiratory, infectious and other diseases. A final chapter discusses current strategies for the treatment and prevention of smoking-induced illness. Despite the obvious importance of the topic, this is the first comprehensive reference on tobacco smoke toxicity, making for essential reading for all toxicologists and healthcare professionals dealing with smoking-related diseases.
Weinheim: Wiley-VCH Verlag, 2011
e20376684
eBooks  Universitas Indonesia Library