Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ana Rima Setijadi
"Telah diketahui asap rokok menjadi penyebab utama emfisema akan tetapi mekanisme pajanan asap rokok sampai menimbulkan destruksi arsitektur paru seperti tampak pada emfisema masih kontroversial. Hipotesis protease anti protease telah dikembangkan sejak 30 tahun yang lalu. Menurut teori tradisional sel efektor yang berpengaruh pada perokok ialah netrofil, sedangkan protease yang panting ialah netrofil elastase. Akhir-akhir ini perhatian difokuskan pada matriks metaloproteinase (MMP) yang dilepas oleh paru dan sel inflamasi yang memegang peran utama pada patogenesis PPOK. Matriks metaloproteinase utama yang berkemampuan melisiskan serat eiastin ialah matrix metalloproteinase-9 (MMP-9). Asap rokok menyebabkan penarikan makrofag ke paru selanjutnya makrofag mensekresi sitokin yang dapat meningkatkan respons inflamasi Iebih lanjut, menyebabkan induksi dan pelepasan MMP-9 oleh makrofag dan netrofil.
Tujuan utama penelitian ini ialah membuktikan terdapat korelasi antara jumlah makrofag dan kadar MMP-9, jumlah makrofag dan netrofil, serta jumlah netrofil dan kadar MMP-9 di dalam cairan kurasan bronkoalveolar perokok. Penelitian ini memakai metode cross sectional, dan pengambilan sample menggunakan cara quota sampling. Penelitian dilakukan pada 24 penderita tumor paru atau mediastinum yang memerlukan pemeriksaan bronkoskopi di RSUD Dr Moewardi Surakarta, terdiri dari 12 perokok dan 12 bukan perokok. Pemeriksaan hitung jumlah sel total (makrofag, netrofil, limfosit, eosinofil, basofil) memakai Cell Dyn 3700, hitung jenis sel kurasan bronkoalveolar memakai pewarnaan Giemsa dan pemeriksaan MMP-9 metode ELISA menggunakan reagen Quantikine HS kit.
Hasil pemeriksaan cairan kurasan bronkoalveolar ditemukan kadar MMP-9, jumlah makrofag serta netrofil kelompok perokok lebih tinggi dan berbeda bermakna dibanding bukan perokok (p < 0,05), hal ini sesuai hipotesis_ Pada perokok ditemukan korelasi kuat antara jumlah makrofag dan kadar MMP-9 (r : 0,713 ; p :0,009), antara jumlah makrofag dan netrofil (r : 0,804 ; p :0,002), serta antara jumlah netrofil dan kadar MMP-9 (r : 0,741 : p : 0,006) sehingga hipotesis terbukti.
Kesimpulan : Ditemukan korelasi kuat antara jumlah makrofag, netrofil dan kadar MMP-9 pada cairan kurasan bronkoalveolar perokok. Saran : Untuk lebih memahami proses infamasi pada perokok perlu dilakukan penefitian longitudinal dan dapat dilengkapi pemeriksaan Tissue Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP)-1.

Cigarette smoking is the main cause of emphysema; however, the mechanism is still controversial. According to the old theory, neutrophil is the effectors cell which influenced smokers. The current concept regarding the pathogenesis of emphysema would be focusing on MMP released by lung and inflammatory cells. MMP-9 is the main component of MMP which has the ability to lysis elastin fibers.
The purposes of this study were to prove the correlation between macrophage counts and the level of MMP-9, macrophage counts and neutrophil, neutrophil counts and the level of MMP-9 in the smoker's bronchoalveolar lavage fluid. The study design was cross sectional and the sample was taken by quota sampling. A total of 24 patients were divided into 12 smokers and 12 nonsmokers. The level of MMP-9, macrophage counts and neutrophil had been detected to be higher in the smoker's bronchoalveolar lavage fluid than the non smoker's ; and the difference reached significant level (p , 0,05). There was strong correlation between macrophage counts and the level of MMP-9 (r : 0,713 ; p : 0,009), macrophage counts and the neutrophil (r: 0,804; p: 0,002) also neutrophil counts and the level of MMP-9 (r : 0,741 ; p : 0,006) in the smoker's bronchoalveolar lavage fluid.
Conclusion : The result showed that there was correlation among macrophage counts, neutrophil , and the level of MMP-9 in the smoker's bronchoalveolar lavage fluid."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Akhir Matua
"Di tengah kontroversi terhadap kekhawatiran bahaya merokok dan perkembangan industri rokok di Indonesia, studi ini memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi (determinan) probabilitas merokok dan besamya jumlah konsumsi rokok. Studi ini menganalisis data individu berskala nasional yang diperoleh dari IFLS-1997 dengan menggunakan 'sample selection model'.
Hasil studi ini menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah konsumsi rokok berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi merokok. Dua variabel ekonomi, harga rokok dan pendapatan memiliki hubungan yang signifikan dengan besamya jumlah konsumsi rokok, dimana harga rokok berpengaruh negatif dan pendapatan berpengaruh positif. Variabel-variabel sosiodemografi-sebagai proksi 'selera'--yang secara signifikan memiliki hubungan dengan jumlah konsumsi rokok adalah umur, pendidikan, jenis kelamin dan status perkawinan. Wilayah dan daerah tempat tinggal jugs memiliki hubungan yang signifikan dengan besamya jurnlah konsumsi rokok."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rowella Octaviani
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku merokok staf administrasi pria di UI tahun 2009, dengan disain potong lintang dan metode tidak acak accidental sampling. Lebih dari setengah (56%) responden adalah perokok dan 37,5% dari mereka adalah perokok berat (>10 batang/hari). Pengetahuan responden mengenai penyakit akibat rokok sudah cukup baik namun mereka masih belum memahami zat-zat yang terkandung dalam rokok. Sikap staff administrasi terhadap perokok pasif, peraturan mengenai KTR dan pelarangan iklan, cukup positif. Namun mereka masih saja merokok di lingkungan kampus. Hal ini disebabkan rokok masih diperdagangkan di lingkungan kampus UI, harga rokok masih murah dan belum terlaksananya peraturan KTR di kampus UI. Saran, perlu dibuat peraturan yang melarang penjualan rokok di kampus UI dan UI menerapkan peraturan KTR disertai dengan pengawasan yang ketat dan pemberian sanksi yang tegas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Ahsan
"Indonesia adalah negara kelima terbesar konsumen rokok dunia dari tahun 2001-2003. Konsumsi rokok Indonesia dari tahun 1960-2003 mengalami peningkatan sebesar 3.8 kali lipat, yaitu dari 35 Milyar batang menjadi 171 milyar batang per tahun (USDA 2004). WHO memperkirakan pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan merokok merupakan permasalahan kesehatan terbesar yang menyebabkan 8.4 juta kematian per tahun (Departemen Kesehatan 2004). Beberapa penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan merokok antara lain kanker mulut, kanker paru-paru, kanker pankreas, tekanan darah tinggi, dan bronkitis. Oleh karena itu intervensi pemerintah diperlukan untuk menurunkan prevalensi dan konsumsi rokok saat ini. Sehingga penelitian mengenai profit perokok dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok panting untuk dilakukan.
Tesis ini bertujuan pertama, membuat profil perokok berdasarkan karakteristik demografi dan sosial ekonominya, kedua, menentukan faktor-faktor sosial ekonomi yang signifikan berpengaruh terhadap perilaku merokok individu, dan ketiga menentukan implikasi kebijakannya.
Tesis ini menggunakan data Susenas 2004 berdasarkan penggabungan antara data modul dan data kor dengan unit analisis individu. Metode analisis yang digunakan ada dua yaitu metode deskriptif, untuk membuat profit perokok, dan metode estimasi ekonometrika. Faktor yang mempengaruhi probabilitas individu dewasa menjadi perokok akan ditentukan melalui regresi logistic, sedangkan untuk konsumsi rokok ditentukan dengan regresi Ordinary Least Square (OLS).
Tesis ini menyimpulkan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi probabilitas menjadi perokok adalah Janis kelamin, bekerja, status perkawinan, tingkat pendidikan, lokasi tempat tinggal, kondisi tempat tinggal, umur, dan tingkat pendapatan (kecuali untuk kuantil5). Responden yang mempunyai karakteristik laki-laki, bekerja, kawin, kondisi tempat tinggal yang buruk, kelompok umur 25 tahun atau lebih, dan termasuk dalam kuantil2 atau 3 atau 4, memiliki probabilitas untuk menjadi perokok lebih tinggi dibandingkan dengan pembandingnya, yaitu mereka yang mempunyai karakteristik perempuan, tidak bekerja, tidak kawin, kondisi tempat tinggalnya balk, kelompok umur 15-24, dan kuantill. Sementara itu, harga rokok tidak berpengaruh secara signifikan terhadap probabilitas seseorang menjadi perokok.
Sedangkan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi konsumsi rokok adalah harga rokok, pendapatan, umur mulai merokok setiap hari, bekerja, lokasi tempat tinggal, umur, tingkat pendidikan, dan kondisi tempat tinggal. Sebagai tambahan faktor-faktor yang berhubungan positif dengan konsumsi rokok responden adalah pendapatan, pendidikan menengah dan bekerja. Harga rokok secara negatif signifikan mempengaruhi konsumsi rokok. Tesis ini menemukan bahwa elastisitas harga rokok terhadap perrnintaannya = -0.42. Sehingga peningkatan harga rokok 10% akan menurunkan konsumsi rokok 4.2%. Menurut kelompok pendapatan, dampak peningkatan harga rokok bagi mereka yang miskin (kuartile 1) lebih besar daripada mereka yang kaya (kuartile 5). Peningkatan harga rokok 10% akan menurunkan konsumsi rokok 4.6% untuk mereka miskin, sementara untuk mereka yang kaya 4.2%.
Untuk menurunkan konsumsi rokok, berdasarkan basil tesis ini, maka pemerintah harus melakukan beberapa hal yaitu meningkatkan harga rokok secara terus menerus, meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat, melarang ikian rokok secara keseluruhan, mempersempit ruang gerak perokok, larangan membeli rokok bagi remaja yang berumur di bawah 18 tahun, memberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok terutama terhadap mereka yang akan menikah dan menyediakan tempat tinggal yang layak huni secara kesehatan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Erwin Wamilta
"Rokok merupakan salah satu industri yang besar dan memiliki pengaruh yang luas bagi perekonomian Indonesia, berdasarkan data Survey Kesehatan Nasional (Sukernas) tahun 2001, 69% dari laki-laki dewasa di Indonesia merokok. Sebuah angka yang termasuk fantastis mengingat jumlah penduduk Indonesia,yang mencapai 200 juta jiwa, dan 50% dari Jumlah penduduk tersebut adalah pria.
Selain memiliki potensi yang sangat besar dalam sisi ekonomi, Merokok juga memiliki potensi merusak yang besar, tidak hanya pada perokok sendiri tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Biaya yang ditanggung pemerintah untuk menyembuhkan orang yang terkena efek negatif dari rokok tidaklah sedikit, ditambah dengan kerugiankerugian yang tidak kasat mata, seperti berkurangnya kualitas kesehatan pada penduduk usia produktif yang memiliki pengaruh terhadap kualitas kerja.
Selain aktif meningkatkan kesadaran para perokok dan masyarakat mengenai bahaya dari kebiasaan merokok, Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah juga dilakukan dalam bentuk peraturan yang membatasi perusahaan rokok untuk mempromosikan produk mereka dan juga beberapa peraturan yang membatasi para perokok untuk merokok.
Dengan diberlakuan peraturan-peraturan ini. pihak pemerintah tentunya berharap dapat menekan jumlah perokok schingga dapat mengurangi dampak negatif yang diakibatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa efektif peraturan yang dibuat oleh pemerintah, terutama dalam hal ini Perda DKI Jakarta no 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara dalam mempengaruhi perilaku perokok di tempat umum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah mempengaruhi perilaku perokok, terutama untuk mengidentifikasi apakah peraturan-peraturan terutama Perda no 2/2005 mengenai Larangan merokok di tempat umum berpengaruh pada konsumsi perokok_ Dan juga mengkaji persepsi konsumen tehadap penerapan Perda no 2/2005.
Pemberlakuan Perda No2/2005, diawali oleh sosialisasi balk yang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta, Proses sosialisasi tersebut menghasilkan persepsi diantara konsumen mengenai Perda tersebut bahkan sebelum Perda tersebut diberlakukan. Beberapa persepsi kemudian berubah seiring dengan pemberlakuan Perda tersebut, dan ada bebeberapa persepsi konsumen tidak berubah.
Diantara beberapa persepsi konsumen yang berubah setelah pemberlakuan Perda antara lain:
1. Perokok akan kesulitan menemukan tempat khusus untuk merokok,
2. Peraturan ini akan mengurangi jumlah perokok pasif
3. Peraturan ini akan membantu perokok untuk berhenti merokok.
4. Peraturan ini akan mengurangi jumlah perokok.
Pemberlakuan Peraturan Perundang-undangan yang baru sudah selayaknya didahului oleh proses sosialisasi yang baik. Proses sosialisasi akan sangat ideal jika didahului oleh sebuah baseline Survey. sehingga bisa didapatkan indikator awal. Indikator awal ini akan sangat berguna bagi penentuan berhasil atau tidaknya proses sosialisasi yang dilakukan.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sampel yang diambil relatif kecil dan tidak mewakili Jakarta secara keseluruhan, sehingga sebuah survey yang lebih besar dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif.

Cigarette is one of the biggest industries in Indonesia and thus having a significant influence to the Indonesian economy. Based on Survey conducted by Kesehatan Nasional (Sukeernas) which was held in 2001, around 69% of the adult male population in Indonesia is a smoker. The figure is quite fantastic, considering the total population of Indonesia is about 200 million and 50% of are male.
Besides having a big potential from an economic point of view, smoking has some negative effects, not only to smokers but also to society as a whole. The expense paid by the government to heal the people who are affected by the negative factors of smoking is not small. In addition to that is an invisible detriment, such as the descending health quality among productive age people which has a negative consequence on their working quality.
Besides actively trying to increase the awareness level to smokers and society about the dangers of smoking behavior, the government also initiates regulations which are intended to curtail the cigarette producers to promote their products and regulations to curtail the smokers to smoke in public areas.
By adopting these rules, the government endeavors to reduce the number of smokers and also to reduce the negative effect of smoking. This research is intended to asses how effective the regulations are, especially the "Perda DKI Jakarta no 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara dalarn mempengaruhi perilaku perokok di tempat umum." Furthermore the research investigates the consumer's perception toward the bill.
Prior to the implementation of the bill, the government had already conducted some socialization process. The results of this process are perception among consumers toward the bill. Some of these perceptions are changing with time, and some are not.
Some perceptions which altered after the implementation of the bill are as follows:
1. Smokers will have a difficulty to find a special place to smoke.
2. The bill will reduce the number of passive smokers.
3. The bill will help smokers quit smoking
4. The bill will reduce the number of smokers.
The survey is far from ideal, since the sample number is relatively small and conducted in a limited area of Jakarta. Therefore a big scale survey will give a more comprehensive findings.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azril Hasan
"Latar belakang: Pengetahuan tentang merokok dan sikap terhadap kebiasaan merokok akan menentukan apakah seorang pelajar SMP berperilaku merokok atau tidak. Pengetahuan yang tinggi dan sikap bail( akan menurunkan kekerapan perilaku merokok pada pelajar SMP.
Tujuan: Menetapkan kekerapan merokok pada pelajar SMP di Surakarta serta mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku pelajar SMP yang berhubungan dengan merokok. Ra nc a n ga n : Cross-sectional
Metodologi : Sampel penelitian adalah pelajar SMP se-Surakarta, menggunakan cara two stage cluster sampling oleh Center for Disease Control and Preventive (CDC) Atlanta. Alat ukur adalah kuesioner balcu dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS). Analisis statistik menggunakan regresi logistik, tingkat kepercayaan 95%, oc=0,05
Hasil: Kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%, berdasar jenis kelamin 30,2% pelajar laki-laki dan 3,1% perempuan. Usia pertamakali merokok z 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak merokok < 1 batang per hari (45,8%). Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang merokok dan perilaku merokok. Terdapat hubungan antara sikap merokok dan perilaku merokok.
Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap dan perilaku merokok pada pelajar SMP di Surakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58436
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nafiatun Fajariyah
"Bahaya merokok bagi kesehatan telah dibicarakan dan diakui secara luas. Penelitian yang dilakukan para ahli dari WHO menyatakan bahwa di negara dengan kebiasaan itu mengakibatan terjadinya 80%-90% kematian akibat kanker paru di seluruh negara itu, 75% dari kematian akibat bronchitis, 40% kematian akibat kanker kandung kencing dan 25% kematian akibat jantung iskemik serta 18% kematian pada ?stroke?. Sebatang rokok yang dibakar akan mengeluarkan asap utama yang akan diisap oleh orang-orang yang ada di sekitar si perokok. Kenyataan menunjukkan bahwa kadar bahan-bahan berbahaya ternyata lebih tinggi pada asap sampingan daripada asap utama. Kadar seton pada asap sampingan adalah 2 sampai 5 kali lebih tinggi dan kadar nikotin pada asap sampingan adalah 1,8-3,3 kali lebih tinggi daripada asap utama. Jadi perokok pasif, yang menghirup asap sampingan dapat menerima akibat buruk dari kebiasaan merokok orang disekitarnya (Tjandra, Rokok dan kesehatan, 1996). Perilaku merokok pun sudah masuk ke dalam lingkungan pendidikan, hal itu terbukti dari tidak sedikitnya mahasiswa maupun dosen yang merokok di kampus.
Untuk mengatur perilaku merokok agar tidak membahayakan perokok pasif dan lingkungan, diperlukannya penerapan peraturan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Di UI, hanya dua fakultas saja yang baru menerapkan peraturan tersebut, namun peraturan tersebut belum berjala optimal. Agar berjalan optimal, kebijakan tersebut perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dalam hal ini dosen sangat berperan penting untuk mendukung terwujudnya kebijakan kawasan tanpa rokok tersebut karena dosen mempunyai potensi, kekuatan, pengaruh yang kuat dalam memberikan ide, sikap dan pemikirannya. Selain itu dosen adalah suri tauladan, sehingga gerak-gerik perilakunya dapat menjadi panutan bagi orang lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap dan perilaku merokok dosen UI di Universitas Indonesia tahun 2008 mengenai masalah-masalah rokok. Peneliti menggunakan metode kuantitatif deskriptif, Populasi penelitian adalah Dosen UI, sampelnya berjumlah 100 dosen dari 12 fakultas yang ada di UI depok. Pemilihan sampel menggunakan sistem random sampling, yaitu dengan memilih sampel secara acak berdasarkan daftar nama dosen yang peneliti dapatkan dari bagian kepegawaian setiap fakultas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para responden yang telah dipilih secara acak. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei tahun 2008. Hasil penelitian didapatkan, 14% (14 orang) dosen adalah perokok, namun sebagian besar adalah perokok ringan, yaitu 8 orang (57,1%) dan kebanyakan dari mereka merokok di smoking area (40% atau 6 orang)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fariz Iqbal
"Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam mensukseskan pembangunan nasional. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman, timbul masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan, salah satunya perilaku merokok sejak dini. Prevalensi perokok terutama di Indonesia meningkat setiap tahunnya, terutama pada kelompok remaja. Perilaku merokok saat ini merupakan kebiasaan lazim yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini menarik untuk ditelaah mengingat bahwa rokok merupakan isu utama dalam mempengaruhi kesehatan.
Berangkat dari permasalahan tersebut, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku merokok berdasarkan faktor umur, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap tentang rokok, teman dan keluarga khususnya pada remaja di lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. Penelitian ini menggunakan rancangan survei dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2008 dengan jumlah sampel sebesar 107. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden sedangkan data sekunder yang diperoleh berupa data jumlah remaja di lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 59,8% responden menyatakan pernah merokok. Diantara responden yang pernah merokok, 7,8% menyatakan merokok pertama kali pada usia kurang dari 10 tahun, 34,4% pada usia 10-15 tahun, 53,1% pada usia 16-20 tahun, dan 4,7% pada usia lebih dari 20 tahun. Dari 59,8% responden yang pernah merokok, 81,3% diantaranya masih merokok.
Diantara responden yang masih merokok, 46,2% responden menghisap rokok sebanyak 1-5 batang setiap hari, 44,2% menghisap 6-10 batang per hari, dan 9,6% menghisap 11-15 batang setiap harinya. Proporsi responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi mengenai rokok adalah 30,8%, sedangkan 69,2% lainnya mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah. Proporsi responden yang bersikap negatif terhadap rokok lebih banyak (56,1%) daripada responden yang bersikap positif (43,9%). Sebagian besar responden (98,1%) memiliki satu atau lebih teman yang berperilaku merokok.
70,1% responden pernah ditawarkan/diberi rokok oleh temannya, sedangkan 29,9% lainnya tidak pernah ditawarkan/diberi rokok oleh temannya. 75,7% responden memiliki salah satu atau lebih dari anggota keluarga yang merokok, 24,3% lainnya menyatakan bahwa salah satu atau lebih dari anggota keluarganya tidak ada yangmerokok. Diantara responden yang memiliki anggota keluarga yang merokok, 90,1% memiliki ayah yang merokok, 8,6% memiliki ibu yang merokok, 42% memiliki kakak yang merokok, dan 25,9% memiliki adik yang merokok.
Hasil analisis bivariat menyimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p = 0,000), pengetahuan (p = 0,02), dan faktor teman (p = 0,033) dengan perilaku merokok responden. Selain itu, tidak ada hubungan yang signifikan antara umur (p = 0,47), sikap (p = 0,185), dan faktor keluarga (p = 0,715) dengan perilaku merokok responden.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada Dinkes Depok untuk melakukan penyuluhan tentang rokok dan bahayanya secara intensif sehingga timbul kesadaran masyarakat terutama remaja untuk tidak merokok dan menghentikan kebiasaan merokok. Selain itu, pemerintah daerah Depok agar memberlakukan peraturan yang lebih ketat seperti larangan merokok bagi anak-anak dan remaja."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firlia Imarina
"Merokok merupakan masalah dan tantangan bagi dunia kesehatan, terutama pada upaya pencegahan penyakit akibat merokok. Meskipun perhatian dunia kedokteran dan Kesehatan Masyarakat serta pengetahuan masyarakat pada umumnya tentang pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh kebiasaan kesehatan semakin meningkat namun apa yang dapat disaksikan bersama ialah suatu kenyataan yang ironis yaitu meningkatnya produksi rokok setiap tahun yang berarti meningkatnya pula konsumsi rokok tiap tahun.
Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali melihat kebiasaan merokok pada masyarakat baik ditempat tinggal, tempat umum, maupun ditempat kerja yang tidak mengenal batas usia dan golongan. Mulai dari tingkat atas sampai dengan tingkat bawah. Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang merupakan salah satu institusi kesehatan masih dapat dijumpai pegawai yang merokok, padahal mereka merupakan salah satu panutan bagi masyarakat untuk berperilaku sehat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku merokok pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan mengetahui faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor yang mendorong dan menghambat mereka untuk merokok.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif, dengan menggunakan studi kepustakaan dan pengumpulan data primer dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Sampel penelitian terdiri dari 25 orang informan (5 informan kunci, 10 informan perokok, dan 10 orang informan non perokok) pada tahun 2008. Informasi yang dikumpulkan, kemudian disatukan dengan hasil rekaman dan catatan tambahan yang dibuat oleh Peneliti. Setelah itu dilakukan koding dan meringkas data dengan membuat matriks atau tabel untuk mengelompokkan jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan informan. Kemudian hasilnya di intepretasikan kembali oleh Peneliti. Peneliti juga menggunakan pengujian keabsahan terhadap data yang telah didapat dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok di Dinas Kesehatan Kota Bekasi jumlah informan perokok lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, perokok terbanyak berusia dibawah 40 tahun, sedangkan non perokok berusia diatas 40 tahun. Tidak ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan merokok dengan perilaku merokok. Sedangkan pada variabel kepercayaan didapatkan ada kecenderungan hubungan antara kepercayaan terhadap manfaat merokok dengan perilaku merokok. Dalam hal sikap didapatkan tidak ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan merokok dengan sikap merokok pada informan perokok begitu juga dengan pengaruh media. Faktor reinforcing atau pendorong perilaku merokok adalah tidak adanya peraturan atau larangan merokok yang tegas, kurangnya sosialisasi peraturan Menteri Kesehatan mengenai lingkungan kerja bebas asap rokok, beban kerja yang tinggi menimbulkan stress dan kelelahan, dan pengaruh keluarga dan teman mendorong untuk merokok, sedangkan
faktor yang menghambat informan perokok untuk merokok adalah karena teguran atasan, adanya perasaan tidak nyaman untuk merokok diruangan ber-AC, tidak adanya orang lain yang merokok dan menghormati orang lain.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk perencanaan jika akan mengadakan suatu intervensi bagi institusi yang berkaitan.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Z. Mewar
"ABSTRAK
Perilaku sehat seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya ialah gaya hidup yang dijalankan oleh orang tersebut. Kebiasaan merokok, yang biasanya dimulai pada masa remaja, merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang diketahui memberikan dampak negatif yang cukup berbahaya, terutama terhadap kesehatan tubuh. Karena alasan itulah, maka diperlukan tindakan pencegahan sedini mungkin terhadap kebiasaan ini. Salah satu tindakan preventifnya ialah dengan tidak memulai kebiasaan ini sama sekali, misalnya dengan menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok. Namun kemampuan setiap orang untuk melakukan hal ini bisa berbeda-beda. Salah satu hal yang dapat menimbulkan perbedaan ini ialah persepsi seseorang akan kemampuannya dalam menahan diri dari keinginan tersebut. Keyakinan seseorang akan kemampuannya melakukan suatu hal disebut sebagai self-efficacy. Mengingat perilaku ini biasanya dimulai pada masa remaja, maka perlu diketahui apakah remaja perokok dan bukan perokok mempersepsikan dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan preventif tersebut. Oleh sebab itulah penelitian ini dilakukan yang bertujuan melihat apakah terdapat perbedaan keyakinan dalam kemampuan menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok antara remaja perokok dan remaja yang bukan perokok. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 skala summated rating yang mengukur self-efficacy secara umum dan self-efficacy dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidenlal sampling. Partisipan yang diikutsertakan sebanyak 62 orang dengan rentang usia 16-19 tahun, yang semuanya adalah siswa SMU di Jakarta, terdiri dari remaja perokok dan bukan perokok. Seluruh data yang diperoleh diuji reliabilitasnya yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesa berupa uji t-test dan korelasi antara kedua skala.
Hasil penelitian menunjukkan adanya tingkat self-efficacy dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok yang lebih tinggi pada kelompok bukan perokok dibandingkan kelompok perokok. Namun tidak ditemukan perbedaan dalam selfefficacy umum antara kedua keompok tersebut. Perhitungan korelasi antara skala yang mengukur self-efficacy umum dan skala yang mengukur self-efficacy dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kedua skala tersebut.
Dapat disimpulkan lebih jauh remaja bukan perokok lebih yakin akan kemampuannya untuk menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok daripada remaja perokok. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peran self-effcacy dalam tampil tidaknya suatu perilaku, yang dalam hal ini adalah perilaku merokok atau tidak merokok. Usaha dan perhatian yang lebih serius diperlukan untuk dapat mencegah bertambahnya jumlah perokok. Terutama bagi pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan remaja, disarankan untuk membantu remaja untuk meningkatkan self-efficacy-nya dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok. Hasil penelitian ini hanya berlaku bagi sampel penelitian ini, sehingga untuk menggeneralisasi hasilnya diperlukan sampel yang tepat dengan jumlah yang lebih besar, serta metode sampling yang memungkinkan setiap individu dalam populasi berkesempatan untuk menjadi partisipan penelitian. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan instrumen, dengan memperbaiki perumusan item-item pernyataan dalam skala, agar kelak diperoleh hasil yang lebih tajam dan akurat."
2002
S3107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>