Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gede Erwin Wamilta
Abstrak :
Rokok merupakan salah satu industri yang besar dan memiliki pengaruh yang luas bagi perekonomian Indonesia, berdasarkan data Survey Kesehatan Nasional (Sukernas) tahun 2001, 69% dari laki-laki dewasa di Indonesia merokok. Sebuah angka yang termasuk fantastis mengingat jumlah penduduk Indonesia,yang mencapai 200 juta jiwa, dan 50% dari Jumlah penduduk tersebut adalah pria. Selain memiliki potensi yang sangat besar dalam sisi ekonomi, Merokok juga memiliki potensi merusak yang besar, tidak hanya pada perokok sendiri tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Biaya yang ditanggung pemerintah untuk menyembuhkan orang yang terkena efek negatif dari rokok tidaklah sedikit, ditambah dengan kerugiankerugian yang tidak kasat mata, seperti berkurangnya kualitas kesehatan pada penduduk usia produktif yang memiliki pengaruh terhadap kualitas kerja. Selain aktif meningkatkan kesadaran para perokok dan masyarakat mengenai bahaya dari kebiasaan merokok, Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah juga dilakukan dalam bentuk peraturan yang membatasi perusahaan rokok untuk mempromosikan produk mereka dan juga beberapa peraturan yang membatasi para perokok untuk merokok. Dengan diberlakuan peraturan-peraturan ini. pihak pemerintah tentunya berharap dapat menekan jumlah perokok schingga dapat mengurangi dampak negatif yang diakibatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa efektif peraturan yang dibuat oleh pemerintah, terutama dalam hal ini Perda DKI Jakarta no 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara dalam mempengaruhi perilaku perokok di tempat umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah mempengaruhi perilaku perokok, terutama untuk mengidentifikasi apakah peraturan-peraturan terutama Perda no 2/2005 mengenai Larangan merokok di tempat umum berpengaruh pada konsumsi perokok_ Dan juga mengkaji persepsi konsumen tehadap penerapan Perda no 2/2005. Pemberlakuan Perda No2/2005, diawali oleh sosialisasi balk yang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta, Proses sosialisasi tersebut menghasilkan persepsi diantara konsumen mengenai Perda tersebut bahkan sebelum Perda tersebut diberlakukan. Beberapa persepsi kemudian berubah seiring dengan pemberlakuan Perda tersebut, dan ada bebeberapa persepsi konsumen tidak berubah. Diantara beberapa persepsi konsumen yang berubah setelah pemberlakuan Perda antara lain: 1. Perokok akan kesulitan menemukan tempat khusus untuk merokok, 2. Peraturan ini akan mengurangi jumlah perokok pasif 3. Peraturan ini akan membantu perokok untuk berhenti merokok. 4. Peraturan ini akan mengurangi jumlah perokok. Pemberlakuan Peraturan Perundang-undangan yang baru sudah selayaknya didahului oleh proses sosialisasi yang baik. Proses sosialisasi akan sangat ideal jika didahului oleh sebuah baseline Survey. sehingga bisa didapatkan indikator awal. Indikator awal ini akan sangat berguna bagi penentuan berhasil atau tidaknya proses sosialisasi yang dilakukan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sampel yang diambil relatif kecil dan tidak mewakili Jakarta secara keseluruhan, sehingga sebuah survey yang lebih besar dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif.
Cigarette is one of the biggest industries in Indonesia and thus having a significant influence to the Indonesian economy. Based on Survey conducted by Kesehatan Nasional (Sukeernas) which was held in 2001, around 69% of the adult male population in Indonesia is a smoker. The figure is quite fantastic, considering the total population of Indonesia is about 200 million and 50% of are male. Besides having a big potential from an economic point of view, smoking has some negative effects, not only to smokers but also to society as a whole. The expense paid by the government to heal the people who are affected by the negative factors of smoking is not small. In addition to that is an invisible detriment, such as the descending health quality among productive age people which has a negative consequence on their working quality. Besides actively trying to increase the awareness level to smokers and society about the dangers of smoking behavior, the government also initiates regulations which are intended to curtail the cigarette producers to promote their products and regulations to curtail the smokers to smoke in public areas. By adopting these rules, the government endeavors to reduce the number of smokers and also to reduce the negative effect of smoking. This research is intended to asses how effective the regulations are, especially the "Perda DKI Jakarta no 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara dalarn mempengaruhi perilaku perokok di tempat umum." Furthermore the research investigates the consumer's perception toward the bill. Prior to the implementation of the bill, the government had already conducted some socialization process. The results of this process are perception among consumers toward the bill. Some of these perceptions are changing with time, and some are not. Some perceptions which altered after the implementation of the bill are as follows: 1. Smokers will have a difficulty to find a special place to smoke. 2. The bill will reduce the number of passive smokers. 3. The bill will help smokers quit smoking 4. The bill will reduce the number of smokers. The survey is far from ideal, since the sample number is relatively small and conducted in a limited area of Jakarta. Therefore a big scale survey will give a more comprehensive findings.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azril Hasan
Abstrak :
Latar belakang: Pengetahuan tentang merokok dan sikap terhadap kebiasaan merokok akan menentukan apakah seorang pelajar SMP berperilaku merokok atau tidak. Pengetahuan yang tinggi dan sikap bail( akan menurunkan kekerapan perilaku merokok pada pelajar SMP. Tujuan: Menetapkan kekerapan merokok pada pelajar SMP di Surakarta serta mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku pelajar SMP yang berhubungan dengan merokok. Ra nc a n ga n : Cross-sectional Metodologi : Sampel penelitian adalah pelajar SMP se-Surakarta, menggunakan cara two stage cluster sampling oleh Center for Disease Control and Preventive (CDC) Atlanta. Alat ukur adalah kuesioner balcu dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS). Analisis statistik menggunakan regresi logistik, tingkat kepercayaan 95%, oc=0,05 Hasil: Kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%, berdasar jenis kelamin 30,2% pelajar laki-laki dan 3,1% perempuan. Usia pertamakali merokok z 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak merokok < 1 batang per hari (45,8%). Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang merokok dan perilaku merokok. Terdapat hubungan antara sikap merokok dan perilaku merokok. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap dan perilaku merokok pada pelajar SMP di Surakarta.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58436
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nafiatun Fajariyah
Abstrak :
Bahaya merokok bagi kesehatan telah dibicarakan dan diakui secara luas. Penelitian yang dilakukan para ahli dari WHO menyatakan bahwa di negara dengan kebiasaan itu mengakibatan terjadinya 80%-90% kematian akibat kanker paru di seluruh negara itu, 75% dari kematian akibat bronchitis, 40% kematian akibat kanker kandung kencing dan 25% kematian akibat jantung iskemik serta 18% kematian pada ?stroke?. Sebatang rokok yang dibakar akan mengeluarkan asap utama yang akan diisap oleh orang-orang yang ada di sekitar si perokok. Kenyataan menunjukkan bahwa kadar bahan-bahan berbahaya ternyata lebih tinggi pada asap sampingan daripada asap utama. Kadar seton pada asap sampingan adalah 2 sampai 5 kali lebih tinggi dan kadar nikotin pada asap sampingan adalah 1,8-3,3 kali lebih tinggi daripada asap utama. Jadi perokok pasif, yang menghirup asap sampingan dapat menerima akibat buruk dari kebiasaan merokok orang disekitarnya (Tjandra, Rokok dan kesehatan, 1996). Perilaku merokok pun sudah masuk ke dalam lingkungan pendidikan, hal itu terbukti dari tidak sedikitnya mahasiswa maupun dosen yang merokok di kampus. Untuk mengatur perilaku merokok agar tidak membahayakan perokok pasif dan lingkungan, diperlukannya penerapan peraturan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Di UI, hanya dua fakultas saja yang baru menerapkan peraturan tersebut, namun peraturan tersebut belum berjala optimal. Agar berjalan optimal, kebijakan tersebut perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dalam hal ini dosen sangat berperan penting untuk mendukung terwujudnya kebijakan kawasan tanpa rokok tersebut karena dosen mempunyai potensi, kekuatan, pengaruh yang kuat dalam memberikan ide, sikap dan pemikirannya. Selain itu dosen adalah suri tauladan, sehingga gerak-gerik perilakunya dapat menjadi panutan bagi orang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap dan perilaku merokok dosen UI di Universitas Indonesia tahun 2008 mengenai masalah-masalah rokok. Peneliti menggunakan metode kuantitatif deskriptif, Populasi penelitian adalah Dosen UI, sampelnya berjumlah 100 dosen dari 12 fakultas yang ada di UI depok. Pemilihan sampel menggunakan sistem random sampling, yaitu dengan memilih sampel secara acak berdasarkan daftar nama dosen yang peneliti dapatkan dari bagian kepegawaian setiap fakultas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para responden yang telah dipilih secara acak. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei tahun 2008. Hasil penelitian didapatkan, 14% (14 orang) dosen adalah perokok, namun sebagian besar adalah perokok ringan, yaitu 8 orang (57,1%) dan kebanyakan dari mereka merokok di smoking area (40% atau 6 orang).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fariz Iqbal
Abstrak :
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam mensukseskan pembangunan nasional. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman, timbul masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan, salah satunya perilaku merokok sejak dini. Prevalensi perokok terutama di Indonesia meningkat setiap tahunnya, terutama pada kelompok remaja. Perilaku merokok saat ini merupakan kebiasaan lazim yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini menarik untuk ditelaah mengingat bahwa rokok merupakan isu utama dalam mempengaruhi kesehatan. Berangkat dari permasalahan tersebut, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku merokok berdasarkan faktor umur, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap tentang rokok, teman dan keluarga khususnya pada remaja di lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. Penelitian ini menggunakan rancangan survei dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2008 dengan jumlah sampel sebesar 107. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden sedangkan data sekunder yang diperoleh berupa data jumlah remaja di lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 59,8% responden menyatakan pernah merokok. Diantara responden yang pernah merokok, 7,8% menyatakan merokok pertama kali pada usia kurang dari 10 tahun, 34,4% pada usia 10-15 tahun, 53,1% pada usia 16-20 tahun, dan 4,7% pada usia lebih dari 20 tahun. Dari 59,8% responden yang pernah merokok, 81,3% diantaranya masih merokok. Diantara responden yang masih merokok, 46,2% responden menghisap rokok sebanyak 1-5 batang setiap hari, 44,2% menghisap 6-10 batang per hari, dan 9,6% menghisap 11-15 batang setiap harinya. Proporsi responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi mengenai rokok adalah 30,8%, sedangkan 69,2% lainnya mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah. Proporsi responden yang bersikap negatif terhadap rokok lebih banyak (56,1%) daripada responden yang bersikap positif (43,9%). Sebagian besar responden (98,1%) memiliki satu atau lebih teman yang berperilaku merokok. 70,1% responden pernah ditawarkan/diberi rokok oleh temannya, sedangkan 29,9% lainnya tidak pernah ditawarkan/diberi rokok oleh temannya. 75,7% responden memiliki salah satu atau lebih dari anggota keluarga yang merokok, 24,3% lainnya menyatakan bahwa salah satu atau lebih dari anggota keluarganya tidak ada yangmerokok. Diantara responden yang memiliki anggota keluarga yang merokok, 90,1% memiliki ayah yang merokok, 8,6% memiliki ibu yang merokok, 42% memiliki kakak yang merokok, dan 25,9% memiliki adik yang merokok. Hasil analisis bivariat menyimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p = 0,000), pengetahuan (p = 0,02), dan faktor teman (p = 0,033) dengan perilaku merokok responden. Selain itu, tidak ada hubungan yang signifikan antara umur (p = 0,47), sikap (p = 0,185), dan faktor keluarga (p = 0,715) dengan perilaku merokok responden. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada Dinkes Depok untuk melakukan penyuluhan tentang rokok dan bahayanya secara intensif sehingga timbul kesadaran masyarakat terutama remaja untuk tidak merokok dan menghentikan kebiasaan merokok. Selain itu, pemerintah daerah Depok agar memberlakukan peraturan yang lebih ketat seperti larangan merokok bagi anak-anak dan remaja.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firlia Imarina
Abstrak :
Merokok merupakan masalah dan tantangan bagi dunia kesehatan, terutama pada upaya pencegahan penyakit akibat merokok. Meskipun perhatian dunia kedokteran dan Kesehatan Masyarakat serta pengetahuan masyarakat pada umumnya tentang pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh kebiasaan kesehatan semakin meningkat namun apa yang dapat disaksikan bersama ialah suatu kenyataan yang ironis yaitu meningkatnya produksi rokok setiap tahun yang berarti meningkatnya pula konsumsi rokok tiap tahun. Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali melihat kebiasaan merokok pada masyarakat baik ditempat tinggal, tempat umum, maupun ditempat kerja yang tidak mengenal batas usia dan golongan. Mulai dari tingkat atas sampai dengan tingkat bawah. Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang merupakan salah satu institusi kesehatan masih dapat dijumpai pegawai yang merokok, padahal mereka merupakan salah satu panutan bagi masyarakat untuk berperilaku sehat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku merokok pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan mengetahui faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor yang mendorong dan menghambat mereka untuk merokok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif, dengan menggunakan studi kepustakaan dan pengumpulan data primer dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Sampel penelitian terdiri dari 25 orang informan (5 informan kunci, 10 informan perokok, dan 10 orang informan non perokok) pada tahun 2008. Informasi yang dikumpulkan, kemudian disatukan dengan hasil rekaman dan catatan tambahan yang dibuat oleh Peneliti. Setelah itu dilakukan koding dan meringkas data dengan membuat matriks atau tabel untuk mengelompokkan jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan informan. Kemudian hasilnya di intepretasikan kembali oleh Peneliti. Peneliti juga menggunakan pengujian keabsahan terhadap data yang telah didapat dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok di Dinas Kesehatan Kota Bekasi jumlah informan perokok lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, perokok terbanyak berusia dibawah 40 tahun, sedangkan non perokok berusia diatas 40 tahun. Tidak ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan merokok dengan perilaku merokok. Sedangkan pada variabel kepercayaan didapatkan ada kecenderungan hubungan antara kepercayaan terhadap manfaat merokok dengan perilaku merokok. Dalam hal sikap didapatkan tidak ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan merokok dengan sikap merokok pada informan perokok begitu juga dengan pengaruh media. Faktor reinforcing atau pendorong perilaku merokok adalah tidak adanya peraturan atau larangan merokok yang tegas, kurangnya sosialisasi peraturan Menteri Kesehatan mengenai lingkungan kerja bebas asap rokok, beban kerja yang tinggi menimbulkan stress dan kelelahan, dan pengaruh keluarga dan teman mendorong untuk merokok, sedangkan faktor yang menghambat informan perokok untuk merokok adalah karena teguran atasan, adanya perasaan tidak nyaman untuk merokok diruangan ber-AC, tidak adanya orang lain yang merokok dan menghormati orang lain. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk perencanaan jika akan mengadakan suatu intervensi bagi institusi yang berkaitan.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library