Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafli Maulana Muhammad
"Kanker kolorektal merupakan penyakit akibat perubahan genetik dengan perawatan yang beragam dan berisiko tinggi. Circulating tumor cell (CTC) merupakan sel kanker yang terlepas dari situs primernya. Sel ini dapat dimanfaatkan sebagai pendekatan untuk menentukan agen kemoterapi yang tepat karena dapat diambil dengan metode yang kurang invasif dan memiliki karakteristik yang mirip dengan sel kanker asalnya. Namun, salah satu tantangannya adalah komposisi medium kultur CTC yang digunakan masih beragam, salah satunya adalah komponen epidermal growth factor (EGF) dan basic-fibroblast growth factor (bFGF). Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian kultur CTC yang diisolasi menggunakan metode eritrolisis menggunakan 3 konsentrasi EGF dan bFGF (0 ng/mL EGF dan bFGF, 50 ng/mL EGF dan bFGF, serta 20 ng/mL EGF dan 10 ng/mL bFGF) selama 14 hari, kemudian dianalisis pengaruhnya terhadap persentase viabilitas kultur yang diukur menggunakan trypan blue. Analisis dilakukan menggunakan uji ANOVA dan Kruskal-Wallis. Selain itu, dilihat pula morfologi dari sel yang terlihat selama kultur dan hasil uji immunofluoresens. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya EGF dan bFGF menyebabkan penurunan persentase viabilitas yang signifikan pada hari ke-14. Konsentrasi 50 ng/mL EGF dan bFGF menyebabkan persentase viabilitas untuk stagnan pada hari ke-8 hingga ke-14. Hasil immunofluoresens menunjukkan adanya beberapa sel yang positif terhadap antibodi CK20 dan PLS3 yang menandakan positif terhadap CTC. Kesimpulan dari penelitian ini adalah EGF dan bFGF berpengaruh terhadap viabilitas kultur CTC secara concentration dependent, dengan konsentrasi optimum adalah 20 ng/mL EGF dan 10 ng/mL bFGF.

ents. Circulating tumor cells (CTCs) are cancer cells that have detached from their primary site. These cells can be utilized as an approach to determine the appropriate chemotherapy agents because they can be obtained through less invasive methods and share similar characteristics with the original cancer cells. However, one of the challenges is the varied composition of the CTC culture medium used, including components like epidermal growth factor (EGF) and basic-fibroblast growth factor (bFGF). In this study, CTC cultures isolated using erythrolysis methods were tested with 3 concentrations of EGF and bFGF (0 ng/mL EGF and bFGF, 50 ng/mL EGF and bFGF, and 20 ng/mL EGF and 10 ng/mL bFGF) over 14 days. Their effects on culture viability percentages were analyzed using trypan blue. The analysis was performed using ANOVA and Kruskal-Wallis tests. Additionally, cell morphology observed during culture and immunofluorescence were examined. The results showed that the absence of EGF and bFGF significantly reduced viability percentages on day 14. The concentration of 50 ng/mL EGF and bFGF caused viability percentages to stagnate from day 8 to day 14. Immunofluorescence results indicated that several cells were positive for both CK20 and PLS3 antibodies, marking them as CTC-positive. The conclusion of this study is that EGF and bFGF affect CTC culture viability in a concentration-dependent manner, with the optimal concentration being 20 ng/mL EGF and 10 ng/mL bFGF."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Kanker kolorektal merupakan jenis kanker dengan jumlah penderita terbanyak ketiga di dunia. Metode deteksi kanker kolorektal yang banyak digunakan yakni kolonoskopi, namun metode tersebut bersifat invasif dan mahal. Salah satu metode deteksi yang dapat digunakan sebagai alternatif adalah melalui deteksi penanda molekuler adalah CK20 pada Circulating Tumor Cells (CTC) yang terdapat dalam darah perifer. Permasalahan muncul akibat rendahnya jumlah CTC dalam darah. Deteksi gen CK20 pada serum darah berpotensi menjadi metode deteksi kanker kolorektal karena serum darah mengandung cell-free nucleic acid (cfNA) yang dilepaskan oleh sel tumor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi gen CK20 pada CTC dan serum darah dari penderita kanker kolorektal. Isolat RNA diisolasi dari sampel CTC dan serum darah yang berasal dari empat penderita kanker kolorektal RSUPN Cipto Mangunkusumo kemudian diamplifikasi melalui Quantitave RT-PCR dan dianalisis melalui metode Melt Curve Analysis (MCA). Hasil menunjukkan bahwa gen CK20 memiliki Tm ~81°C dan terdeteksi pada satu sampel serum dan dua sampel jaringan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa gen CK20 tidak terdeteksi pada CTC dan terdeteksi pada satu serum darah penderita kanker kolorektal.

Colorectal cancer occupies the third-highest number of cancer patients worldwide. The most widely used colorectal cancer detection method is colonoscopy. However, colonoscopy is invasive and expensive. One alternative detection method is the detection of molecular markers such as CK20 in circulating tumor cells (CTC) found in the peripheral blood. The problem arises due to the low number of CTCs in the blood. Detection of the CK20 gene in blood serum is potentially used as a colorectal cancer detection method because blood serum contains cell-free nucleic acid (cfNA) released by tumor cells. This study aimed to detect the CK20 gene in CTCs and blood serum from colorectal cancer patients. RNA isolates were isolated from CTC samples and blood serum from four colorectal cancer patients at Cipto Mangunkusumo Hospital and then amplified by quantitative RT-PCR and then analyzed using the Melt Curve Analysis method. The results showed that the CK20 gene had a melting temperature of an average of ~81°C and was detected in one blood serum sample and two cancer tissue samples. Based on the results obtained, it can be concluded that the CK20 gene was undetected in CTCs and detected in one blood serum of colorectal cancer patients."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sovya Salwa Salsabila
"Kanker kolorektal menempati urutan kedua dengan jumlah kasus tertinggi di dunia. Kanker kolorektal dapat dideteksi dengan menggunakan kolonoskopi, namun metode tersebut bersifat invasif. Oleh karena itu, penggunaan liquid biopsy dapat digunakan sebagai metode alternatif karena tergolong semi-invasif. Metode liquid biopsy yang digunakan adalah menggunakan darah dari pembuluh perifer. Di dalam darah terdapat beragam komponen penyusun, salah satunya adalah Circulating Tumor Cells (CTC). Circulating Tumor Cells dapat dikarakterisasi dengan menggunakan penanda spesifik sitokeratin 20 (CK20) karena pendaran ekspresinya yang tinggi pada kanker kolorektal. Proses isolasi CTC dari sampel darah dapat dilakukan dengan bervariasi metode, salah satunya dengan red blood cells lysis (eritrolisis). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi CTC dengan penanda CK20 dari sampel darah perifer serta mengetahui karakteristik dan jumlah CTC yang diperoleh dari subjek kanker kolorektal di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pada penelitian ini sampel darah diambil dari lima subjek kanker kolorektal. Untuk mengoptimalisasi hasil isolat CTC yang nantinya diperoleh maka dilakukan spike-in experiment dengan penambahan sel HT-29 ke dalam donor sehat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CTC ditemukan di seluruh subjek dengan rata-rata perolehan 6 CTC tunggal dan 1 CTC cluster dari 2 mL darah. Dengan demikian, immunofluorescence dapat digunakan untuk mengarakterisasi tipe morfologinya, yaitu CTC tunggal dan CTC cluster.

Colorectal cancer ranks second with the highest number of cases in the world. Colorectal cancer can be detected using colonoscopy, but this method is invasive. Therefore, liquid biopsy can be used as an alternative method because it is classified as semi-invasive. The liquid biopsy method used is using blood from peripheral vessels. In the blood there are various constituent components, one of which is Circulating Tumor Cells (CTCs). Circulating Tumor Cells can be characterized using the specific marker cytokeratin 20 (CK20) due to its high expression in colorectal cancer. The process of isolating CTCs from blood samples can be carried out using various methods, one of which is red blood cells lysis (erythrolysis). This study aims to isolate CTCs with the CK20 marker from peripheral blood samples and determine the characteristics and number of CTCs obtained from colorectal cancer subjects at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. In this study, blood samples were taken from five colorectal cancer subjects. To optimize the CTCs isolate results that will be obtained, a spike-in experiment was carried out by adding HT-29 cells to healthy donors. The results of this study showed that CTCs were found in all subjects with an average of 6 single CTCs and 1 cluster CTCs from 2 mL of blood. Thus, immunofluorescence can be used to characterize the morphological types, namely single CTCs and cluster CTCs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resisca Anastasya
"Kanker kolorektal (KKR) adalah kanker yang menyerang bagian kolon dan rektum pada usus besar. Kasus KKR menempati posisis keempat di Indonesia. Pada umumnya, KKR didiagnosis menggunakan pemeriksaan standar dengan kolonoskopi, namun metode ini bersifat invasif dan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderita KKR. Oleh karena itu, diperlukan alternatif yang minim invasif dan mudah dilakukan dengan cara mendeteksi keberadaan Circulating Tumor Cells (CTC) dalam darah. Kelimpahan CTC dalam darah sangat rendah, diperkirakan 1—10 CTC per 10 mL darah, sehingga perlu dilakukan isolasi CTC untuk memperkaya jumlah CTC. Metode yang dapat digunakan untuk mengisolasi CTC, yaitu metode sentrifugasi gradien densitas termodifikasi SepMateTM-15. Dalam mendeteksi CTC diperlukan marker yang memiliki spesifisitas dan sensitivitas baik, serta berasal dari jaringan tumor primer penderita KKR, seperti CK20. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi CTC dengan menggunakan metode gradien densitas termodifikasi SepMateTM-15 dan karakterisasi CTC dengan penanda CK20 dari darah perifer KKR menggunakan Imunofluorosensi. Hasil isolasi CTC menunjukkan seluruh subjek KKR berhasil diisolasi dengan positivitas ≥1 CTC/ mL darah. Single CTC terdeteksi pada subjek 1,2, dan 4. Cluster CTC terdeteksi pada subjek 2,3, dan 5. Diameter rata-rata CTC yang diperoleh 10,82¼m. Sel CTC berhasil dikarakterisasi single CTC dan cluster CTC dengan penanda CK20 dalam analisis Imunofluorosensi.

Colorectal cancer (CRC) is a cancer that affects the colon and rectum in the large intestine. In Indonesia, CRC cases are ranked fourth. Generally, CRC is diagnosed using standard examinations colonoscopy, this procedure is invasive and uncomfortable for CRC patients. Therefore, an alternative that is minimally invasive and easy to perform is needed to detect the presence of Circulating Tumor Cells (CTCs).  The abundance of CTCs in blood is very low, estimated at 1—10 CTC/10 mL. Therefore, CTC isolation is required to increase the quantity of CTCs. A method to isolate CTCs is the SepMateTM-15 modified density gradient centrifugation method. To detect CTCs, markers with good specificity and sensitivity are needed originating from primary tumor tissues in CRC patients, such as CK20. This study aims to isolate CTCs using the SepMateTM-15 modified density gradient method and characterize CTCs with CK20 marker from peripheral blood using immunofluorescence. All CRC subjects were successfully isolated with positivity of  ≥1 CTC/mL. Single CTC in subjects 1, 2, and 4. CTC clusters were identified in subjects 2, 3, and 5. The average diameter of CTCs is 10.82 μm. Cell CTCs were successfully characterized between single CTCs and CTC clusters using a CK20 marker by immunofluorescence analysis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Aziza Nursyirwan
"Latar Belakang: Kanker kolorektal (KKR) adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas terkait kanker. Pemeriksaan baku emas yang dilakukan untuk mendiagnosis kanker kolorektal hingga saat ini adalah histopatologi, yang didapat dari biopsi saat kolonoskopi. Oleh karena tidak semua pasien mau untuk menjalani pemeriksaan invasif di awal rencana diagnosis, maka pendekatan non-invasif baru yang dapat melengkapi dan meningkatkan strategi untuk diagnosis non invasif dan manajemen kanker kolorektal sangat dibutuhkan. Circulating tumor cell (CTC) dalam darah diharapkan dapat digunakan sebagai penanda diagnostik yang non-invasif pada pasien dengan KKR.
Tujuan: Penelitian ini merupakan uji diagnostik CTC pada KKR menggunakan metode isolasi dan analisis CTC imunomagnetik seleksi negatif menggunakan Easysep™ dan marker mesenkimal kanker CD44.
Metode: potong lintang dengan populasi terjangkau pasien dewasa yang diduga kanker kolorektal di RSCM selama bulan September 2020 hingga September 2021. Analisis uji diagnostik digunakan untuk mencari titik potong beserta nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN), rasio kemungkinan positif (RKP), dan rasio kemungkinan negatif (RKN) CTC dalam mendeteksi KKR.
Hasil: Sebanyak total 80 subjek penelitian, didapatkan mean umur 56 ± 11 tahun. Proporsi subjek berdasarkan jenis kelamin yaitu 46,3% pasien perempuan dan 53,8% pasien lelaki. Sebanyak 77,5% subjek mengalami kanker kolorektal, 7,5% polip adenoma, dan 15% polip inflamasi/ hiperplastik. Uji diagnostik CTC untuk mendeteksi KKR (KKR dibandingkan dengan polip inflamasi/hiperplastik + polip adenoma), dengan titik potong CTC >1,5 sel/mL, didapatkan hasil sensitivitas, spesifisitas, NDP, NDN, RKP, RKN berturut-turut sebesar 50%; 88,89%; 93,94%; 34,04%; 4,5; dan 0,56. Selain itu didapatkan variabel diferensiasi kanker memiliki hubungan yang signifikan (p<0,05) dengan jumlah CTC.
Simpulan: Pemeriksaan CTC memiliki sensitifitas yang rendah dan spesifisitas yang tinggi untuk mendiagnosis KKR. Pemeriksaan ini dapat dipertimbangkan menjadi pemeriksaan penunjang diagnostik non-invasif kanker kolorektal sebelum menjalani pemeriksaan yang lebih invasif yaitu kolonoskopi dan biopsi histopatologi.

Background: Colorectal cancer (CRC) is one of the leading causes of cancer-related morbidity and mortality. The gold standard for diagnosing colorectal cancer is histopathology, which is obtained from a biopsy during colonoscopy. Since not all patients are willing to undergo invasive testing at the outset of the first diagnotic plan, new non-invasive approaches that can complement and enhance strategies for non-invasive diagnosis and management of colorectal cancer are urgently needed. Circulating tumor cells (CTC) in the blood are expected to be used as a non-invasive diagnostic marker in patients with CRC.
Purpose: This research is a diagnostic test of CTC on CRC using the isolation and analysis of negative selection immunomagnetic method with Easysep™ and CD44 cancer mesenchymal marker.
Method: Cross-sectional study of adult patients with suspected colorectal cancer at RSCM during September 2020 to September 2021. Diagnostic study analysis was used to find the cut-off point along with sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV), positive likelihood ratio (PLR), and negative likelihood ratio (NLR) of CTC in detecting CRC.
Results: A total of 80 research subjects, the mean age was 56 ± 11 years. The proportion of subjects by gender was 46.3% female and 53.8% male patients. A total of 77.5% of the subjects had colorectal cancer, 7.5% adenoma polyps, and 15% inflammatory/ hyperplastic polyps. The CTC diagnostic analysis to detect CRC (CRC compared with inflammatory/hyperplastic polyps + adenoma polyps), with a CTC cut-off point of  > 1.5 cells/mL, showed that the sensitivity, specificity, PPV, NPV, PLR, NLR were 50%; 88.89%; 93.94%; 34.04%; 4.5; and 0.56, respectively. In addition, it was found that the cancer differentiation variable had a significant relationship (p<0.05) with the number of CTCs.
Conclusion: CTC examination has low sensitivity and high specificity for diagnosing CRC. This examination can be considered as a non-invasive diagnostic support for colorectal cancer before undergoing more invasive examinations, which are colonoscopy and histopathological biopsy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library