Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Hanoum Nurifai
Abstrak :
Latar Belakang: Dalam rangka mengembangkan terapi alternatif rekonstruksi tulang alveolar pada celah bibir dan palatum (CLP), teknologi rekayasa jaringan menjadi alternatif yang menjanjikan dengan menggunakan komponen sel stromal dan faktor pertumbuhan. Penelitian terbaru mengenai DPSC pada pasien CLP menghasilkan penyembuhan tulang yang memuaskan. Selain itu, ditemukan ekspresi berlebih dari IGF-1 pada DPSC pasien CLP. AKT dan MTOR merupakan downstream dari jalur pensinyalan IGF-1. AKT memiliki peran sebagai pengatur kelangsungan hidup dan proliferasi sel. Pensinyalan MTOR mengatur transkripsi gen dan sintesis protein untuk mengatur proliferasi sel dan diferensiasi sel. Namun, karakteristik DPSC subjek normal dan pasien celah bibir dan palatum berdasarkan ekspresi gen AKT dan MTOR dengan penghambat IGF-1 belum diketahui secara pasti. Tujuan: Mengevaluasi efek anti IGF-1R dan IGFBP-3 terhadap karakteristik DPSC subjek normal dan pasien CLP melalui ekspresi gen AKT dan MTOR. Metode: RNA DPSC subjek normal (n=4) yaitu kelompok sebelum perlakuan, kontrol negatif tanpa FBS, kontrol negatif dengan FBS, perlakuan anti IGF-1R. RNA DPSC CLP (n=3) yaitu kelompok sebelum perlakuan, kontrol negatif tanpa FBS, kontrol negatif dengan FBS, perlakuan anti IGF-1R. Analisis ekspresi gen AKT dan MTOR menggunakan GAPDH sebagai housekeeping gene dengan Real time PCR. Hasil: Tidak terdapat perbedaan ekspresi gen AKT dan MTOR, antara DPSC subjek normal dengan CLP sebelum perlakuan (p0,05) ataupun DPSC subjek normal dengan CLP setelah perlakuan anti IGF-1R (p0,05). Kesimpulan: Sel stromal pulpa gigi permanen subjek normal dan pasien celah bibir dan palatum pada kelompok sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan anti IGF-1R memiliki karakteristik yang sama melalui ekspresi gen AKT dan MTOR. ......Background: In order to develop alternative therapies for alveolar bone reconstruction in cleft lip and palate (CLP), tissue engineering technology is a promising alternative using stromal cell and growth factors. Recent studies regarding DPSC in CLP patients have resulted in satisfactory bone healing. In addition, overexpression of IGF-1 was found in the DPSC of CLP patients. AKT and MTOR are downstream of the IGF-1 signaling pathway. AKT has a role as a regulator of cell survival and proliferation. MTOR signaling regulates gene transcription and protein synthesis to regulate cell proliferation and cell differentiation. However, the characteristics of DPSC normal subjects and cleft lip and palate patients based on AKT and MTOR gene expression with IGF-1 inhibitors are unknown. Objective: To evaluate the effect of anti-IGF-1R and IGFBP-3 on DPSC normal and CLP subject through AKT and MTOR gene expression. Methods: RNA from DPSC normal subject (n=4) with pretreatment, negative control without FBS, negative control with FBS, anti IGF-1R treatment dan DPSC CLP subject (n=3) with pretreatment, negative control without FBS, negative control with FBS, anti IGF-1R treatment. Analysis of AKT and MTOR gene expression using GAPDH as a housekeeping gene with Real time PCR test. Results: There was no difference in AKT and MTOR gene expression, either between DPSC of normal subjects and CLP patients before treatment (p0.05) or DPSC of normal and CLP patients after anti IGF-1R treatment (p0.05). Conclusion: DPSC of normal subjects and cleft lip and palate patients have the same characteristic with anti IGF-1R treatment through AKT dan MTOR gene expression.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Cleft Lip and Cleft Palate Management of a Four Yearl Old Child. Cleft lip and cleft palate caused problems in esthetic, swallowing, and spelling. This present case was a case of a four year old girl referred to Department of Pediatric Dentistry Universitas Indonesia after having a labioplasty. She was received an obturator and a denture. The obturator was aimed to close the cleft in the palate while the denture was aimed to correct the alveolar and lip contour. It was revealed that a team was required to manage this case especially during the period of dental and facial growth and the parent played an important role in maintaining oral hygiene and diet control.
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Safira Anindya
Abstrak :
Celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit merupakan salah satu kelainan kongenital yang memengaruhi regio orofasial. Kelainan ini merupakan cacat lahir orofasial yang paling sering terjadi dengan prevalensi 1:700. Pada beberapa pasien dengan celah bibir dan langit-langit komplit, dapat ditemukan suatu jembatan jaringan lunak yang dapat menghubungkan tepi medial dan lateral dari celah bibir atau nostril, bibir dengan prosesus alveolaris, ataupun menghubungkan prosesus alveolaris yang terpisah, yang biasa disebut dengan soft tissue band. Mekanisme terbentuknya band ini belum diketahui secara pasti. Terdapat tiga tipe soft tissue band, tipe 1 yaitu band yang menghubungkan bibir dengan bibir (band Simonart); tipe 2 band yang menghubungkan bibir dengan alveolar (band oblique); dan tipe 3 band yang menghubungkan antar prosesus alveolar (band alveolar). Penelitian mengenai soft tissue band pada kasus celah bibir dan langit-langit di Indonesia masih sangat sedikit, sehingga penelitian deskriptif retrospektif ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi soft tissue band pada pasien celah bibir dan langit-langit berdasarkan tipe celah di RSAB Harapan Kita periode Januari 2010 Desember 2012. Analisis dilakukan pada 296 rekam medik. Dari 296 pasien celah bibir dan langit langit di RSAB Harapan Kita tahun 2010-2012, ditemukan 30 kasus soft tissue band (10,1%). Pada tahun 2010 terdapat 6 kasus, tahun 2011 terdapat 10 kasus, dan tahun 2012 terdapat 14 kasus. Soft tissue band lebih sering ditemukan pada pasien dengan celah unilateral (10,3%) dibanding pasien dengan celah bilateral (9,5%). Sebanyak 9 kasus soft tissue band ditemukan pada celah bibir dan langit langit unilateral sisi kiri. Berdasarkan tipenya, soft tissue band paling banyak ditemukan pada tipe Simonart (bibir ke-bibir) yaitu 18 kasus (60%), tipe oblique(bibir ke-alveolus ditemukan 10 kasus 33,3%, dan tipe band alveolar alveolus ke-alveolus) ditemukan 2 kasus 6,7%. Berdasarkan variasinya, sebanyak 21 kasus soft tissue band tertutup oleh kulit 70% dan 9 kasus hanya berupa jaringan mukosa atau yang disebut varian subklinis 30%.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library