Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aswita Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK
Jepang mengimpor 440,000 ton kopi setiap tahunnya. Dilihat dari perspektif teknik lingkungan, limbah kopi dengan jumlah yang besar akan berakhir di landfill atau incinerator. Tiap pabrik kopi menghasilkan 10-20 ton limbah kopi per-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi potensi biogas dari limbah kopi dan Hydraulic Retention Time (HRT) yang sesuai untuk Anaerobic Digestion (AD) limbah kopi. Penelitian ini menggunakan metode Biochemical Methane Potential (BMP) Assay untuk investigasi potensi biogas dan bioreaktor anaerobik kontinyu sebagai simulasi AD. Metana yang diperoleh dari kandidat terbaik adalah 0.03 m3 CH4 (STP) / kg VSinitial dengan laju konversi metana sebesar 61%. Limbah kopi harus diolah terlebih dahulu hingga mempunyai 78% kadar air dan TS yang 8% lebih tinggi daripada inokulumnya (sludge teh) yaitu masing-masing 1.27% dan 1.19%. Reaktor yang dijalankan dengan HRT 8 hari (Kondisi 2) hasilnya lebih stabil dibandingkan HRT 4 hari (Kondisi 4 hari). Karena ada beda yang signifikan antara dua kondisi, tiap kondisi dapat diulas secara terpisah. Berdasarkan grafik dari pengamatan reaktor, HRT 8 hari (Kondisi 2) dinilai lebih stabil daripada HRT 4 hari (Kondisi 1). Pada akhirnya, terbukti bahwa pengolahan dengan HRT lebih lama lebih baik daripada HRT yang pendek.
ABSTRACT
Japan imports 440,000 tons of coffee annually. From environmental engineering point of view, considerable amount of coffee waste will end up overwhelmingly in landfills or incinerator. Each coffee factory generates 10-20 tons of coffee waste per day. The purpose of this research are to investigate the biogas potential of coffee waste and suitable Hydraulic Retention Time (HRT) for Anaerobic Digestion (AD) of coffee waste. This research was approached using Biochemical Methane Potential (BMP) assay for biogas potential investigation and anaerobic bioreactor continuous experiment for simulation. Methane yield obtained from the best candidate was 0.03 m3 CH4 (STP) / kg VSinitial with methane conversion rate at 61%. Coffee waste should be pre-treated until it has 78% moisture content and 8% higher TS from the inoculum (tea sludge) which is 1.27% and 1.19% respectively. Reactor run under HRT 8 days (Condition 2) produced more stable result compared to HRT 4 days (Condition 1). Since there was a significance difference between both condition, each condition could be reviewed independently. Based on the resulting graph from reactor observation, HRT 8 days (Condition 2) was found more stable, thus, more preferable than HRT 4 Days (Condition 1). In the end, it was proved that high OLR treatment can perform better in longer HRT.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidina Putri Utami
Abstrak :
Spent coffee ground atau SCG adalah limbah yang dihasilkan dari proses brewing kopi dan merupakan jenis limbah yang paling banyak dihasilkan dari proses pembuatan minuman kopi. Bila tidak dikelola dengan baik, limbah ini dapat menjadi permasalahan lingkungan karena mengandung beberapa senyawa bersifat toksik seperti kafein dan tanin serta dapat memperbesar masalah timbulan sampah. Dengan estimasi produksi kopi sekitar 650.000 ton pada tahun 2018, limbah kopi yang dihasilkan di Indonesia sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai refuse derived fuel RDF dalam bentuk pelet karena ukurannya yang kecil namun kerapatannya sangat tinggi sehingga membuat penyimpanan dan penanganannya lebih mudah dan efisien. Namun belum ada penelitian yang membahas mengenai perbedaan karakteristik jenis kopi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuat pelet SCG dari dua jenis kopi robusta dan arabica dengan variasi penambahan binder masing-masing 0, 2 dan 5. SCG dikeringkan dan diayak untuk mendapatkan partikel berukuran maksimum 0,85 mm. Pelet dibuat dengan diameter 8 mm menggunakan alat cetak yang ditekan dengan extruder bertekanan maksimum 4 ton. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa SCG robusta memiliki kerapatan yang lebih tinggi karena kandungan lignin yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan arabica. Penambahan binder meningkatkan kadar air dan daya tahan serta menurunkan kadar volatil dan kadar abu pelet. Berdasarkan pengujian terhadap beberapa variasi penambahan binder, kualitas pelet SCG arabica dan robusta terbaik adalah tanpa penambahan binder. Pelet arabica dan robusta masing-masing memiliki nilai kalor sebesar 4772 dan 4342 kkal/kg. Berdasarkan hasil perhitungan potensi energi, pemanfaatan SCG robusta dan arabica sebagai RDF di Indonesia menghasilkan energi sebesar 7,81 juta GJ/tahun. ......Spent coffee ground or SCG is waste generated from brewing process and is the most generated type of coffee waste from coffee drink production. If it is not treated well, waste generation in landfill will increase and environmental problems may occur because of its toxic content. With 650.000 tonnes estimation of total coffee production in 2018, coffee waste in Indonesia is very potential to be utilized as refuse derived fuel RDF . Among various forms of solid RDF, pellet has the smallest particle size and biggest bulk density so it can be easier and more efficient to be handled and stored. However, limited research work has been conducted on pellet according to its type of bean. Hence, this study will investigate the properties of SCG as a potential feedstock for refuse derived fuel RDF according to two types of coffee beans robusta and arabica with 0, 2 and 5 binder addition to each type of bean. The SCG have been dried and sieved to obtain particles of maximum size 0,85 mm. Each blending variations of binder and type of bean constructed as a cylindrical pellet with a diameter of 8 mm using a pelletizer pressed with an extruder. SEM analysis shows that robusta has more density than arabica because of its higher lignin content. Binder addition to the SCG increased moisture content and durability as well as decreased volatile and ash content of the pellet. The result shows both arabica and robusta pellet has better quality without binder addition. Calorific value of arabica and robusta pellets are 4772 and 4342 kcal kg, respectively. The energy that can be generated from utilization of robusta and arabica SCG as RDF in Indonesia is 7,81 million GJ year.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryadi Wijaya
Abstrak :
ABSTRACT
Pemanfaatan limbah menjadi energi pada limbah kopi menjadi salah satu solusi untuk penanganan limbah kopi. Pencampuran limbah Spent Coffee Ground SCG dan Coffee Silverskin CS berpotensi menghasilkan bahan bakar yang lebih baik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karateristik SCG dan CS dan pengaruh fraksi pencampuran SCG dan CS terhadap kualitas bahan bakar pelet yang dihasilkan. Karakteristik SCG dan CS sebagai refuse derived fuel RDF meliputi densitas, morfologi, distribusi ukuran partikel, parameter pada analisis biopolimer, analisis proksimat dan analisis ultimat. Proses pembuatan bahan bakar pelet menggunakan metode densifikasi dengan tekanan 195 MPa. Karakteristik bahan bakar pelet meliputi densitas, durabilitas, analisis proksimat, nilai kalor dan pengujian pembakaran. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik fisik CS mendukung terbentuknya pelet dengan tingkat densitas, durabilitas dan pembakaran yang lebih baik, namun apabila dilakukan pencampuran CS dalam jumlah yang besar berpotensi menghasilkan emisi partikulat abu dan emisi NOx. Sehingga sampel dengan komposisi pencampuran dengan SCG 75, CS 20 dengan perekat buatan 5 mampu menghasilkan pelet kualitas baik dan telah sesuai dengan beberapa parameter yang diuji pada standar pelet Jerman DIN 51731.
ABSTRACT
The concept of waste into energy in coffee waste to be one solution to the problem of coffee waste. Spent Coffee Ground SCG and Coffee Silverskin CS waste mixes have the potential to produce better fuel. The aim of this research is to know the characteristics of SCG and CS and the influence of mixing fraction of SCG and CS on the quality of pellet fuel produced. Characteristics of SCG and CS as refuse derived fuel RDF include density, morphology, particle size distribution, parameters in biopolymer analysis, proximate analysis and ultimate analysis. The process of making pellet fuel using densification method with pressure 195 MPa. Characteristics of pellet fuel include density, durability, proximate analysis, heat value and combustion testing. The results showed that the physical characteristics of CS support the formation of pellets with better density, durability and combustion levels, but when large amounts of CS are mixed, it is potential to produce ash particulates emissions and NOx emissions. Thus a sample with a mixing composition with SCG 75, CS 20 with 5 adhesive is capable of producing good quality pellets and is in compliance with some parameters tested on the German pellet standard DIN 51731.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Alifia Isti
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang kualitas lingkungan yang mendukung aktivitas soft mobility dan contoh kasus penerapan kualitas tersebut pada shared space di salah satu ruang kota di New Zealand. Pembahasan mencangkup definisi dari soft mobility, cara bermobilitasnya, dan kualitas yang dibutuhkan dalam mendukung soft mobility. Kesimpulannya adalah terdapat kualitas-kualitas yang dibutuhkan untuk mendukung soft mobility, yaitu kualitas keamanan, permeabilitas, variasi, legibilitas, robustness, kelayakan visual, dan kekayaan indra. Kualitas tersebut dapat diterapkan pada lingkungan terbangun kota.
ABSTRAK
This study is about quality of environment which provide soft mobility and its application on shared space in one of New Zealand?s urban area. The study includes soft mobility definition, its mobility modes, and quality requirement to provide soft mobility. The conclusion of this study is that qualities requirement to provide soft mobility are safety, permeability, variety, legibility, robustness, visual appropriateness, and richness. Those quality are able to be applied on urban built environment.
2016
S63128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library