Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Theresia Caroline
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Usia lanjut berhubungan dengan terjadinya gangguan kognitif ringan. Pada umumnya usia lanjut memiliki keterbatasan mobilitas. Sebuah metode latihan yang dapat meningkatkan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan keterbatasan mobilitas sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh latihan koordinasi terhadap peningkatan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan Metode : Metode penelitian pra-eksperimental dengan jumlah sampel 35 orang usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan pada sebuah pusat kesehatan, Rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Program latihan koordinasi metode Jockey Club for Positive Aging (JCCPA) diberikan 3x seminggu selama 8 minggu. Penilaian fungsi kognitif menggunakan MoCA-Ina pada sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil : Latihan koordinasi selama 8 minggu menghasilkan nilai fungsi kognitif MoCA Ina yang meningkat secara statistik dengan uji T-test berpasangan ( mean 21,23 sebelum perlakuan menjadi 26,00 sesudah perlakuan; p<0,001). Uji Wilcoxon menunjukkan peningkatan yang signifikan pada ranah-ranah fungsi kognitif yaitu visuospatial/ fungsi eksekutif (p<0,001), atensi (p=0,005), bahasa (p=0,004), abstraksi (p=0,002), memori tunda (p<0,001), orientasi (p=0,0025) kecuali pada ranah penamaan (p=0,157) . Kesimpulan: Latihan koordinasi bermanfaat untuk meningkatkan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan.
ABSTRACT
Background: Elderly is associated with the occurrence of mild cognitive impairment and limited mobility. An exercise method that can increase the cognitive function in elderly with limited mobility is therefore needed. This study aimed to measure the effect of coordination exercise in increasing the cognitive function in elderly with mild cognitive impairment.. Methods: A pre-experimental study with 35 participants from one health center (RSCM) were given 3 session per week for 8 weeks of JCCPA coordination exercise method. MOCA-Ina was used to measure the cognitive function of the subjects. This assessment is performed before and after the program. Results: Paired-t test using MoCA-Ina score increases significantly from mean score of 21.23 before intervention to mean score of 26.00 after intervention (p< 0.005). Wilcoxon test showed improved scores in the cognitive domains of visuospatial / executive function (p <0.001), attention (p = 0.005), language (p = 0.004), abstraction (p = 0.002), delayed memory (p <0.001), orientation (p = 0.0025) except naming (p = 0.157). Conclusion: Coordination exercise is beneficial to increase the cognitive function elderly with mild cognitive impairment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandriyo Sri Hijranti
Abstrak :
Mild Cognitive Impairment (MCI) adalah masa transisi antara masa menua normal dan masa demensia, namun tidak didapatkan gangguan kemampuan menjalankan aktivitas sehari-hari. MCI dapat diidentifikasi dengan deteksi dini di fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan Hipertensi dengan kejadian MCI pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional menggunakan Instrumen MoCA-Ina tervalidasi. Responden dalam penelitian ini berusia 60 tahun keatas non-demensia dan non-depresi. Analisis data menggunakan stratifikasi dan analisis multivariat menggunakan cox regression. Hasil analisis data diperoleh prevalensi MCI sebesar 46,8% dan lansia dengan hipertensi sebesar 68,9%. Selain itu, hasil multivariat menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi kemungkinan berisiko 1,7 kali (PR= 1,70; 95% CI 1,077-2,699) mengalami kejadian MCI dibandingkan lansia normotensi setelah dikontrol variabel lain. Usaha untuk deteksi dini dengan skrining pada orang hipertensi dapat membantu dalam menjaring kasus MCI pada lansia. ......Mild cognitive impairment (MCI) described as a transition phase between healthy cognitive aging and dementia but that does not interfere with activities of daily life. MCI can be detected early in the health facility. The objective of this study was to identified the association between hypertension in elderly and MCI in Cipayung Health center, Depok City. This is a cross sectional study, utilized the primary data from the early detection using validated Montreal Cognitive test for Indonesia (MoCA-Ina). Participant of this study was non demented and non-depressed elderly people age more than 60 years old. The data analysis was performed with stratification and cox regression multivariate analysis. The results of study showed the prevalence of MCI is 46,8% and Elderly with hypertension is 68,9%. The result of multivariable analysis showed that elderly people with hypertension probably had 1,7 risk to get MCI with PR=1,705 (95% CI 1,077 - 2,699) than elderly with normotension after adjusted with other variable. For the purpose of early detection of dementia, screening should be taken seriously as a possible pre-stage of MCI in elderly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kusuma Dewi
Abstrak :
Masalah kesehatan yang kerap ditemukan pada lansia yaitu gangguan fungsi kognitif. Gangguan kognitif dapat mempengaruhi kesejahteraan dan keselamatan lansia. Pengelolaan faktor risiko perlu diperhatikan untuk menjaga fungsi kognitif, salah satunya kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk memastikan adanya hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif pada lansia. Dengan desain cross-sectional, penelitian dilakukan terhadap 152 lansia berusia 60 tahun atau lebih yang bertempat tinggal di Kecamatan Cakung. Instrumen penelitian ini menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengetahui kualitas tidur dan Montreal Cognitive Assessment versi Bahasa Indonesia (MoCA-Ina) untuk menguji fungsi kognitif. Berdasarkan kualitas tidur, ditemukan 54,6% responden mengalami kualitas tidur terganggu, sedangkan sebanyak 73,7% responden mengalami penurunan fungsi kognitif. Uji chi square menunjukkan nilai p = 0,031 (p < α; α = 0,05), menandakan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif pada lansia. Nilai odd ratio (95% CI) 2,233 menyimpulkan responden dengan kualitas tidur terganggu berisiko 2,233 kali lebih besar untuk terkena gangguan fungsi kognitif. Merujuk pada hasil penelitian, program kesehatan mengenai tidur dan kognitif dapat dibentuk dan diaplikasikan secara terpadu untuk menjaga kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan lansia. ......The health issue commonly found in older adults is cognitive impairment. Cognitive impairment can significantly affect the well-being and safety of the older adults. Managing risk factors is essential to preserve cognitive function, and one of these factors is sleep quality. This study aims to ascertain the relationship between sleep quality and cognitive function among the older adults. With a cross-sectional design, the study was conducted on 152 elderly individuals aged 60 years or older residing in the Cakung District. The research instruments utilized were the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) to assess sleep quality and the Montreal Cognitive Assessment-Indonesian version (MoCA-Ina) to evaluate cognitive function. Based on sleep quality, it was found that 54,6% of respondents had disturbed sleep quality, while 73,7% experienced cognitive function impairment. The chi-square test results indicated a p-value of 0,031 (p < α; α = 0,05), indicating a significant relationship between sleep quality and cognitive function among the older adults. The odds ratio value (95% CI) of 2,233 concluded that respondents with disturbed sleep quality were 2,233 times more likely to experience decreased cognitive function. Based on the research findings, integrated health programs focusing on sleep and cognitive health can be formulated and implemented to safeguard the health, well-being, and safety of the older adult population.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Ellenzy
Abstrak :
Kemajuan teknologi medis dan informasi mengenai terapi antiretroviral (ART) menyebabkan pasien HIV memiliki angka harapan hidup yang meningkat. Di sisi lain, angka harapan hidup yang meningkat ini juga perlu diselaraskan dengan kualitas hidup yang baik. Pada populasi pasien HIV terdapat risiko mengalami gangguan neurokognitif sehingga berdampak terhadap kualitas hidupnya. Penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi faktor yang memengaruhi penurunan fungsi kognitif yang terdapat pada pasien HIV/AIDS di Pokdisus RSCM. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dari Mei 2022 hingga Desember 2023. Sampel penelitian adalah pasien HIV/AIDS dewasa di Pokdisus RSCM. Sebanyak 121 subjek terpilih berdasarkan simple random sampling. Analisis regresi linear dilakukan untuk menilai faktor risiko gangguan fungsi kognitif. Dari 121 subjek, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, dengan rerata usia 40,25 (SD ± 8,42). Prevalensi gangguan kognitif pada pasien dewasa dengan HIV/AIDS di Pokdisus RSCM yakni sebesar 55,4% dengan faktor risiko yang berhubungan memengaruhi rerata skor MOCA-INA yakni faktor durasi inisiasi terapi, yakni satu tahun keterlambatan inisiasi pengobatan ART dapat menurunkan skor MOCA-INA sebesar -0,3 poin. Temuan lainnya yakni kondisi meningitis secara signifikan memengaruhi gangguan kognitif pada HIV. Dari hasil analisis multivariat, meningitis menurunkan skor MOCA-INA sebesar 2,629 poin. Program untuk penapisan gangguan kogntif dapat dilakukan pada pasien HIV secara berkala. ......The advancement of medical technology and information regarding antiretroviral therapy (ART) have led to an increased life expectancy among HIV patients. This improved life expectancy needs to be aligned with a good quality of life. In the population of HIV patients, there is a risk of experiencing neurocognitive disorders that can impact the patients' quality of life. This research aims to identify factors influencing the decline in cognitive function in HIV/AIDS patients at the Pokdisus RSCM. The study was conducted with a cross-sectional design from May 2022 to December 2023. The research sample was adult HIV/AIDS patients at Pokdisus RSCM. Out of 121 subjects, the majority of respondents were male, with a mean age of 40.25 (SD ± 8.42). The prevalence of cognitive impairment in adult patients with HIV/AIDS at Pokdisus RSCM was 55.4%, associated risk factors affecting the mean MOCA-INA score, such as the duration of treatment initiation. A one-year delay in initiating ART treatment could decrease the MOCA-INA score by 0.3 points. Another finding is meningitis significantly influences the presence of cognitive impairment. From the multivariate analysis, meningitis can decrease the MOCA-INA score by 2.629 points. Screening programs for cognitive impairment can be periodically conducted in HIV patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuhyi Fajrina
Abstrak :
Latar Belakang. Gangguan kognitif dapat terjadi pada multipel sklerosis MS dan berdampak menurunnya kualitas hidup. Brief International Cognitive Assessment for MS BICAMS merupakan instrumen untuk mendeteksi gangguan kognitif penyandang MS. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi instrumen BICAMS versi bahasa Indonesia BICAMS-INA .Metode. Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Mei-Juni 2018 pada kelompok MS dan kontrol. Pemeriksaan BICAMS yang terdiri dari; Symbol Digit Modalities Test SDMT , California Verbal Learning Test-II CVLT-II , dan Brief Visuospatial Memory Test Revised BVMTR dilakukan pada 23 kelompok MS dan 66 kelompok kontrol. Kemudian dilakukan retest pada 13 kelompok MS dan 23 kelompok kontrol.Hasil. Rerata SD hasil pemeriksaan BICAMS pada kelompok MS dan kontrol sebagai berikut: SDMT kelompok MS 41,4 15,1; kelompok kontrol 64,9 16,2 p
Background. Cognitive impairment can occur in multiple sclerosis MS and impact on decreased quality of life. Brief International Cognitive Assessment for MS BICAMS is an instrument to detect cognitive impairment in MS. This study aimed to validate the Indonesian version of BICAMS BICAMS INA .Methods. This cross sectional study was performed in Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, from May to June 2018 on MS and control group. Consisted of Symbol Digit Modalities Test SDMT , California Verbal Learning Test II CVLT II , and Brief Visuospatial Memory Test Revised BVMTR , this instrument was administered to 23 patients with MS and 66 healthy controls. Retest was performed on 13 patients with MS and 23 healthy controls.Result. The mean SD score of BICAMS in MS and control groups were as follows SDMT in MS vs control group 41.4 15.1 vs 64.9 16.2 p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Anindita Primandari
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Gangguan fungsi kognitif merupakan salah satu defisit neurologis kedua tersering setelah sakit kepala pada tumor intrakranial. Gangguan fungsi kognitif yang paling sering terjadi pada tumor otak adalah gangguan fungsi eksekutif. Penilaian fungsi kognitif sebelum dilakukan operasi maupun radioterapi penting sebagai data dasar klinis pasien. Tujuan: Mendapatkan informasi mengenai penilaian fungsi kognitif sebelum dilakukan operasi maupun radioterapi sebagai data dasar klinis pasien. Metode: Disain penelitian ialah survei potong lintang dengan pengambilan sampel secara konsekutif. Data diperoleh dari Divisi Fungsi Luhur Poliklinik saraf dan Departemen Rekam Medis RSUPN Cipto Mangunkusumo periode Januari 2009-Maret 2016. Subjek penelitian berusia 18-65 tahun dan telah terdiagnosis tumor otak, memiliki hasil histopatologi, serta telah menjalani pemeriksaan fungsi luhur preoperatif. Hasil: Terdapat 77 subjek penelitian dengan proporsi subjek laki-laki (50,6%) dan perempuan (49,4%) hampir sama, terbanyak berusia 40 tahun ke atas (67,5%), serta berpendidikan terutama 12 tahun ke atas (61%). Glioma (46,7%) dan meningioma (63,2%) merupakan dua tumor otak primer terbanyak, sedangkan paru (34,4%) dan payudara (18,8%) adalah asal metastasis otak terbanyak. Hampir semua subjek mengalami gangguan fungsi kognitif (96,1%), terutama ranah jamak (93,2%). Ranah memori dan fungsi eksekutif merupakan dua ranah yang paling sering terganggu. Proporsinya semua metastasis dan 80% tumor otak primer mengalami gangguan memori. Sebesar 77,5% tumor primer dan 89,7% metastasis otak mengalami gangguan fungsi eksekutif. Kesimpulan: Hampir semua fungsi kognitif pada tumor otak primer dan metastasis terganggu, tetapi gangguan pada metastasis otak lebih berat. Ranah jamak merupakan ranah yang paling banyak terganggu, terutama memori dan fungsi eksekutif.
ABSTRACT
Aim: To obtain information about cognitive assessment before surgery and radiotherapy. Methods: This study was a cross-sectional retrospective study using consecutive sampling. Data obtained from neurobehavior division of Neurology Clinic and Medical Record Department of Cipto Mangunkusumo Hospital started at January 2009 to April 2016. Subjects, aged 18 to 65 years old, diagnosed brain tumors, had histopatologic data, and done cognitive exam before surgery. Results: There were 77 subjects, with no notable difference in gender proportion (50,6% male subjects and 49,4% female subjects). All were aged 40 years old above (67,5%) and had education level not lower than 12 years (61%). Glioma (46,7%) and meningioma (63,2%) are two most common primary brain tumors, whilst lungs (34,4%) and breast (18,8%) are two most major brain metastasis origin. Most subjects had cognitive impairments (96,1%), predominantly multidomain (93,2%). Of all domain, memory and executive function are mostly affected. All metastasis, and 80% primary brain tumor had memory impairment and 77,5% primary brain tumor and 89,7% brain metastasis had executive impairment. Conclusion: Almost all cognitive domain impaired in brain tumors, particularly in brain metastasis. It suggested that multiple cognitive domain impairment were majorly impaired, with memory and executive function as the most common domain.
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Reyhan Gamal
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang : Gangguan kognitif sebagai komplikasi dari penyakit serebrovaskular terkait hipertensi merupakan masalah kesehatan global seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup. Baku emas diagnostik Vascular Cognitive Impairment (VCI) adalah pemeriksaan neuro imaging. Penelitian ini menggunakan modalitas neurosonologi dimana nilai pulsatility index (PI) arteri serebri media (MCA) berdasarkan pemeriksaan Trans Cranial Doppler (TCD) diharapkan menjadi alternatif prediktor gangguan kognitif pada penderita hipertensi Tujuan : Mengetahui perbedaan nilai PI MCA bilateral antara penderita hipertensi kognitif normal dengan kognitif terganggu. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah PI MCA dapat menjadi prediktor gangguan kognitif Metode : Penelitian ini bersifat potong lintang dengan subyek hipertensi tanpa komplikasi makrovaskular di poliklinik Saraf RSCM. Terdapat 66 subyek yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Seluruh subyek menjalani pemeriksaan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina) untuk menilai status kognitifnya. Berdasarkan hasil MoCA-Ina seluruh subyek akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kognitif normal dan terganggu. Kedua kelompok lalu menjalani pemeriksaan TCD untuk menilai PI MCA bilateral Hasil : Kelompok dengan gangguan kognitif memiliki nilai PI MCA lebih tinggi dibanding dengan kelompok kognitif normal (p<0,001). Peningkatan nilai PI MCA kiri lebih besar kecenderungannya untuk mengalami gangguan kognitif dibanding peningkatan nilai PI MCA kanan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi gangguan kognitif selain nilai PI MCA adalah lama menderita hipertensi, usia dan Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2) Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna nilai PI MCA bilateral antara kedua kelompok kognitif. Pulsatility Index MCA dapat menjadi prediktor timbulnya gangguan kognitif pada penderita hipertensi.
ABSTRACT Background : Cognitive impairment as neurologic complications of hypertension related cerebrovascular disease has become global health issue due to increasing life expectancy. Gold standard diagnostic of vascular cognitive impairment (VCI) is through radiologic Magnetic Resonance Imaging (MRI) cerebral. This study utilize another modality by using Transcranial Doppler (TCD) pulsatility index (PI) value of middle cerebral artery (MCA) to evaluate peripheral resistance. The purpose of this study was to determine if pulsatility index of MCA can be a predictor for cognitive impairment in hypertensive patients. Methods : This is a cross sectional study conducted in Ciptomangunkusumo Hospital, Jakarta. Sixty six hypertensive subjects which lacked of macrovascular complications were selected and screened using Montreal Cognitive Assesment-Indonesia version (MoCA-Ina) to determine their cognitive status. Scores ≥ 26 were grouped under cognitively normal subjects while scores ≤ 26 grouped under cognitive impairment subjects. Both groups then underwent TCD examination to determine values of PI MCA bilateral. Results : Pulsatility index MCA were significantly higher in cognitive impairment group than normal group (p<0,001). Subjects with elevated left side MCA PI has more tendency to suffer cognitive impairment rather than right side. Other confounding factors related to cognitive impairment would be ages and diabetes mellitus type 2 (DMT2) Conclusion : Cognitive impairment hypertensive subjects has significantly higher PI MCA compared to cognitively normal hypertensive subjects. Pulsatility index of MCA can be a predictor for cognitive impairment in hypertensive subjects.
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Hermawan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan : Penurunan fungsi kognitif terjadi seiring bertambahnya usia dengan gangguan kualitas hidup yang menyertai. MRI kepala dapat melihat proses neurodegeneratif struktural dan patologi vaskular otak sebagai faktor etiologis melalui gambaran atrofi, hiperintensitas white matter, dan infark cerebri. Kekuatan korelasi temuan MRI kepala tersebut terhadap nilai fungsi kognitif perlu diteliti lebih lanjut. Metode : Uji korelasi dengan pendekatan potong lintang pada skor derajat temuan atrofi, hiperintensitas white matter, dan infark cerebri pada MRI kepala terhadap nilai fungsi kognitif pada 32 subyek dengan gangguan fungsi kognitif dan penyakit serebrovaskular non hemmorhagik. Hasil : Terdapat korelasi negatif yang signifikan
ABSTRACT
"Background and purpose Cognitive impairment occurs with age along with life quality impairment. Brain MRI detects neurodegenerative and brain vascular pathology associated with cognitive impairment through various findings such as , white matter hyperintensity and infarction. Correlation between those MRI abnormalities to the cognitive impairment value needs to be examined. Method Correlative test in cross sectional study on the degree score of cerebral atrophy, white matter hyperintensity, and infarction in brain MRI against cognitive function value in 32 subjects with cognitive function impairment and non hemmorhagic cerebrovascular disease. Result There is significant negative correlation p
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Azzahra
Abstrak :
Latar Belakang. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien artritis reumatoid (AR) berpotensi menurunkan kapasitas fungsional, kualitas hidup, dan kepatuhan berobat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode. Penelitian dengan desain potong-lintang ini mengikutsertakan pasien AR berusia ≥18 tahun yang berobat di Poliklinik Reumatologi RSCM pada periode Oktober-Desember 2021. Data demografik, klinis, terapi, dan laboratorium dikumpulkan. Status fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner MoCA-INA. Analisis bivariat dan multivariat regresi logistik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif pada pasien AR: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, durasi penyakit, aktivitas penyakit, skor faktor risiko penyakit kardiovaskular, depresi, terapi kortikosteroid, dan methotrexate. Hasil. Dari total 141 subjek yang dianalisis, 91,5% adalah perempuan, dengan rerata usia 49,89±11,73 tahun, sebagian besar tingkat pendidikan menengah (47,5%), median durasi penyakit 3 tahun (0,17-34 tahun), memiliki aktivitas penyakit ringan (median DAS-28 LED 3,16 (0,80-6,32)), dan skor faktor risiko penyakit kardiovaskular rendah (median 4,5% (0,2-30 %)). Sebanyak 50,4% subjek diklasifikasikan mengalami gangguan kognitif, dengan domain kognitif yang terganggu adalah visuospasial/eksekutif, atensi, memori, abstraksi, dan bahasa. Analisis regresi logistik menunjukkan usia tua (OR 1,032 [IK95% 1,001–1,064]; p=0,046) dan tingkat pendidikan rendah (pendidikan dasar) (OR 2,660 [IK95% 1,008–7,016]; p=0,048) berhubungan dengan gangguan kognitif pada pasien AR. Kesimpulan. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di RSCM sebesar 50,4%, dengan faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif tersebut adalah usia tua dan tingkat pendidikan yang rendah. ......Background. Cognitive impairment in rheumatoid arthritis (RA) patients could decrease functional capacity, quality of life, and medication adherence. The objective of this study was to explore the prevalence and possible predictors of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital, Jakarta. Method. This cross-sectional study included Indonesian RA patients aged ≥18 years old, who visited rheumatology clinic at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, on October to December 2021. Demographic, clinical, therapeutic, and laboratory data were collected. Cognitive function was assessed using MoCA-INA questionnaire. Bivariate and multivariate logistic regression analysis were performed to identify predictive factors of cognitive impairment in RA patients: age, gender, education level, disease duration, disease activity, cardiovascular disease (CVD) risk factor scores, depression, corticosteroid, and methotrexate therapy. Results. Of the total 141 subjects analysed, 91.5% were women, mean age 49.89±11.73 years old, mostly had intermediate education level (47.5%), median disease duration 3 (0.17-34) years. They had mild disease activity (median DAS-28 ESR 3.16 (0.80-6.32)), and low CVD risk factor score (median 4.5 (0.2-30) %). In this study, 50.4% of the subjects were classified as having cognitive impairment. The cognitive domains impaired were visuospatial/executive, attention, memory, abstraction, and language. In logistic regression analysis, old age (OR 1.032 [95%CI 1.001–1.064]; p=0.046) and low education level (OR 2.660 [95%CI 1.008–7.016]; p=0.048) were associated with cognitive impairment. Conclusion. The prevalence of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital was 50.4%, with the its predictive factors were older age and lower education level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Ulfah
Abstrak :
ABSTRAK
Gangguan kognitif ringan merupakan gejala awal dari perkembangan penyakit demensia yang dapat dicegah dan diperbaiki. Deteksi MCI menggunakan bantuan informan memiliki kelebihan dibandingkan pemeriksaan langsung ke lansia. Salah satu pemeriksaan berdasarkan informan adalah IQCODE-S. Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan adaptasi lintas budaya, uji validitas dan reliabilitas IQCODE-S Bahasa Indonesia.Metode Penelitian. Penelitian dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama meliputi adaptasi lintas budaya berdasarkan ketentuan World Health Organization WHO , dilanjutkan uji validitas interna, reliabilitas interna dan reliabilitas test-retest pada 30 pasien epilepsi yang memenuhi kriteria inklusi. Tahap kedua adalah uji diagnostik. Hasil IQCODE-S dengan titik potong ge;3,19 dibandingkan dengan pemeriksaan neuropsikologi sebagai baku emas.Hasil. Kuesioner IQCODE-S versi bahasa Indonesia didapatkan melalui proses adaptasi lintas budaya menurut WHO. Hasil uji validitas interna dengan korelasi Spearman didapatkan koefisien korelasi 0,382 hingga 0,778. Uji reliabilitas konsistensi interna dengan Cronbach rsquo;s Alpha 0,854. Perbedaan nilai koefisien korelasi dan Cronbach rsquo;s Alpha antara pemeriksaan pertama dan retest menunjukkan reliabilitas test-retest yang baik. Dari 63 subyek uji diagnostik, proporsi MCI hasil pemeriksaan neuropsikologi sebanyak 87,3 . Dengan titik potong ge;3,19, IQCODE-S memiliki sensitivitas 76,4 dan spesifisitas 87,5 . Kesimpulan. Kuesioner IQCODE-S versi Indonesia terbukti valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk menapis MCI. Dengan titik potong ge;3,19, IQCODE-S memiliki nilai akurasi yang tinggi tapi belum dapat menjadi alat skrining MCI di komunitas.Kata Kunci. MCI, IQCODE-S versi Indonesia, uji validitas dan reliabilitas, uji diagnostik.
ABSTRACT
Mild cognitive impairment MCI is the most early clinical symptom from the progression stage of dementia which this stage can be prevented or fixed. Detection of MCI by using informant based report has many advantages compared with objective screening test. One of informant based tools is Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly short version IQCODE S . The aim of this study is to develop transcultural adaptation, validity and reliability test and diagnostic test with neuropsychological test of the IQCODE S.Method. The study was conducted in two phases. The first phase included transcultural adaptation based on World Health Organization WHO standards, followed by internal validity test, internal reliability test and test retest in 30 elderly patients within their informants who fulfill the inclusion criteria. The second phase was diagnostic test, in which, IQCODE S, with cut off point ge 3,19,will be compared with Neuropsychological test as the gold standard examination for diagnosing MCI.Results. The Indonesian version of IQCODE S was obtained by transcultural adaptation based on WHO standards. Internal validity test with Spearman correlation obtained the correlation coefficient 0.38 to 0.778 Internal consistency reliability test with Cronbach rsquo s Alpha was 0.854. The difference of correlation coefficient and Cronbach rsquo s Alpha between the first and the retest showed good test retest reliability. Out of 63 of subjects of diagnostic test, the proportion of MCI using neuropsychological test was 87.3 . With cut off point 3,19, IQCODE S had sensitivity rate of 76,4 and specificity 87,5 .Conclusion. The Indonesian version of the the IQCODE S was proven to be valid and reliable, also was found to be accurate but there should be cut off point determination as screening test so sensitivity could be higher than specificity. Keywords. MCI, IQCODE S Indonesian version, validity and reliability test, diagnostic test.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>