Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Virhan Novianry
"ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga tersering di Amerika Serikat dengan angka mortalitas menempati peringkat kedua tahun 2012. Mortalitas kanker ini dapat ditekan melalui deteksi dini saat perkembangan kanker pada tahap polip, salah satunya dengan diagnosis biologi molekuler keberadaan DNA pada tinja maupun serum. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konsentrasi cell free DNA (cfDNA) sebagai penanda tumor pada karsinogenesis kolorektal dengan menggunakan sampel serum darah mencit balb/C yang sebelumnya dinduksi oleh azoxymethane (AOM) dan promosi oleh dextan sulfate sodium (DSS). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental quasi menggunakan hewan uji mencit Balb/C. Sampel terdiri atas 6 mencit Balb/C yang setiap sampelnya mendapatkan 4 perlakuan secara serial dalam rentang waktu tertentu. Perlakuan pertama adalah pengambilan sampel serum sebelum induksi-promosi, pengambilan kedua pada minggu ke-1 (1 minggu setelah induksi azoxymethane), pengambilan ketiga minggu ke-2 (1 minggu setelah induksi-promosi oleh azoxymethane-dextran sulfate sodium) dan pengambilan ketiga minggu ke-6 (5 minggu setelah induksi-promosi oleh azoxymethane-dextran sulfate sodium). Kuantifikasi cfDNA terhadap serum dilakukan dengan metode fluoresensi SYBR Green II menggunakan Rotor Gene 6000 dan pemeriksaan histopatologis untuk melihat karsinogenesis dilakukan pada minggu ke-0, ke-1, ke-2 dan ke-6. Konsentrasi cfDNA menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok sampel sebelum induksi dan promosi (1238,49±674,84 pg/μL ) dibandingkan kelompok sampel yang serumnya diambil minggu ke-6 dengan gambaran histopatologis pra-kanker (2244,04±726,57 pg/μL ). Terdapat kenaikan cfDNA pada minggu ke-1 hanya dengan induksi AOM maupun minggu ke-2 setelah dinduksi dan dipromosi (1358,57±803,81 pg/μL ) dan 1317,23±735,92 pg/μL ), namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik.

ABSTRACT
Colorectal cancer was third of the most cancer in United States and second for the most mortal at 2012. Mortality should be decreased by early screening of the polyp stadium by molecular biology diagnoze of faecess’s DNA and serum’s DNA.The focus of this study is cell free DNA's potency as tumor marker of colorectal carcinogenesys within blood serum sample that was taken from balb/C mice induced by azoxymethane (AOM) and promoted by dextran sulfate sodium (DSS). This study is quasi experimental research. Samples were taken from 6 Balb/C mices, which are serial treated by the time. First, pre induction-promotion blood serum (week 0), second were one week post azoxymethane induction week 1st), third were one week post azoxymethane and dextran sulfate sodium induction-promotion (week 2nd), and fourth were fifth week post azoxymethane and dextran sulfate sodium induction-promotion (week 6th). Cell free DNA Quantification was performed by fluoresence of SYBR Green II method and confirmed by histopathology examination at null, 1st, 2nd and 6th week. Cell free DNA concentration show there was significant differencies of cfDNA before induction and promotion (1238,49±674,84 pg/μL ) compared to cfDNA 6th week after induction and promotion (2244,04±726,57 pg/μL ) statistically, but no significant differencies to the group of 1st week after AOM induction only and the group of 2nd week after induction and promotion, even both of those groups show increament of cfDNA concentration (1358,57±803,81 pg/μL and 1317,23±735,92 pg/μL )."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Afriani
"ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790).

ABSTRACT
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laely Yuniasari
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah stadium lanjut pada kanker kolorektal berdasarkan Union for International Cancer Control Staging System, mempunyai pengaruh terhadap tingginya tingkat kebocoran anastomosis usus setelah operasi kanker kolorektal.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian studi kohort retrospektif yang dilakukan pada 398 pasien kanker kolorektal yang datang ke RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia dari bulan Januari 2013 sampai Desember 2015, dari jumlah tersebut, terdapat 156 kasus yang menjalani tatalaksana pembedahan berupa operasi reseksi dengan anastomosis primer, ynag terdiri dari 110 pasien 70,5 kasus stadium II-III dan 46 pasien 29,5 kasus stadium IV. Tidak ditemukan pasien dengan stadium I yang datang ke RSCM. Data-data lain yang diketahui memiliki faktor risiko terhadap kebocoran anastomosis seperti jenis kelamin laki-laki, operasi elektif atau emergensi dan pengunaan ileostomi proteksi, dibandingkan antara kedua grup tersebut. Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua grup.Hasil penelitian : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin P = 0,755 , operasi emegensi atau elektif P = 0,089 , penggunaan ileostomy proteksi P = 1,00 dan stadium lanjut kanker kolorektal P = 0,084 dengan kebocoran anastomosis.Kesimpulan : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara stadium lanjut kanker kolorektal dengan kebocoran anastomosis pada operasi kanker kolorektal

ABSTRACT
The objective of this study was to investigate whether advanced stages of colorectal cancer Union for international Cancer Control staging system correlates with higher risk of anastomotic leakage after colorectal cancer surgery.Method A retrospective cohort study was conducted on 398 colorectal cancer cases that was admitted at National Referral Hospital, Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia from January 2013 until December 2015. Among these patients, 156 cases underwent surgical resections with primary anastomosis and consisted of 110 70,5 cases of stage II III and 46 29,5 cases of stage IV. No patients with stage I were found at the hospital. Demographic data and known risk factors for anastomotic leak were also recorded and compared between these groups, including male gender, elective or emergency surgery and use of protective ileostomy. There were no differences in these factors between the two groups.Results there were no significant differences with regards to gender P 0,755 , the type of operative setting elective or emergency with P 0,089 , use of protective ileostomy P 1,00 and advanced stages of colorectal cancer P 0,084 with anastomotic leak rate.Conclusion these results suggest there was no correlation between different colorectal cancer stages with anastomotic leak rate in colorectal surgery in National Referral Hospital, Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia"
2016
T55600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasya Cyka Prameswari
"Diabetes Melitus dan Kanker Kolon merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Namun belum dilakukan penelitian sejenis yang menghubungkan Diabetes Melitus terhadap Kesintasan Kanker Kolon yang berasal dari Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan Diabetes Melitus terhadap kesintasan Kanker Kolon. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektif. Populasi penelitian merupakan 939 pasien Kanker Kolon di RSKD pada tahun 2013-2017. Sampel penelitian adalah 257 pasien Kanker Kolon yang mendapatkan pengobatan di RSKD pada tahun 2013-2017 dengan metode total sampling. Data yang digunakan merupakan data Registrasi Kanker di Indonesia dan rekam medik elektronik RSKD. Hasil penelitian diperoleh kesintasan Kanker Kolon 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun pada pasien Kanker Kolon yang memiliki Diabetes Melitus di RSKD tahun 2013-2017 berturut-turut sebesar 64,80%, 59,81%, dan 51,27%. Pasien Kanker Kolon di RSKD tahun 2013-2017 yang memiliki Diabetes Melitus, memiliki risiko sebesar 1,51 (95% CI: 0,794-2,883) kali untuk terjadi kematian dibandingkan dengan pasien Kanker Kolon yang tidak memiliki Diabetes Melitus setelah dikontrol dengan usia, jenis kelamin, grade, dan metastasis. Namun asosiasi tersebut tidak bermakna secara statistik.

Diabetes mellitus and colon cancer are diseases that are widely experienced by the people of Indonesia. However, no similar studies have been conducted linking diabetes mellitus to colon cancer survival derived from Hospital-Based Cancer Registries. The purpose of the study was to determine the association of Diabetes Mellitus to the survival of Colon Cancer. The study design used was a retrospective cohort. The study population was 939 Colon Cancer patients at RSKD in 2013-2017. The study sample was 257 Colon Cancer patients who received treatment at RSKD in 2013-2017 with the total sampling method. The data used are Cancer Registration data in Indonesia and RSKD electronic medical records. The results of the study showed the survival of Colon Cancer by 1 year, 3 years, and 5 years in Colon Cancer patients who had Diabetes Mellitus at RSKD in 2013-2017 respectively, by 64.80%, 59.81%, and 51.27%. Colon Cancer patients at RSKD in 2013-2017 who had Diabetes Mellitus, had a risk of 1.51 (95% CI: 0.794-2.883) times for death compared to Colon Cancer patients who did not have Diabetes Mellitus after controlling for age, sex, grade, and metastasis. But the association was not statistically meaningful."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Shafira Hanifah
"ABSTRACT
Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia pada pria dan wanita. Kejadian kanker di Indonesia mencapai 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan tingkat mortalitas mencapai 9,5% dari kasus kanker. Progresi kanker sangat terkait dengan ekspresi berlebihan COX-2 pada sel kanker kolorektal. Inhibitor COX-2 seperti COXIB dan NSAID memiliki efek kemopreventif, tetapi juga memiliki efek kardiovaskular yang berbahaya. Terdapat herbal yang memiliki aktivitas antikanker, salah satunya adalah tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Efek antikanker berbagai bagian tanaman telah diuji, tetapi penelitian mengenai bagian batang tanaman Mahkota Dewa masih minim. Ekstrak batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dipersiapkan untuk dimaserasi dalam etanol. Aktivitas antikanker ekstrak etanol Phaleria macrocarpa in-vitro diuji dengan MTT assay pada lini sel kanker kolorektal HCT116. Studi ini juga menilai efek ekstrak etanol Phaleria macrocarpa terhadap penghambatan ekspresi COX-2 pada lini sel kanker kolorektal HCT116 melalui penghitungan nilai H-score dari pewarnaan imunositokimia. Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) menunjukkan aktivitas antikanker melalui penghambatan pertumbuhan dengan nilai IC50 sebesar 1,327 µg/ml.  Salah satu jalurnya adalah melalui penghambatan ekspresi COX-2 yang ditunjukkan nilai H-score sebesar 173,33 pada pemberian ekstrak dengan dosis 200 ppm. Penelitian ini membuktikan bahwa batang (Phaleria macrocarpa) menghambat pertumbuhan kanker kolorektal, salah satunya melalui penghambatan COX-2.

ABSTRACT
Colorectal cancer is the third most malignancy in the world in men and women. The prevalence of cancer reached 12,8 per 100,000 adult populations, with mortality rate reaching 9,5% from all cancer cases. Cancer progression is strongly associated with excessive expression of COX-2 in colorectal cancer cells. COX-2 inhibitors such as COXIB and NSAID have been proven to have chemopreventive nature, but also have harmful cardiovascular effects. There are herbs that have anticancer activities such as Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) plant. Various parts of the plant have been researched on its anticancer effect, but research on its bark parts of Mahkota Dewa is still minimal. Ethanol extract from Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark was prepared for maceration in ethanol. Phaleria macrocarpa bark ethanol extract in-vitro anticancer activity was tested with MTT assay on HCT116 colorectal cancer cell line. This study also assessed the effect of ethanol extract of Phaleria macrocarpa bark on inhibition of COX-2 expression in the HCT116 colorectal cancer cell line by counting the H-score from immunocytochemistry staining. Ethanol extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark shows anticancer activity by inhibiting its growth with IC 50 of 1,327 µg/ml. One of the pathways is through inhibition of COX-2 expression, shown from H-score of 173,33 after administration of ethanol extract of Phaleria macrocarpa bark at a dose of 200 ppm. This study shows that Phaleria macrocarpa bark is a colorectal cancer growth inhibitor, one of which is through inhibition of COX-2."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Skolastika Sylvia Cleodora Heryanto
"Kanker kolorektal merupakan keganasan yang terbentuk melalui transformasi sel epitel yang menyusun lapisan mukosa dari bagian kolon dan rektum usus besar. Tingginya angka kasus baru di Indonesia menempatkan kanker kolorektal pada posisi keempat pada tingkatan kasus kanker paling umum di Indonesia. Gen c-MYC merupakan salah satu onkogen dalam tubuh manusia yang berperan penting dalam berbagai proses seluler. Potensi gen c-MYC dalam memicu karsinogenesis timbul ketika gen ini terderegulasi sehingga c-MYC berperan sebagai salah satu kandidat dalam studi ekspresi gen berbasis RNA dalam kasus kanker kolorektal. Molekul RNA berperan penting dalam proses ekspresi gen sehingga kerap digunakan sebagai biomarker dalam mengukur tingkat ekspresi suatu gen yang dapat dikuantifikasi menggunakan metode Reverse Transcription Quantitative Polymerase Chain Reaction (RT-qPCR). Tingkat ekspresi dari gen c-MYC kemudian dihitung berdasarkan nilai cycle threshold (Ct) menggunakan rumus Livak dan dilakukan uji statistik dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Ekspresi gen dikatakan mengalami peningkatan atau upregulation apabila nilai 2-∆∆Ct > 1 sementara ekspresi gen dikatakan mengalami penurunan atau downregulation apabila nilai 2-∆∆Ct < 1. Hasil perhitungan tingkat ekspresi gen c-MYC dari sepuluh pasang sampel yang diperoleh dari sepuluh pasien kanker dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa sebanyak 50% pasien menunjukkan terjadinya upregulation gen c-MYC sedangkan 40% pasien menunjukkan terjadinya downregulation gen c-MYC. Sementara itu, 10% dari pasien tidak menunjukkan adanya ekspresi gen c-MYC. Meski demikian, hasil uji Mann-Whitney menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara ekspresi gen c-MYC pada sampel jaringan normal dan kanker kolorektal yang diduga disebabkan oleh kurangnya sampel yang digunakan dalam penelitian.

Colorectal cancer is a malignancy developed by cell transformation that occurs on the epithelium cells that forms the lining mucosa of the colon and rectum region of the large intestine. The rising number of new colorectal cancer cases in Indonesia makes it the fourth most common cancer in Indonesia. The c-MYC gene is one of the many oncogenes of the human body that affects cellular processes. Having the potential in inducing carcinogenesis when deregulated, the c-MYC gene is the perfect candidate for RNA-based gene expression study. RNA molecules play a big part on the overall gene expression process. Thus, it is commonly used as a biomarker to quantify gene expression levels using various methods, one of which is the Reverse Transcription Quantitative Polymerase Chain Reaction (RT-qPCR). The expression of the c-MYC gene is calculated with the Livak formula towards the cycle threshold (Ct) value obtained which then the numbers are statistically analyzed using the help of the SPSS software. The gene expression can be considered as upregulated when the 2-∆∆Ct > 1 and can be considered as downregulated when the 2-∆∆Ct < 1. The c-MYC gene expression level result that are obtained from ten pairs of tissue sample from ten cancer patients of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital shows that 50% of the patients experience c-MYC upregulation while 40% of the patients experience downregulation of the c-MYC gene. The last 10% of the patients do not show any expression of the c-MYC gene. Despite the results, according to the statistical Mann-Whitney test, the data obtained does not show any significant difference between the c-MYC gene expression levels on normal and colorectal cancer tissues due to the small number of samples used."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diba Harhara
"Latar Belakang. Peningktan prevalensi kanker kolon proksimal menjadi perhatian di beberapa dekade terakhir. Fenomena yang sering disebut “ Right Shifting ” ini mulai muncul dibanyak negara maju. Telah diketahui pula terdapat perbedaan di tingkat molekular antara kanker kolon proksimal dan kanker kolorektal distal yang membuat para ahli menganggap dua penyakit ini merupakan dua entitas penyakit yang berbeda. perbedaan ini memunculkan perbedaan karakteristik antara keduanya. Maka timbul pertanyaan apakah terdapat perbedaan faktor-faktor yang berhubungan dengan kanker kolorektal pada umumnya mulai dari faktor genetik maupun lingkungan.
Tujuan. Mengetahui hubungan usia, jenis kelamin indeks massa tubuh, riwayat keluarga kebiasan merokok, konsumsi alkohol, gejala klinis dan jenis diferensiasi lesi terhadap kejadian kanker kolon proksimal.
Metode. Desain potong lintang. Menggunakan data sekunder dari registri Pusat Endoskopi Saluran Cerna dan unit rekam medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang melibatkan 261 subjek kanker kolorektal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan pencatatan data usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, riwayat keluarga, konsumsi rokok, alkohol, jenis diferensiasi lesi dan manifestasi klinis. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan pada faktor – faktor tersebut.
Hasil. Didapatkan proporsi kanker kolon proksimal dan kanker kolorektal distal berturut – turut adalah 39% dan 61%. Sebagian besar subjek adalah laki-laki dengan proporsi 55,9% dengan rerata usia 51,9 (SB 13,2). Tidak didapatkan hubungan antara usia tua, jenis kelamin wanita, riwayat keluarga, indeks massa tubuh yang tinggi, konsumsi rokok, alkohol dan lesi diferensiasi buruk dengan kanker kolon proksimal. Terdapat hubungan bermakna antara anemia (OR 1,903; 95% IK 1,15 – 3,15; P = 0,012), penurunan berat badan (OR 2,04; 95% IK 1,23 – 3,38; P = 0,001), nyeri perut (OR 8,55; 95% IK 4,08 – 17,89; P = <0,001), massa abdomen (OR 8,85; 95% IK 4,54 – 12,21 ; P = <0,001), dan gejala kluster proksimal (OR 2,37; 95% IK 1,43 – 3,95; P = <0,001) dengan kanker kolon proksimal. Analisis multivariat didapatkan hubungan antara gejala kelompok kluster proksimal (AUC 0,829; 95% IK; 0,781 – 0,876) dan gejala individual seperti nyeri perut, massa abdomen, hematoskezia, diare, tenesmus (AUC 0,907; 95% IK 0,867 – 0,946) dengan kanker kolon proksimal.
Kesimpulan. Beberapa gejala klinis (gejala indivisual maupun gejala kelompok) berhubungan dengan kanker kolon proksimal. Gejala kluster proksimal dan gejala individu seperti nyeri perut dan massa abdominal berhubungan dengan kanker kolon proksimal.

Background. Increasing the prevalence of proximal colon cancer has been a concern in the past few decades. This phenomenon which is often called "Right Shifting" is starting to emerge in many developed countries. It is also known that there are differences in the molecular level between proximal colon cancer and distal colorectal cancer which makes experts consider these two diseases to be two different disease entities. this difference raises characteristic differences between the two. So the question arises whether there are differences in factors associated with colorectal cancer in general, starting from genetic and environmental factors.
Objective. Knowing the association between age, sex, body mass index, family history, smoking habits, alcohol consumption, clinical symptoms, and types of lesion differentiation in proximal colon cancer.
Methods. Cross-sectional design. Using secondary data from the Central Gastrointestinal Endoscopy Center and the Cipto Mangunkusumo Hospital medical record unit involving 261 colorectal cancer subjects who met the inclusion and exclusion criteria. Data on age, sex, body mass index, family history, cigarette consumption, alcohol consumption, type of lesion differentiation and clinical manifestations were recorded. Bivariate and multivariate analyzes were carried out on these factors.
Results. The proportion of proximal colon cancer and distal colorectal cancer was 39% and 61%, respectively. Most subjects were men with a proportion of 55.9% with an average age of 51.9 (SB 13.2). There was no association between old age, female gender, family history, high body mass index, cigarette consumption, alcohol, and poorly differentiated lesions with proximal colon cancer. There was a significant association between anemia (OR 1.903; 95% CI 1,15 – 3,15; P = 0,012), weight loss (OR 2.04; 95% CI 1.23 – 3.38; P = 0,001), abdominal pain (OR 8.55; 95% CI 4.08 – 17.89; P = <0,001), abdominal mass (OR 8.85; 95% CI 4.54 – 12.21 ; P = <0,001 ), and proximal cluster symptoms (OR 2.37; 95% CI 1.43 – 3.95; P = <0,001) with proximal colon cancer. Multivariate analysis found an association between symptoms of the proximal cluster group (AUC 0.829; 95% IK; 0.781 - 0.876) and individual symptoms such as abdominal pain, abdominal mass, hematochezia, diarrhea, tenesmus (AUC 0.907; 95% IK 0.867 - 0.946) and colon cancer proximal.
Conclusions. Some clinical symptoms (individual symptoms and group symptoms) are associated with proximal colon cancer. Proximal cluster symptoms and individual symptoms such as abdominal pain and abdominal mass are associated with proximal colon cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Panjaitan, Harrison Paltak Bernard
"[Asam galat merupakan zat polifenol dengan kemampuan sitotoksik. Studi
sebelumnya menunjukkan turunan asam galat mampu menghambat pertumbuhan
sel kanker. Sampai saat ini, belum banyak studi yang mempelajari turunan alkil
ester galat dan turunan metoksi galat terhadap pertumbuhan kanker kolon. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas sitotoksik turunan alkil ester
galat dan metoksi galat pada sel kanker kolon. Penelitian ini dilakukan dengan
desain eksperimental secara in vitro. Kemampuan sitotoksik asam galat dan
turunannya diuji pada sel HCT116 (sel kanker kolon) dengan menggunakan MTS
(3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2Htetrazolium)
assay. Data yang diperoleh dianalisis untuk mendapatkan IC50 setiap
senyawa. Hasil penelitian menunjukkan modifikasi asam galat menjadi senyawa
metil galat, propil galat, butil galat, t-butil galat, amil galat, oktil galat dan ketiga
turunan metoksi galat tidak menunjukkan peningkatan aktivitas sitotoksik dengan
peningkatan konsentrasi yang diuji. Dari semua senyawa yang memiliki
kecenderungan menghambat, heptil galat memiliki aktivitas yang paling baik.
Disimpulkan, metil galat, propil galat, butil galat, t-butil galat, amil galat, dan oktil
galat merupakan turunan alkil galat yang tidak aktif. Etil galat, isobutil galat,
isoamil galat, dan heptil galat merupakan turunan alkil galat yang memiliki aktivitas
sitotoksik pada sel kanker kolon. Ketiga tur;Gallic acid is a polyphenol with anticancer activity. Previous studies had shown that
the derivatives of gallic acid had cytotoxic activity in cancer cell. To date, few
studies evaluated the activity of alkyl ester derivatives of gallic acid and methoxy
derivatives of gallic acid in colon cancer cell. The objective of this study was to
examine the cytotoxic activity of alkyl ester derivatives and methoxy derivatives of
gallic acid in colon cancer cell. This study was conducted in in-vitro study in
HCT116 colon cancer cell. Cytotoxic activity of gallic acid and its derivatives were
evaluated in HCT116 colon cancer cell using MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-
5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium) assay. Data from
this experiment was analyzed to obtain IC50 of each compound. The result showed
that modification of gallic acid to methyl gallate, propyl gallate, butyl gallat, t-butyl
gallate, pentyl gallate, octyl gallate and three methoxy derivatives of gallic acid did
not increase cytotoxic activity in all concentrations tested. Among all derivatives of
gallic acid, heptyl gallate has the best cytotoxic activity. In conclusion, methyl
gallate, propyl gallate, butyl gallate, t-butyl gallate, pentyl gallate, and octyl gallate
are alkyl ester derivatives of gallic acid with no cytotoxic activity. Ethyl gallate,
isobutyl gallate, isopentyl gallate, and heptyl gallate are active derivatives of gallic
acid. All methoxy derivatives of gallic acid do not show any cytotoxic activity in
colon cancer cell.;Gallic acid is a polyphenol with anticancer activity. Previous studies had shown that
the derivatives of gallic acid had cytotoxic activity in cancer cell. To date, few
studies evaluated the activity of alkyl ester derivatives of gallic acid and methoxy
derivatives of gallic acid in colon cancer cell. The objective of this study was to
examine the cytotoxic activity of alkyl ester derivatives and methoxy derivatives of
gallic acid in colon cancer cell. This study was conducted in in-vitro study in
HCT116 colon cancer cell. Cytotoxic activity of gallic acid and its derivatives were
evaluated in HCT116 colon cancer cell using MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-
5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium) assay. Data from
this experiment was analyzed to obtain IC50 of each compound. The result showed
that modification of gallic acid to methyl gallate, propyl gallate, butyl gallat, t-butyl
gallate, pentyl gallate, octyl gallate and three methoxy derivatives of gallic acid did
not increase cytotoxic activity in all concentrations tested. Among all derivatives of
gallic acid, heptyl gallate has the best cytotoxic activity. In conclusion, methyl
gallate, propyl gallate, butyl gallate, t-butyl gallate, pentyl gallate, and octyl gallate
are alkyl ester derivatives of gallic acid with no cytotoxic activity. Ethyl gallate,
isobutyl gallate, isopentyl gallate, and heptyl gallate are active derivatives of gallic
acid. All methoxy derivatives of gallic acid do not show any cytotoxic activity in
colon cancer cell., Gallic acid is a polyphenol with anticancer activity. Previous studies had shown that
the derivatives of gallic acid had cytotoxic activity in cancer cell. To date, few
studies evaluated the activity of alkyl ester derivatives of gallic acid and methoxy
derivatives of gallic acid in colon cancer cell. The objective of this study was to
examine the cytotoxic activity of alkyl ester derivatives and methoxy derivatives of
gallic acid in colon cancer cell. This study was conducted in in-vitro study in
HCT116 colon cancer cell. Cytotoxic activity of gallic acid and its derivatives were
evaluated in HCT116 colon cancer cell using MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-
5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium) assay. Data from
this experiment was analyzed to obtain IC50 of each compound. The result showed
that modification of gallic acid to methyl gallate, propyl gallate, butyl gallat, t-butyl
gallate, pentyl gallate, octyl gallate and three methoxy derivatives of gallic acid did
not increase cytotoxic activity in all concentrations tested. Among all derivatives of
gallic acid, heptyl gallate has the best cytotoxic activity. In conclusion, methyl
gallate, propyl gallate, butyl gallate, t-butyl gallate, pentyl gallate, and octyl gallate
are alkyl ester derivatives of gallic acid with no cytotoxic activity. Ethyl gallate,
isobutyl gallate, isopentyl gallate, and heptyl gallate are active derivatives of gallic
acid. All methoxy derivatives of gallic acid do not show any cytotoxic activity in
colon cancer cell.]"
[;Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>