Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jilly Octoria Tagore Chan
"Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi dan penanganan yang tersedia dapat menyebabkan efek samping buruk. Oleh karena itu, pengobatan alternatif untuk kanker kolorektal perlu dikembangkan. Asam galat telah menunjukkan aksi menghambatan proliferasi sel di berbagai tipe sel kanker termasuk HCT 15 colon cancer cells. Penambahan grup hidrofobik ke asam galat diduga dapat meningkatkan efek anti kanker asam galat. Riset ini dilakukan untuk mengobservasi efek antikanker derivat asam galat, (enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis) terhadap sel kolon karsinoma HCT 116. Metode: Menggunakan MTT, enam (6) senyawa alkil amida galat, yaitu: -metil, -etil, -butil, -sek-butil, -ters-butil dan heksil amida galat diuji efek antikankernya terhadap sel HCT 116. Penentuan nilai IC50 dilakukan dengan menggunakan metoda regresi linear untuk analisis data. Hasil uji efek antikanker senyawa turunan alkil amida galat dibandingkan dengan hasil uji efek antikanker asam galat sebagai senyawa awal dan doxorubicin sebagai kontrol positif. Jika dibandingkan dengan asam galat (IC50: 0.05 μg/mL) dan doxorubicin (IC50: 0.001 μg/mL), keenam senyawa turunan alkil amida galat memiliki aktivitas antikanker yang lebih rendah terhadap sel kanker kolon HCT 116. Diantara ke-enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis, heksil amida galat dengan IC50 0,07 μg/mL memiliki aktivitas antikanker terbaik. Kesimpulan: Dari hasil studi yang telah dilakukan ini, dapat disimpulkan bahwa heksil amida galat memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi agen antikanker kolon.

Background: Colorectal cancer is one of the most prevalent cancers and its common managements still evoke undesirable side effects. Therefore, there needs to be a development of a safer alternative. Gallic acid has exhibited significant cell proliferation inhibition in a variety of cancer cell lines including HCT 15 colon cancer cells. Addition of hydrophobic groups to gallic acid has been postulated to increase the anti-cancer effects of gallic acid and henceforth this research is conducted to observe the derivatives of gallic acid (six derivative compounds of alkyl amide gallate) on HCT 116 cells. Methods: With the utilization of MTT assay, six synthesized compounds of alkyl amide gallate, namely methyl-, ethyl-, butyl-, sec-butyl-, tert-butyl-, and hexyl amide gallate were measured for their anticancer effect on HCT 116 cells. Determination of IC50 values was carried out by the linear regression method for data analysis. Lastly, results were compared with gallic acid as an original compound and doxorubicin as a positive control. Results: In comparison to gallic acid (IC50: 0.05 μg/mL) and doxorubicin (IC50: 0.001 μg/mL), a lower anticancer effect on colon HCT 116 cells was displayed by all the six- synthesized alkyl amide gallates. Hexyl amide gallate with IC50 value of 0.07 μg/mL shows the strongest anticancer and inhibitory effect on HCT 116 cells. Conclusion: Result of the study indicates that hexyl amide gallate has the potential to undergo further development as a promising anti- colon cancer agent."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini Djunet
"Latar belakang. Bedah kanker kolorektal (KKR) adalah kasus terbany1k di Divisi Bedah Digestif RSUPNCM, di mana 46% di antaranya adalah karena kanker rektum I (K.R). Trauma pembedahan menimbulkan inflamasi, respon fase akut (RFA), dan stres metabolik. C- reactive protein (CRP) adalah protein fuse akut (PFA) dengan peningkatan tertinggi di antara PFA lainnya dan telah digunakan secara luas sebagai penanda inflamasi. Stres metabolik menyebabkan perubahan metabolisme zat gizi yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu (GDS) plasma. Secara tidak langsung, pemberian terapi gizi adekuat dapat menekan laju inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan pasca bedah.
Tujuan. Untuk mengetahui peran terapi gizi adekuat selama tujuh hari terhadap perubahan kadar CRP serum dan GDS plasma pasien pasca bedah KR pada hari ke satu dan ke tujuh pengamatan.
Metode. Penelitian ini adalah studi eksperimental dengan desain paralel, acak, dan tidak tersamar. Penelitian dilaksanakan di ruang rawat bedah kelas Ill RSUPNCM, pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April- Agustus 2009. .9erdasarkan kriteria penelitian didapatkan 24 subyek yang dibagi menjadi dua, kelompok perlakuan (P) dan kontrol (K). Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, pengukuran antropometri, dan pemeriksaan laboratorium.
Hasil. Karakteristik awal kedua kelompok adalah sebanding pada HI. Rerata asupan energi kelompok P adalah 1 211 ,23 ± 161 ,95 kkallh ari (82,86 ± 9,91 % kebutuhan energi total atau KET), adekuat, dan lebih tinggi bermakna (p< 0,001) dibandingkan kelompok K yaitu 831,93 ± 129,58 kkal/hari (55,75 ± 9,48% KET). Rerata asupan protein subyek tidak adekuat meskipun asupan protein kelompok P lebih tinggi bennakna (p< 0,001). Kelompok P mengalami peningkatan berat badan (BB) 0,71 ± 0,79 kg sedangkan kelompok K mengalami penurunan BB 0,85 ± 1,06 kg. Penurunan kadar CRP serum kelompok P (7,13 ± 1,43 mg/L) berbeda bermakna (p=0,005) dengan kelompok K (5,20 ± 1,58 mg/L). Peningkatan kadar GDS plasma kelompok P (26,00 ± 29,67 mg/dL) cenderung lebih tinggi dari kelompok K (10,00 ± 24,40 mg/dL), sejalan dengan peningkatan asupan energi yang lebih tinggi. Kadar CRP serum memiliki korelasi positif derajat rendah (r-0,266) dan tidak bennakna (p=0,358) dengan kadar ODS plasma.
Kesimpulan. Pemberian terapi gizi adekuat selama tujuh hari berperan untuk mempercepat penurunan kadar CRP serum pasien pasca bedah KR. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T20988
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adityawati Ganggaiswari
"Latar belakang : Beberapa data dari luar negri menunjukkan kanker kolorektal predominan terjadi pada populasi usia yang lebih tua (lebih dari 60 tahun). Kanker kolorektal yang terjadi pada usia lebih muda (kurang dari 40 tahun) hanya berkisar antara 3-6%. Dari penelitian terdahulu dilaporkan bahwa kanker kolorektal pada pasien usia muda cenderung memiliki gambaran perilaku tumor yang agresif dengan prognosis buruk. Pada beberapa penelitian, progresivitas dan prognosis yang buruk pada kanker kolorektal, dikaitkan dengan peristiwa angiogenesis. VEGF merupakan salah satu sitokin poten yang terlibat dalam proses angiogenesis seh.ingga tingginya kadar ekspresi VEGF berhubungan dengan progresivitas penyakit yang 1ebih tinggi dan prognosis yang burnk. Cancer-associated stroma mengalami perubahan-perubahan dinamis yang menyerupai reaksi penyembuhan luka, disebut sebagai reaksi desmoplastik. Reaksi ini didukung terutama oleh aktivasi "myofibroblas;'. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa myofibroblas mempuuyai peran untuk roemfasilitasi tumorigenesis dan progresi beberapa karsinoma, dan dikenal sebagai suatu petanda penting yang potensial untuk diagnosis, pengobatan dan prognosis kanker.
Hasil : Pada penelitian ini terlihat ekspreSi VEGFA tidak berbeda, namun terdapat perbedaan yang bennakna pada reaksi desmoplastik usia muda dibanndingkan pada usia tua. Nampak pula hubungan yang sejaJan antara ekspresi VEGF-A positif kuat dengan reaksi desmoplastik yang keras pada kanker kolorektal usia muda. Hal ini menyokong hepotesa kedua dan ketiga dari penelitian ini.
Kesimpulan : Progresivitas penyakit yang lebih tinggi dan prognosis yang buruk pada pasien kanker kolorektal usia muda kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain selain VEGF, yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut. "
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32365
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Nikson
"Latar Belakang: Penyakit kanker kolorektal (KKR) merupakan salah satu jenis penyakit kanker dengan insiden. prevalen serta mortalitas yang terns meningkat dewasa ini.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh. stadium klinik kanker terhadap katahanan hidup lima tahun penderita kanker kolorektal.
Desain: Desaio penelitian adalah kohort retrospektif. Sarnpel sebanyak 1!6 orang penderita kanker kolorektal yang mendapat pengobatan pertama kali di RSKD dari tahun 1994 - 2004. Analisis bivariat dengan uji Lng rank test dan kurva probabilitas untuk ketahanan hldup menggunakan metode Kaplan Meier. Analisis seeara multivariat menggunakan Cox Proportional Hazard Regression.
Hasil: Ditemukan penderita kanker kolorektal yang meninggal selarna lima tahun follow up adalah 46 orang (39, 7%). Probahilitas ketahanan hidup 5 tahtm penderita seeara keseluruhan adalah sebesar 42,23% dengan Median sehesar 36 bulan, Probabilitas ketahanan hldup 5 tahun menurut stadium adalah Dukes B sehesar 74,38%, Dukes C sebesar 37,28% dan Dukes D sehesar 22,28%. Menurut stadium awol sebesar 74,38% dan stadium !anjut sebesar 31,58%. Pada analisis Cox regresi stadium lanjut memiliki risiko kematian sehesar 4,83 kali (95%CI:1,72-13,60) dibandingkan stadium awal sebelum memperhitungkan variahel lain dan setelah memperhitungkan variabci derajat diferensiasi sel, umur, status perkawinan, jumlah sel darah putih sebelum operasi dan status pengobatan, risiko kematian stadium lanjut menjadi 9,37 kali(95%CI:2,88-30,48) dibandingkan stadium awal.
Kesimpulan dan Saran : Stadium terbukti merupakan faktor prognostik yang kuat dan signifikan terhadap ketahanan hidup lima tahun penderita kanker kolorektaL Diharapkan kepada masyarakat terutama umur 40 tahun ke atas untuk segera memeriksakan diri hila ada keluhan pada saluran pencernaan sehingga kalaupun temyata kanker kolorektal maka akan ditemukan pada stadium lebih awal.

Background: Colorectal cancer (CRC) disease is a kind of cancer disease with increasing incidence, prevalence, and mortality nowadays.
Objective: This research is aimed to know the effect of cancer clinical stadiums on five~ year survival of colorectal cancer patients.
Design: The design of this research is retrospective cohor4 using as sample 116 colorectal cancer patients who got their first treatment in RSKD from J 994 to 2004. Bivariate analysis was done with Log Rank Test and the probability curve of survival used Kaplan Meier method. Multivariate analysis was done with Cox Proportional Hazard Regression.
Result : It is found that the number of colorectal cancer patients' death during 5 years of follow up is 46 (39.7%). Patients' probability of 5-year survival as overall survival is 42.23% with a median of36 months. The probabilities of 5-year survival by Dukes' slage are Dukes B being 74.38%, Dukes C 37.28%, and Dukes D 22.28%. For early stadium it is 74.38% and advanced stadiwn 31.58%. Cox regression analysis reveals that advanced stadium has a death risk of 4.83 times (95%CI: 1, 72-13.60) higher than early stadium before controlling otller variables; and after controlling cell differentiation degree, age, marital status, preoperative amount of white blood cell, and treatment status, advanced stadiwn death risk becomes 937 times (95%C!: 2.88-30.48) than early stadium.
Conclusion and Suggestion: lt. is proved that stadium is strong and significant prognostic !actor of colorectal cancer patients' 5 year-survival. It is hoped that all people especially those who are 50 years old up to gel themselves cheeked immediately when they have complaints about their digestive system.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32492
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Deyan Sofiana
"Terdapat sebanyak 14,1 juta kasus kanker didiagnosis dan sebanyak 8,2 juta individu meninggal setiap tahunnya dari total ±32,6 juta pengidap kanker, menurut GLOBOCAN 2012. Kanker kolorektal memberikan 9,7% dalam kasus kanker dan insidesinnya pada usia <50 tahun menjadi meningkat 13% (2000-2014). Ekspresi siklooksigenase-2 (COX-2) yang berlebihan merupakan salah satu meaknisme yang terlibat dalam patogenesis kanker kolorektal. Sayangnya, pengobatan kanker menggunakan inhibitor enxim COX, NSAID, memiliki beberapa efek samping yang prominen seperti perdarahan gastointestinal, komplikasi kardiovaskular, dan nefrotoksisitas yang diinduksi NSAID. Dalam beberapa tahun terakhir, tanaman herbal telah mengundang perhatian banyak peneliti karena mudah didapat, murah, memiliki potensi dalam pencegahan kanker, dan memiliki toksisitas yang rendah. Hal ini memicu peneliti untuk mencari apakah ekstrak etanol biji delima mampu menurunkan ekspresi COX-2 pada sel HCT116.
Ektrak biji delima (Punica granatum) dimaserasi dalam etanol. Satu kelompok tidak mendapatkan perlakuan (kontrol negatif) sementara tiga kelompok lainnya diberi ekstrak ekstrak biji delima dalam tiga dosis berbeda (50, 100, dan 200 ppm). Pengaruh pemberian ekstrak etanol biji delima pada ekspresi COX-2 dalam sel HCT116 dinilai melalui perhitungan H-score dari pewarnaan imunositokimia.
Ekstrak etanol biji delima (Punica granatum) menunjukkan hasil dapat menurunkan ekspresi COX-2 yang ditunjukkan melalui penurunan nilai H-score dengan rerata nilai H-score sebesar 159,07 . Dan nilai p < 0,005
Penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penurunan ekspresi protein COX-2 pada sel HCT116 setelah pemberian ekstrak etanol biji delima (Punica granatum).

14.1 million new cancer cases are diagnosed annually in 2012. And about 8.2 million people are dying every year worldwide while 32.6 million people are living and afflicted with cancer, according to GLOBOCAN. Colorectal cancer (CRC) contributes to 9.7% of all cancer cases and in population <50 years old its incidence increased by 13% (2000-2014). Excessive expression of COX-2 plays a role in the pathogenesis of CRC. Unfortunately, current cancer treatment using COX enzyme inhibitor, NSAIDs is known for its multiple adverse effects, including gastrointestinal bleeding, cardiovascular complications, and NSAID induced nephrotoxicity. In recent years, medicinal herbs have become popular among researchers for its easily obtainable nature, cheap, promising cancer preventing properties, and low toxicity. Thus, reseacher would like to investigate whether ethanol extract from pomegranate seed can reduce the expression of COX-2 in HCT116 cell.
Ethanol extract from pomegranate (Punica granatum) seed was prepared for maceration in ethanol. One group was given no treatment (negative control) while the other three groups were given ethanol extract from pomegranate seed in three different doses (50, 100, 200 ppm). The effect of ethanol extract of pomegranate seed on inhibition of COX-2 expression in the HCT116 cell was then assessed by counting the H-score from immunocytochemistry staining.
The ethanol pomegranate (Punica granatum) extract was shown able to decrease expression of COX-2, which was shown by decresing the H-score with average H-score 159.07. P <0,05
This study revealed there is a decrease in COX-2 protein expression in HCT116 cells after administration of ethanol pomegranate.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menik Haryani
"Kanker kolorektal atau dikenal sebagai Ca. Colon adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu) dengan insiden terbesar pada usia lanjut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif koreIatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang risiko kanker kolorektal dengan perilaku diet tinggi serat pada warga dengan usia 50-70 tahun dengan perhittmgan chi square. Sampel pada penelitian ini adalah 70 warga dengan usia 50-70 tahun di RW 10 Kelurahan Baru Jakarta Timur. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sebanyak 35 warga (50%) yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi memiliki pola diet yang baik. Nilai p yang diperoleh sebesar 0.014 sehingga Ho ditolak (ada hubungan pengetahuan tentang risiko kanker kolorektal dengan periIaku diet tinggi serat pada warga dengan usia 50-70 tahun Kelurahan Baru Jakarta Timur).

Colorectal cancer as known as Ca. Colon is a form of malignant that occurred in colon, rectum, and appendix with the highest incidence in old age. This research is a correlative descriptive which purpose is to identify the relationship of knowledge about the risk of colorectal cancer with the behavior of high-fiber diet on the age of 50 to 70 years old with the calculation of chi square. Sample on this research was 70 people with ages 50 to 70 years in the RW 10 Kelurahan Baru Jakarta. Sampling technique that used was purposively sampling. As many as 35 people (50%) with high level of knowledge have good dietary patterns. P value obtained was 0.014, so Ho rejected (there is a relation between knowledge of the risk of colorectal cancer with high fiber diet behavior on the age of 50 to 70 years old in RW 10 Kelurahan Baru Jakarta Timur).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5769
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Ristiyanto
"ABSTRAK
Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia. Data mengenai gambaran tatalaksana kanker kolorektal di RSUP Fatmawati belum pernah tercatat dan belum pernah dievaluasi keberhasilanya. Untuk itu kami mengumpulkan data penderita kanker kolorektal sehingga kami bisa menggambarkan profil penderita kanker kolorektal di RSUP Fatmawati.
Metode : Penelitian ini dirancang secara potong lintang retrospektif analitik, di RSUP Fatmawati Jakarta dengan mencatat rekam medis penderita kanker kolorektal yang mendapatkan tatalaksana pembedahan dan terapi adjuvan pada tahun 2010 – 2012.
Hasil : Selama 3 tahun periode Januari 2010 sampai dengan 2012, kami dapatkan 122 penderita kanker kolorektal yang di tatalaksana di Departemen Bedah RSUP Fatmawati Jakarta, yang sesuai kriteria inklusi 85 penderita. prevalensi dari tahun ke tahun semakin tambah, dengan jenis kelamin pria lebih banyak (55%) dan wanita (45%). Kelompok usia terbanyak pada penderita usia 50 tahun ke atas (55%), dan. lokasi tumor terbanyak pada kolon kanan (21%). Sebagian besar datang mencari pertolongan dengan keluhan utama buang air besar yang berdarah dan berlendir (47%). Stadium klinis penderita datang dengan stadium I (1%), stadium II (20%), stadium III (50%), stadium IV (28%). Sebagian besar temuan histopatologi adalah adenokarsinoma, dengan differensiasi baik (42%), differensiasi baik-sedang (8%), differensiasi sedang (24%), differensiasi sedang-buruk (4%), differensiasi buruk (10%), dan musinosum (12%). Hanya 68% penderita kanker kolorektal yang mendapatkan kemoterapi adjuvan.
Simpulan : Berdasarkan penelitian ini kami menyimpulkan bahwa RSUP Fatmawati dengan jumlah insidensi kanker kolorektal bertambah tiap tahunnya. Rerata pasien yang berkunjung ke pelayanan kami adalah penderita pada stadium III. Kecenderungan insidensi pada usia muda semakin bertambah, kemoterapi adjuvan atau paliatif belum maksimal, neoadjuvan kemoradiasi atau radiasi tidak ada pada pelayanan kami. Sebagian besar penderita diberikan kemoterapi capecetabine oral. Sebagian besar terdapat ketidaksesuaian antara staging klinis dengan staging histopatologis. Data yang didapatkan ini merupakan data pertama yang kami buat di Departemen Bedah RSUP Fatmawati.

ABSTRACT
Colorectal cancer was the third most frequent type of cancer that occurs in the world. Data of colorectal cancer management in Fatmawati hospital has not been recorded and has not been evaluated. we collected the data and we can describe the profile of colorectal cancer patients in Fatmawati hospital.
Method : The study was designed as a cross-sectional retrospective analytic, in Fatmawati hospital Jakarta recorded base on colorectal cancer patient medical record who received surgery and adjuvant therapy in 2010-2012 .
Result : During the 3 years, period from January 2010 to 2012, we got the 122 colorectal cancer patients in in the Department of Surgery Fatmawati hospital Jakarta, appropriate inclusion criteria 85 patients. Prevalence from year to year was increased, with more male gender (55%) and female (45%). The age group most in people aged 50 years and over ( 55 % ). Most tumor location in the right colon (21%). Most come for help with a chief complaint of bloody and mucus stool (47%). Clinical staging of patients with stage I came (1 %), stage II (20%), stage III (50%), stage IV (28%). Most of the findings histopathology is adenocarcinoma, with good differentiated (42%), well-moderate differentiated (8%), moderate differentiated (24%), moderate-poor differentiated (4%), poor differentiated (10%), and mucinous (12%). Only 68 % of patients with colorectal cancer who received adjuvant chemotherapy.
Conclusion : Based on this study we conclude that the number of colorectal cancer patients in Fatmawati increased every each year. The most patients who visited our departement was in stage III. Tendency prevalence was increased at a young age, adjuvant or palliative chemotherapy is not maximized, neoadjuvant chemoradiation or radiation does not exist in our services. Most of the patients given oral chemotherapy capecetabine. Mostly there was a mismatch between clinical staging and histopathological staging. The data obtained was the first data that we created in the Department of Surgery Fatmawati hospital Jakarta ."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisi Wilanda Syamsi
"

Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian tertinggi kedua akibat kanker setelah kanker paru-paru. Pada tahun 2018 terdapat 1,8 juta kasus baru kanker kolorektal dan 892.000 mortalitas secara global. Sebagian besar kasus kanker kolorektal baru terdeteksi pada stadium lanjut. Hal ini dikarenakan mayoritas pasien tidak merasakan gejala yang serius pada fase awal (asimtomatik). Dari total kasus, sekitar 25% pasien kanker kolorektal diketahui telah mengalami metastasis pada diagnosis awal dan 60% lainnya setelah menjalani terapi, sehingga memerlukan pengobatan yang lebih serius dan spesifik. Salah satu jalur metastasis kanker kolorektal adalah melalui aliran darah. Proses pembentukan pembuluh darah baru atau angiogenesis dipicu oleh Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Interaksi antara VEGF-A dengan protein reseptor VEGFR-2 kinase menginisiasi proses angiogenesis yang dapat mempercepat penyebaran sel kanker. Beberapa senyawa telah berhasil dikembangkan untuk menghambat protein VEGFR-2 kinase, namun sebagian besar bersifat multi target dan menghasilkan berbagai efek samping. Pada penelitian ini, dilakukan studi in silico untuk menemukan inhibitor VEGFR-2 kinase terbarukan dengan selektivitas dan afinitas yang tinggi melalui perancangan obat berbasis fragmen. Simulasi penambatan molekul dilakukan berdasarkan struktur 3D VEGFR-2 kinase yang diperoleh dari Protein Data Bank (PDB ID: 1Y6A). Fitur farmakofor dirancang berdasarkan ligan standar Pazopanib dan 2-anilino-5-aryl-oxazole yang diambil dari basis data ChemSpider. Sebanyak 22.727 senyawa diambil dari pangkalan data PubChem dan dipilih 4 fragmen yang paling potensial untuk dilakukan penumbuhan fragmen. Selanjutnya, dari hasil penumbuhan fragmen dan simulasi penambatan molekul diperoleh 10 senyawa baru yang dinilai paling berpotensi menghambat protein VEGFR-2 kinase. Uji farmakologi dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisikokimia dan toksisitas dari senyawa baru dengan menggunakan perangkat OSIRIS Data Warrior, SwissADME, pkCSM dan Toxtree. Berdasarkan interaksi molekular dan uji farmakologi diperoleh dua senyawa baru sebagai kandidat inhibitor VEGFR-2 kinase terbaik yaitu ligan 1070 dan ligan 1143.

 


Colorectal cancer is the second leading cause of cancer death after lung cancer. As of 2018, there are an estimated 1,8 new diagnoses and 892.000 mortalities worldwide. Most of colorectal cancer cases were identified at an advance stage. Approximately 25% of patients with colorectal cancer have developed metastases in early diagnoses and another 60% after undergoing therapy that requires more serious and specific treatment. Metastasis was caused by angiogenesis which mediated by Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Interaction between VEGF-A and receptor protein VEGFR-2 initiated the formation of new blood vessels that can accelerate the spread of cancer cells. Several compounds have been successfully developed to inhibit VEGFR-2 kinase, however most of them are multi target and result many side effects. In this research, in silico study was conducted to discover novel VEGFR-2 kinase inhibitor with high selectivity and affinity through fragment-based drug design. Molecular docking simulation was conducted based on 3D structure of VEGFR-2 kinase obtained from Protein Data Bank (PDB ID: 1Y6A). The standard ligands used in this research are pazopanib and 2-anilino-5-aryl-oxazole that acquired from ChemSpider databases. About 22.727 compounds were taken from PubChem database and 4 potential fragments were selected for fragment growing. From the result of fragment growing and molecular docking simulation, 10 new compounds that potential to inhibit VEGFR-2 kinase were obtained. Then pharmacological and toxicity tests are performed using OSIRIS Data Warrior, SwissADME, pkCSM and Toxtree. According to the molecular interaction and pharmacological tests, two new compounds are selected as the best candidate of VEGFR-2 kinase inhibitor that is ligand 1070 and ligand 1143.

 

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Wiyarta
"

Pendahuluan: Kanker kolorektal (KKR) merupakan salah satu jenis kanker dengan insiden yang tinggi di dunia. Pada 2012, tercatat sekitar 614.000 perempuan dan 746.000 laki-laki terdiagnosis KKR. Dari populasi tersebut, 694.000 orang meninggal karena KKR. Di Indonesia, KKR masuk ke dalam 10 besar jenis kanker dengan insiden tertinggi. Saat ini, banyak teknik terapi yang dikembangkan (radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi) untuk KKR. Akan tetapi, teknik tersebut belum memberikan hasil memuaskan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menguji terapi alternatif tatalaksana KKR dengan menggunakan minyak ikan, karena sampai saat ini belum ada penelitian in-vivo tentang penghambatan ekspresi TNF-α setelah pemberian minyak ikan pada sel KKR. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dari material biologis mencit  penelitian sebelumnya. Jaringan kolon mencit diinduksi AOM dan DSS dan dikelompokkan dalam 6 kelompok (normal (N), kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), kontrol pelarut (KPel), dosis 6mg/kgBB/hari (D1), dan dosis 3mg/kgBB/hari (D2)). Hasil dan Pembahasan: Hasil uji Tukey menunjukkan terdapat perbedaan antara K- dengan N (p<0,01**), N dengan D2 (p<0,05*), N dengan KPel**, K+ dengan K-**, K+ dengan KPel*, K- dengan D1**, K- dengan D2*, dan D1 dengan KPel*. Perbedaan bermakna antara D1 dan D2 terhadap K- (p<0,01 dan p<0,05) menunjukkan minyak ikan dapat menurunkan ekspresi TNF-α. Kesimpulan: Administrasi minyak ikan sebesar 6mg dan 3mg mampu menghambat ekspresi TNF-α pada sel epitel kolon mencit yang diinduksi AOM dan DSS.

 


Introduction: Colorectal cancer (CC) is one type of cancer with a high incidence in the world. In 2012, about 614,000 women and 746,000 men were diagnosed with CC. Of these, 694,000 people died because of the CC. In Indonesia, cancer is among the top 10 cancers that have the highest incidence. At present, many therapeutic techniques have been developed (radiotherapy, chemotherapy, and immunotherapy) for CC. However, this technique has not yet yielded satisfactory results. Therefore, this study wants to examine alternative therapies using fish oil., because until now there has been no in-vivo study about inhibition of TNF-α results after receiving fish oil on CC cells. Method: This research is a experimental study using the biologic material mice from previous studies. Colon tissue of mice was induced by AOM and DSS and grouped into 6 groups: normal (N), negative control (K-), positive control (K +), solvent control (KPel), dose 6mg/kgBW/day (D1), and dose 3mg/kgBW/day (D2)). Result and Dicussion: Tukey's test results show there are differences between K- with N (p <0.01**), N with D2 (p <0.05*), N with KPel **, K + with K - **, K + with KPel *, K- with D1 **, K- with D2 *, and D1 with KPel *. Significant differences between D1 and D2 on K- (p<0,01 dan p<0,05) indicate that fish oil can reduce TNF-α expression. Conclusion: Fish oil administration on 6mg and 3mg were able to inhibit the expression of TNF-α on mice’s colonic tissue induced with AOM and DSS.

 

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rahadiani
"ABSTRAK
Latar Belakang :Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan salah satu kanker tersering di dunia
dan menjadi beban kesehatan global. KKR dapat muncul melalui 4 jalur patogenenis yang
berbeda, salah satu di antaranya adalah serrated pathway. Pengaktifan jalur ini mengakibatkan
perubahan progresif lesi-lesi prekursor seperti polip serrated, termasuk di dalamnya sessile
serrated adenoma (SSA) dan tradisional serrated adenoma (TSA), menjadi karsinoma,
diantaranya adenokarsinoma serrated (AS). AS diduga memberikan prognosis yang buruk
terhadap pengobatan. Gambaran histomorfologi adenokarsinoma serrated lebih banyak
didasarkan pada kemiripan dengan lesi prekursor SSA atau TSA, sehingga sulit dikenali.
Penelitian ini bertujuan mengetahui persentasi AS diantara kasus KKR di Departemen Patologi
Anatomik FKUI/RSCM, dan mengetahui gambaran histomorfologi yang bermakna dalam
menandakan AS.
Bahan dan Metode :Dilakukan review slide dari kasus-kasus KKR yang tercatat di arsip
Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM. Penilaian histomorfologi dilakukan berdasarkan
kriteria yang diajukan oleh Tuppurainen et al, meliputi epithelial serration, sitoplasma
eosinofilik, inti vesikuler, anak inti nyata, nekrosis, produksi musin, dan adanya cell balls. Kasus
dikategotikan ke dalam ?Pasti? dan ?Samar? AS, serta ?Klasik?. Dilakukan juga penilaian faktor
prognostik, berupa invasi limfovaskular, invasi perineural, infiltrasi limfosit, dan tumor budding.
Hasil :Didapatkan 41 kasus (35%) tergolong kategori ?Pasti? AS, 11 kasus (9.4%) tergolong
?Samar? AS, dan sisanya sebanyak 65 kasus (55.6%) tergolong kategori adenokarsinoma
?Klasik?. Didapatkan pula bahwa kriteria histomorfologi yang dapat dijadikan penanda serrated
adalah epithelial serration (p=0.029), anak inti nyata (p=0.041), dan nekrosis <10% (p=0.014).
Selain itu, didapatkan pula bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan morfologi serrated
adalah yaitu lokasi tumor (p=0.010), infiltrasi limfosit (p=0.000), dan tumor budding (p=0.012).
Kesimpulan :Adenokarsinoma serrated ditemukan 35% dari kasus-kasus adenokarsinoma kolon
di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM. Gambaran histomorfologi yang menandakan
adenokarsinoma serrated adalah adanya epithelial serration, anak inti nyata, dan nekrosis yang
sedikit.
Kata Kunci :Adenokarsinoma serrated, serrated pathway, histomorfologi, karsinoma
kolorektal.

ABSTRACT
Background: Colorectal carcinoma (CRC) is one of the most common cancers in the world and
become a global health burden nowadays. CRC may arise through 4 different pathways, one of
which is serrated pathway. Activation of this pathway results in progressive changes of precursor
lesions such as sessile serrated adenomas (SSA) and traditional serrated adenomas (TSA), into
carcinoma. One type of carcinomais serrated adenocarcinoma (SA), in which known to give a
poor prognosis to patient. Histomorphology overview shows that SA has similarity with SSA or
TSA, making it difficult to recognize. This study aims to determine the percentage of the SA
among cases of CRC in Department of Anatomical Pathology Faculty of Medicine Universitas
Indonesia/Cipto Mangunkusumo Hospital, and to know histomorphological features that are
meaningful in indicating SA.
Materials and Methods: CRC cases were collected from archive, and review slide was
conducted using morphological criteria proposed by Tuppurainen et al. This criteria includes
epithelial serration, eosinophilic cytoplasm, vesicular nuclei, prominent nucleolei, necrosis,
mucin production, and cell balls. Case were categorized into the "Definite" and "Pausy" SA, as
well as the "Classic". Assessment of prognostic factors, such as limfovascular invasion,
perineural invasion, infiltration of lymphocytes and tumor budding, were also conducted.
Results: There were 41 cases (35%) belong to the category of "Definite" SA, 11 cases (9.4%)
classified as "Pausy? SA, and 65 cases (55.6%) belong to the category of "Classic"
adenocarcinoma. Histomorphological analysis found that criteria showing significancy to SA
were epithelial serration (p = 0.029), prominent nucleolei (p = 0.041), and necrosis <10% (p =
0.014). Several factors showed relation to serrated morphology were location of the tumor (p =
0.010), infiltration of lymphocytes (p = 0.000), and tumor budding (p = 0.012).
Conclusion: Serrated adenocarcinoma were found approximately 35% among cases of colorectal
adenocarcinoma in the Department of Anatomical Pathology, Faculty of Medicine
/CiptoMangunkusumo Hospital. Histomorpoholigical features that indicates SA includes
epithelial serration, prominent nucleolei, and scanty necrosis.
Keywords: Serrated adenocarcinoma, serrated pathway, histomorphological features, colorectal
carcinoma"
Lengkap +
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>