Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tutuhatunewa, Alex Robert
"ABSTRAK
Konflik antar kelompok (bukan kelompok agama) bukanlah hal baru bagi masyarakat Maluku. Namun, konflik yang terjadi sejak tanggal 19 Januari 1999 hingga kini Juni 2000 saat tesis ini diselesaikan), benar-benar hal baru dan memalukan bagi orang Maluku. Demikian tanggapan responden pada saat dilakukan penelitian lapangan (1999). Betapa tidak, selama ini masyarakat Maluku dikenal sangat toleran dan harmonis dalam hidup bersama dengan orang lain yang memiliki latar belakang budaya, etnis dan agama yang berbeda. Orang Maluku telah mempraktekkan bagaimana hidup sebagai manusia antar budaya melalui budaya Pela yang mereka punyai.
Kini, pranata ini (Pela) diragukan perannya, terutama berkaitan dengan konflik yang terjadi yang hingga saat ini belum dapat didamaikan. Padahal, selama ini Pela berhasil memperlihatkan fungsinya sebagai usafety valve" dalam menjembatani perbedaan di masyarakatnya.
Untuk menyelidiki sikap pesimistis masyarakat tentang peran budaya pela tersebut, maka studi ini dilakukan dengan fokus pada model komunikasi antar masyarakat pela serta perannya dalam pengelolaan konflik yang terjadi. Kajian ini dilakukan dengan mengacuh pada model komunikasi konvergensi (Convergence Model of Communication) dari Roger dan Kincaid (1981, dalam Revianti, 1986) sebagai tools of analysis, disamping teori Perubahan Sosial dan Integrasi Sosial dari Durkheim (Laeyendecker, 1983) dan sejumlah pikiran ilmuan Iainnya seperti Samovar dkk.(1981).
Dari hasil studi ini, ternyata ada hal yang mendasar yang perlu dipahami yakni, wilayah konflik dan wilayah dimana pranata pela hidup dan bertumbuh ternyata berbeda. Konflik terjadi pada wilayah masyarakat dengan struktur yang heterogen. Pada masyarakat ini, perubahan sosial terjadi begitu cepat, tetapi tidak diikuti dengan perbaikan struktur (kelembagaan) dan kebijakan yang mendukungnya. Kecuali itu, model komunikasinya pun beragam. Faktor situasi dan tujuan komunikasi sangat berpengaruh terhadap model komunikasi masyarakatnya. Sebaliknya, wilayah dimana pela hidup dan bertumbuh berada pada masyarakat dengan struktur yang homogen.
Masyarakat homogen selalu hidup dalam suasana toleran dan harmonis. Mereka memiliki lembaga-lembaga sosial (lokal) yang kuat yang menopang berjalannya sistem sosial di masyarakat.
Perubahan sosial berjalan lambat dan masyarakatnya begitu taat kepada tatanan norma dan nilai yang berlaku. Model komunikasi masyarakatnya tidak berorientasi pada tujuan, tetapi pada apa yang hendak dicapai bersama.
Dengan demikian, komunikasi yang terjadi tidak banyak menimbulkan persepsi terhadap pesan yang disampaikan karena mereka memiliki kesepakatan bersama terhadap simbol-simbol komunikasi yang mereka gunakan beserta maknanya. Makna atas pesan pun tidak bias. Proses Komunikasinya tidak linear (sumber ke penerima), tetapi sirkuler.
Artinya dengan model sirkuler, maka komunikasi dilihat sebagai suatu proses sampai masing-masing pihak saling memahami (bandingkan: Roger & Kincaid, dalam Revianti,1986).
Untuk mendapat data atas permasalahan yang ada, studi ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Dengan pendekatan ini diharapkan akan dapat ditulis secara sistimatis pela dengan berbagai latar belakang dan perkembangannya, perannya di masyarakat, model komunikasi antar masyarakatnya, persepsi masyarakat tentang pela itu sendiri dan berbagai hal lainnya. Kecuali itu, demikian halnya konflik yang terjadi. Kesemuanya diharapkan dapat dijelaskan secara faktual dan cermat, untuk kemudian menemukan hakekat Pela yang sebenamya dan perannya dalam pengelolaan konflik di Maluku. Dengan tipe penelitian ini diharapkan akan dapat dipahami persoalan pela dan konflik pada latar alamiahnya atau pada konteks dari suatu keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dad. konteksnya.
Studi ini menyimpulkan bahwa, kedepan, model komunikasi pela tetap dapat digunakan untuk mengelola konflik di Maluku dengan dua syarat.
Pertama, Pola hubungan masyarakat pela harus direvitalisasi demi memberi ruang dan kesempatan bagi anggota masyarakat lain dari etnis dan budaya yang ada di Maluku, sebagai akibat berubahnya struktur masyarakat. Dengan demikian, semangat yang melatarbelakangi lahirnya pela tidak lagi sebatas semangat negeri-negeri tetapi harus diartikulasikan bare menjadi semangat masyarakat kebanyakan.
Kedua, Bersamaan dengan proses revitalisasi, maka proses konvergensi harus berjalan bersamaan. Proses ini dimaksudkan untuk mencari kesamaan dari simbol-simbol komunikasi yang ada di masyarakat plural dengan simbol-simbol komunikasi di masyarakat pela, untuk diarahkan pada satu kesepahaman makna serta tujuan komunikasi bersama di masyarakat.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Kurniati
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang ada di dalam Banjar Kaja serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan metode analisis jaringan komunikasi khusus dalam kaitannya dengan dimensi-dimensi teori yang mengkaji masalah struktur sosial pada arus informasi. Sumbangan praktis penelitian ini adalah memperkaya hasil-hasil penelitian dalam rangka mengidentifikasi hambatan-hambatan bagi berlangsungnya proses di dalam mempertahankan nilai-nilai budaya Bali.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan eksploratif, dan merupakan studi kasus, yaitu menggunakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan ("wholeness") dari objek yang diteliti. Informan penelitian ditentukan menurut "sampling intact system", yaitu mengambil satu jaringan komunikasi yang menghubungkan lebih dari 50 titik-titik hubungan dalam satu sistem.
Data untuk penelitian ini diperoleh melalui studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Data tentang jaringan komunikasi sosial diperoleh melalui metode "survey sociometry". Eksplorasi kualitatif dilakukan untuk menunjang strategi penelitian yang menyeluruh, yaitu selain mengadakan wawancara, juga menjalankan pengamatan langsung atau komunikasi sehari-hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara warga anggota Banjar dan bukan ataupun pendatang dalam menentukan anggota-anggota dari pihak kelompok masyarakat lain sebagai pasangan diadik yang menduduki prioritas pilihan utama. Klik-klik yang terbentuk berjumlah seluruhnya 9 klik yaitu 1 klik besar dan 8 klik kecil, yang dihubungan satu dengan lainnya oleh jalinan-jalinan komunikasi yang lemah atau rendah kedekatannya. Identifikasi dari peranan - peranan individual yang ditemukan adalah penghubung (liasion), jembatan (bridge), pemencil (isolate) dan bintang (star). Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi pembentukan jalinan komunikasi yaitu kedekatan jarak fisik, homo dalam latar belakang sosial budaya, dan kesamaan dalam karakteristik-karakteristik sosial budaya yang lebih berperan. Ditemukan kenyataan secara menyolok bahwa faktor usia tidak menentukan bentuk jaringan komunikasi masyarakat Banjar Kaja. Tingkat pendidikan juga tidak mempunyai peran yang cukup berarti dalam menentukan pilihan-pilihan sosial di sini."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Kartini Djojo
"Para ilmuwan dari pelbagai disiplin ilmu membahas fenomena komunikasi. Usaha para ilmuwan di atas sudah menghasilkan pendekatan, definisi, teori, paradigma tentang komunikasi. Studi yang sistematis atas fenomena komuniksi dilakukan dengan cara memfokuskan penelitian pada salah satu dari enam (6) komponen dalam proses komunikasi. Dalam penelitian ini, penulis memusatkan perhatiannya pada komponen komunikator yang terlibat dalam komunikasi massa. Charles Wright mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang ditujukan pada masyarakat yang heterogen dan anonim.
Membina komunikasi dengan masyarakat yang heterogen dan anonim cukup sulit mengingat masyarakat yang heterogen cenderung memberikan makna yang beragam atas penyajian realitas yang disalurkan lewat interaksi simbolik. Keadaan ini mudah menimbulkan salah paham dan konflik. Untuk mencegah salah paham itu, komunikator harus mempertimbangkan cara-cara yang tepat dalam menyajikan pesan kepada masyarakat yang heterogen dan anonim.
Penelitian ini berupaya mengungkapkan cara komunikator media massa menyajikan pesan kepada kelompok pembaca. Kalau cara penyajian peristiwa lewat media massa bisa terungkap lewat studi ilmiah ini maka hal ini bisa menjadi pegangan bagi studi berikutnya yang juga membahas komunikasi dari sudut pandang komunikator.
Studi ilmiah ini harus dapat menghasilkan mekanisme mengenai cara menyajikan pesan kepada masyarakat yang heterogen. Mekanisme itu didasarkan pada pengamatan empiris yang sistematis dan obyektif sehingga dapat dijadikan pegangan untuk studi yang lain. Dalam upaya menghasilkan mekanisme tentang cara penyajian pesan lewat media massa, penulis melakukan studi komparatif atas tiga (3) media massa yang ada di Jakarta. Studi ilmiah inn didasarkan atas data empiris yang diperoleh melalui metode analisis isi. Studi analisis isi ini difokuskan pada sampel sebanyak 69 berita yang diambil dari populasi 276 berita. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Analisis isi terhadap 69 sampel berita mengungkapkan bahwa ketiga surat kabar itu menggunakan cara yang bervariasi dalam menyajikan pesan kepada kelompok pembaca. Ketiga variasi dalam penyajian pesan diungkapkan lewat studi komparatif yang didasarkan pada konsep High Context (HC) dan Low Context (LC) yang dikemukakan oleh Edward T. Hall. Studi komparatif itu menghasilkan variasi High Context-Medium Context-Low Context dalam penyajian realitas. Analisis isi atas sampel itu juga mengungkapkan bahwa komunikator media massa mempunyai kecenderungan untuk menggabungkan dua variasi penyajian peristiwa. Sebagaimana dikemukakan oleh Edward T. Hill bahwa gejala inkonsisten yang diajukan oleh komunikator dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mengatasi krisis dalam penyajian pesan.
Dengan demikian konsep HC dan LC yang dirumuskan oleh Edward T. Hall untuk komunikasi interpersonal ternyata sangat relevan untuk diterapkan dalam komunikasi massa. Dalam mempelajari komunikasi interpersonal, Edward T. Hall mengkaitkan konsepnya dengan sistem organisasi dalam masyarakat yang membina HC atau LC. Studi komparatif atas tiga surat kabar mengungkapkan bahwa sistem organisasi tersebut dapat diterapkan pula pada sistem organisasi media massa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Kironosasi W.
"Studi ini mempelajari stereotip dan prasangka dalam komunikasi antar kelompok yang merupakan kajian studi komunikasi antar budaya. Studi yang membahas masalah stereotip dan prasangka antar sukubangsa memang sudah banyak dilakukan, namun studi yang membahas masalah stereotip dan prasangka dari orang Bali dan orang Sasak belum banyak dilakukan. Studi ini lebih menekankan pada masalah situasional, yaitu situasi komunikasi dan situasi kelompok, oleh karena itu unit pengamatannya adalah interaksi antar kelompok--yaitu antara sukubangsa Bali dan sukubangsa Sasak.
Dalam kajian komunikasi (interaksi) antar kelompok, data atau informasi mengenai lawan interaksi menjadi penting terutama stereotip mengenai sukubangsa yang satu terhadap sukubangsa lain merupakan landasan dalam berinteraksi (berkomunikasi).
Mengingat adanya perbedaan dalam hal nilai-nilai (persepsi), bahasa, stereotipstereotip dan prasangka, pandangan hidup, sikap, pola non-verbal serta orientasi nilai antara sukubangsa Bali & Sasak diduga dapat menyebabkan munculnya kesalahpahaman antarbudaya. Oleh karena itu dianggap perlu untuk melakukan suatu kajian ilmiah terhadap interaksi yang terjadi antara kedua sukubangsa tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) bagaimanakah pandangan stereotip & prasangka sukubangsa Bali terhadap sukubangsa Sasak; 2) bagaimanakah pandangan stereotip & prasangka sukubangsa Sasak terhadap sukubangsa Bali; dan 3) bagaimanakah & mengapa stereotip & prasangka dapat mempelancar atau mengharnbat interaksi antara kedua sukubangsa tersebut; serta 4) bagaimanakah gaya komunikasi antara kedua sukubangsa tersebut di dalam interaksi mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualtitatif.
Temuan penelitian menggambarkan bahwa sukubangsa Bali walaupun sudah menetap di Lombok khususnya di Cakranegara (Mataram-Lombok Barat) sejak lama., namun mereka masih sangat ketat dalam menjalankan nilai-nilai dan aturan-aturan yang berlaku dalam kebudayaan masyarakatnya. Bahkan menggunakan bahasa Bali halus dan sebutan kebangsawanan relatif penting bagi mereka. Pada saat berinteraksi salah dalam menggunakan bahasa terutama bagi orang Sasak yang bukan bangsawanan dengan orang Bali bangsawan dapat menimbulkan kesalahpahaman komunikasi antara kedua sukubangsa tersebut. Sehingga dalam berinteraksi informasi (data kultural, sosiologi dan psikologi) mengenai lawan interaksi menjadi sangat panting. Namun dalam berinteraksi antara sukubangsa Bali dan sukubangsa Sasak stereotip dan prasangka pada situasi-situasi tertentu dapat diredam. Gaya komunikasi mereka cenderung kaku dan resmi. Dalam hal ini perbedaan nilai-nilai, bahasa, serta adanya stereotip & prasangka pada situasi persaingan (konfhk) dapat menghambat komunakasi di antara mereka dan pada situasi keijasama atau akomodasi perbedaan tersebut dapat diredam. Dalam konflik sukubangsa Bali cenderung mengaktifkan kesukubangsaan sementara itu sukubangsa Sasak mengaktifkan keagamaan."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Priza Audermandi
"Kerangka berpikir dikotomis, generalisasi berlebihan, kontaminasi subjektivitas pemikiran Barat atau pengabaian adanya variasi individual masih mewarnai produk-produk komunikasi yang melibatkan aspek budaya. Hal ini tampak pada kreativitas periklanan, pernyataan politisi, bahkan dari analisa para pakar budaya atau komunikasi. Padahal, berbagai penelitian memperlihatkan adanya orientasi psikologis dan budaya individual yang berbeda di tengah dominasi kecenderungan budaya tertentu, terutama pada diri kelompok pelajar atau mahasiswa. Fenomena perbedaan orientasi ini juga terjadi di kota besar di Indonesia, khususnya pada individu dari kelompok cohort human capital generation.
Salah satu variasi individual yang kerap diabaikan itu adalah self-construal. Konsep ini telah menjadi perhatian para komunitas peneliti internasional di bidang psikologisosial dan komunikasi satu dekade terakhir. Self-construal telah diaplikasikan ke berbagai area komunikasi antar pribadi, pemasaran dan organisasi. Dalam perkembangannya, lahir berbagai teori tentang self-construal. Satu dari sekian banyak teori self-construal itu adalah teori Gudykunst et al. yang menjelaskan pola hubungan antara variabilitas budaya sosialisasi individual, identitas budaya, perubahan generasi dengan self-construal. Mempertimbangkan kelayakan teoritis dari aspek kontekstual (struktural dan kultural), karakteristik psikologis dan kepentingan praktis, penelitian ini dilakukan untuk menguji keberlakuan teori Gudykunst dengan mengambil mahasiswa dan cohort capital generation sebagi subjek penelitian.
Menggunakan metode survai, pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner, dan data dianalisis menggunakan metode analisis lajur (path analysis), penelitian ini menemukan beberapa fakta empirik. Pertama, efek hubungan langsung antara variabilitas budaya dengan self-construal lebih tinggi dari efek hubungan tidak langsungnya. Efek hubungan langsung antara perubahan generasi yang dipersepsikan dengan self-construal lebih tinggi dari efek hubungan tidak langsungnya. Efek hubungan langsung dan tidak langsung antara identitas budaya dengan self-construal diabaikan, sebab jejak hubungan (path coefficient) tidak signifikan. Sementara, sosialisasi individual hanya berhubungan secara langsung dengan self-construal. Kedua, efek total semua hubungan langsung pada path model lebih tinggi dari efek total hubungan tidak langsung. Ketiga; akibat path coefficient identitas budaya dengan self-construal tidak signifikan, maka model dasar (path model) harus disesuaikan. Nilai uji fit coefficient menunjukkan bahwa model yang disesuaikan (fit model) lebih baik dari model dasar (path model).
Penelitian ini menyimpulkan beberapa bal. Pertama, hasil penelitian ini memperlihatkan konseptualisasi, operasionalisasi dan pengukuran kelima konsep yang diteliti yang berbeda dari Gudykunst. Kedua, penelitian ini mengintegrasikan hubungan keempat konsep yang diteorikan Gudykunst ke dalam sebuah skematisasi model lajur yang integratif dan menerapkan metode analisis lajur (path analysis). Di mana dalam teorinya Gudykunst belum mengintegrasikannya ke dalam sebuah model dan metode analisi yang umum digunakan adalah mutivariate analysis of covariates (MANCOVA). Ketiga, hasil penelitian juga menghasilkan model yang disesuaikan (fit model) yang lebih baik dari model dasar (hasil kerangka teori Gudykunst). Implikasi teoritis adalah penelitian ini telah melakukan eksplikasi konseptual, replikasi dan modifikasi kerangka konseptual dan kerangka teori self-construal yang dikembangkan oleh Gudykunst.
Bila ingin melakukan replikasi teori Gudykunst, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal. Pertama, untuk meningkatkan derajat validitas eksternal perlu dipertimbangkan: (1) kelayakan teori dari segi kontekstual (struktural dan kultural), (2) kelayakan teoritis menyangkut adanya perbedaan orientasi psikologis dan budaya subjek riset yang ditetapkan dengan orientasi psikologis dan budaya dominan (tidak berdasarkan asumsi), (3) kelayakan teoritis menyangkut jumlah kelompok yang dianggap penting oleh subjek penelitian (tidak berdasarkan asumsi) dan (4) kelayakan teoritis untuk penetapan subjek penelitian untuk kepentingan praktis program komunikasi pemasaran. Kedua, dengan pertimbangan kecukupan teoritis pertama, perlu dilakukan riset-riset segmentasi khalayak berbasis self-conslrual untuk program-program komunikasi praktis (antar pribadi, pemasaran, organisasi, dan politik).

Western biases, over generalization dichotomized conception, still exists in various communication products, especially if refers to cross-cultural communication. We can get in advertising creativities, politician statements and unfortunately, also from analysis of communication scholars. In the other words, it reflects the efforts for throwing out the individual variations within culture. Meanwhile, there is a segregation cultural tendency in dominant culture, mainly for students. In Indonesia context, we can see it in cohort of human capital generation.
One of individual variation is self-construal, which had been an interesting subject for international social-psychology and communication scholars since 1991. This concept had been widely applied to communication practices. The most famous of self construal theory came from Gudykunst et al. They contended that there are four concepts correlates (direct and indirect) to self construal. They are cultural variability, individual socialization, cultural identities and generational change. This study tries to replicate it with individual from cohort human capital generation as research subjects.
Using survey method, questionnaires data collection and path analysis method, the study isolated three important results. Firstly, direct effect scores of cultural variability with self-construal greater than its indirect effect. Direct effect scores of generational change perceived with self-construal greater than its indirect effect. Cultural identity has insignificance correlation to self-construal. Meanwhile, individual socialization just has a direct correlation with self-construal. Secondly, scores of total direct effects greater than indirect total effects. Third, cause of all the insignificance correlations to self-construal that was contributed by cultural identities, so path model has to be adjusted by fit model test. Fit coefficient indicated that fit model was better model than path model.
This study also isolated three decisions: Firstly; this study resulted a different conceptualization, operationally, measurement with Gudykunst's concept. Secondly, study has integrated Gudykunst's self-construal theory into a path model and using path analysis method. Thirdly, this study result a better model than Gudykunst's self-construal theoretical framework. These three decisions implies to explication of Gudykunst's self-construal concept, replication of Gudykunst's self-construal theories and modification of Gudykunst's self-construal theoretical framework.
This study also suggests two recommendations for next research. Firstly for increasing external validity degrees, subsequent researcher ought to take a careful examination of theoretically requirements, such as: context (structure-culture), limitation of psychology and culture orientation of research subjects, number and degree of groups that is important to subjects and practices needs. Secondly, for communication practices research, it's time for communication practitioners (marketing, organization and politics) to redefine and focuses their segmentation concepts base on self-construal concept.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisnu Zulianti
"Skripsi ini merupakan suatu penelitian tentang pengaruh perbedaan latar belakang budaya terhadap komunikasi. Skripsi ini terdiri dari empat bab. Bab pertama berisi penjelasan tentang latar belakang tema, permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, sumber data, prosedur kerja, dan sistematika penyajian. Pada bab kedua, dikemukakan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis data, yaitu teori tindak tutur dari Searle dan teori implikatur percakapan dari Grice.
Sumber data skripsi ini berasal dari sebuah karya Rudiger Siebert Wolken uber Borneo. Data yang dianalisis dibatasi hanya pada percakapan antara Siebert dengan orang-orang Indonesia. Analisis data ditempatkan pada bab ketiga. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perbedaan latar belakang budaya tidak selalu menghambat komunikasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S14647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Praditia
"Sumber data yang berupa transkrip konferensi pers antara Presiden Republik Indonesia dan Kanselir Republik Federal Jerman ini diunduh dari http://www.bundeskanzlerin.de pada tanggal 11 Juli 2012, pukul 00:38 wib. Adapun tujuan penelitian dengan metode kuantitatif ini adalah untuk menganalisis dan mendapatkan intensitas dari daya ilokusi Searle, kepatuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan Leech dan prinsip kerja sama Grice dari petuturan yang disampaikan oleh Presiden RI, Kanselir Republik Federal Jerman dan para wartawan selama konferensi pers berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Presiden RI lebih banyak melakukan pelanggaraan pada prinsip kesantunan Leech dan prinsip kerja sama Grice, jika dibandingkan dengan para peserta tutur lainnya.
......The transcription data of the press conference between the President of Republic of Indonesia and the Chancellor of the Federal Republic of Germany is downloaded from http://www.bundeskanzlerin.de on July 11, 2012, at 12:38 pm. The purpose of this quantitative-method research is to analyze and to get the intensity of the Searle’s illocutionary force, obedience and violation of both Leech’s politeness principle and Grice’s cooperation principle from the pronounciation delivered by the President of Republic of Indonesia, the Chancellor of the Federal Republic of Germany and the journalists during the press conference. The research results show that the President of Republic of Indonesia does more violation of both Leech’s politeness principle and Grice’s cooperation principle compared to the other participants."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, Alfred G.
New York: Holt, Rinehart and Winston, 1966
303.482 SMI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London and New York: Routledge, 2001
302.2 CUL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Samovar, Larry A.
Belmont: Thompson/Wadsworth, 2007
303.482 SAM C
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>