Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeanette Retnasanti Suwantara
"Penelitian ini mengenai efektivitas dua program pelatihan 'untuk orangtua, yaitu P.E.T. dan STEP/Teen dalam hal meningkatkan kualitas hubungan di dalam keluarga. Minat untuk mengadakan penelitian berawal dari kenyataan bahwa akhir-akhir ini banyak masalah remaja yang timbul sebagai akibat dari tidak terselenggaranya komunikasi yang baik antara orangtua-anak. Dari hasil penelitian yang ada dapat disimpulkan bahwa hubungan orangtua-anak yang dingin, kurangnya kesediaan orang tua untuk mendengarkan, merupakan penyebab dari timbulnya berbagai masalah pada remaja.
Masa remaja adalah masa yang rumit. Terjadi hentakan dalam pertumbuhan anak. Anak remaja mulai mencari identitas dirinya, yang muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku yang tidak selamanya positif. Hubungan orangtua-anak tidak berubah menjadi buruk dengan datangnya masa remaja, tetapi pasti akan berubah. Ini yang harus disadari oleh orangtua. la memerlukan kasih sayang dan kepercayaan dari orangtuanya untuk mendapatkan kemandirian emosional yang merupakan bagian dari tugas perkembangannya. Orangtua -- terutama ibu dengan anak remaja -- harus lebih menumbuhkan rasa percaya pada anaknya yang remaja. Adanya rasa percaya ini merupakan kualitas tersendiri dalam hubungan orangtuaanak.
Dalam keluarga yang sejahtera, ada beberapa kualitas/ciri yang menandai hubungan di dalam keluarga tersebut. Salah satunya adalah adanya rasa percaya ini. Yang Iainnya adalah adanya komunikasi yang terbuka dan kesediaan untuk mendengarkan, dukungan dari keluarga, penghargaan dan respek, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi keluarga.
Penelitian ini ingin melihat apakah program P.E.T. dan STEPITeen dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hubungan di dalam keluarga, yang sangat dibutuhkan dewasa ini. Peningkatannya dilihat melalui adanya perubahan sikap pada pesertanya.
Responden penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak berusia di antara 11-16 tahun. Untuk melihat efektivitas pelatihan ini pada keluarga, anak dan ayahnya juga diminta untuk mengisi kuesioner-kuesioner penelitian. Pelatihan hanya kepada ibu bertujuan untuk melihat apakah selain terjadi peningkatan hubungan ibu-anak, efek pelatihan juga mengenai hubunganhubungan lain daiam keluarga (suami-isteri, ayah-anak). Hal ini berawal dari teori yang mengatakan bahwa keluarga adalah juga suatu sistem, perubahan pada satu unit dapat mempengaruhi unit lainnya di dalam sistem, karena adanya mekanisme umpan-balik. Juga melihat kenyataan bahwa ibu -- meskipun pada anak remaja --tetap menjadi pengasuh utama untuk anak.
Responden penelitian ini adalah 40 orang ibu yang mendapat pelatihan P.E.T. (K1), 40 orang ibu mendapat pelatihan STEPITeen (K2) dan 40 orang ibu sebagai Kontrol (K3). Rancangan penelitian ini adalah rancangan quasieksperimental, the untreated control group design with pretest and posttest dari Cook dan Campbell. Untuk sampel yang dapat terambil, tidak memungkinkan dipakainya rancangan lain.
Untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah pelatihan dipakai Survei Sikap Orangtua (SSO), Latihan Mendengarkan, Evaluasi Akhir yang hanya diisi oleh ibu; Persepsi Anak tentang Sikap Ibu dan Ayah (PAS1 dan PASA) yang diisi oleh anak; Persepsi Pribadi atas Intimitas Relasi (PPAIR) dan Survei Keadaan Keluarga (SKK) yang diisi oleh ibu dan ayah.
P.E.T. dan STEPITeen diberikan selama 8 minggu berturut-turut, satu kali seminggu, sekitar 3 jam setiap pertemuan, sesuai dengan program yang telah digariskan untuk tercapainya perubahan yang diharapkan menetap. Pada STEPITeen dilakukan pemadatan dari progam aslinya (dari 10 kali menjadi 8 kali) dengan penambahan jam setiap pertemuan. Pada masing-masing kelompok ditambahkan satu kali pertemuan untuk membicarakan aspek-aspek pokok dari program yang Iainnya. Kuesioner prauji diberikan seminggu sebelum pelatihan dimulai dan kuesioner pascauji diberikan pada akhir minggu kedelapan.
Dengan menggunakan analisis kovarians multivariat, diperoleh hasil berikut
Ada perbedaan pada sikap ibu setelah pelatihan, terutama dalam hal kepercayaan dan penerimaan kepada anak, ibu P.E.T. menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibanding dengan ibu STEP/Teen. Ibu P.E.T. dan Step/Teen memahami prinsip-prinsip Mendengar Aktif -- salah satu keterampilan yang biasa dipakai konselor profesional. Ibu P.E.T. dapat memahaminya dengan lebih baik dari Ibu STEP/Teen, sedangkan ibu Kontrol tidak mempunyai pemahaman. Dari analisis data kualitatif, tampak ibu sudah dapat menggunakan Mendengar Aktif dengan berhasil. Anak mempersepsi adanya perubahan umum dalam sikap ibu. Sekitar 50% anak menyatakan adanya perubahan sikap ke arah positif seperti lebih mau mendengarkan, lebih memberi kebebasan; tetapi melalui dimensi-dimensi PAST perubahan ini tidak kelihatan.
PPAIR dan SKK yang diisi ibu dan ayah tidak menunjukkan adanya perbedaan setelah pelatihan. Demikian pula persepsi anak tentang sikap ayah melalul PASA tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah ada peningkatan kualitas dalam hubungan ibu-anak, tetapi efek pada keseluruhan keluarga belum terukur secara kuantitatif. Data kualitatif menunjukkan arah yang positif. P.E.T. sepertinya lebih banyak membawa perubahan sikap dan keterampilan dibandingkan dengan STEP/Teen.
Pelatihan pada ibu saja belum mencukupi untuk membawa perubahan pada keluarga secara keseluruhan, ayah sebaiknya diikutsertakan dalam pelatihan.
Program pelatihan kepada orangtua dapat dipakai sebagai sarana intervensi dan prevensi untuk meningkatkan kualitas hubungan orangtua-anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
D223
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Pangastuti Marhaeni
"Pada dasa warsa ini banyak fenomena sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat kita. Salah satu diantaranya adalah dengan semakin terbukanya kesempatan mencari pekerjaan bagi wanita, yang mengakibatkan berubahnya pola berpikir dan pola hidup mereka.
Perubahan sikap wanita ini secara tidak langsung menimbulkan masalah-masalah dalam keluarga khususnya yang berkaitan dengan pendidikan anak. Disinyalir waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga dirumah bagi wanita bekerja cenderung akan berkurang, sehingga komunikasi dengan anak dengan sendirinya akan berkurang pula.
Kondisi semacam ini akan berbeda dengan yang dialami wanita yang tidak bekerja, mereka mempunyai lebih banyak kesempatan untuk berkumpul bersama anak-anaknya. Namun demikian pada kenyataannya wanita yang tidak bekerja justru banyak mempunyai kegiatan-kegiatan diluar rumah sehingga komunikasi dengan anak berkurang pula.
Penelitian ini akan mengungkapkan apakah pola komunikasi suami istri antara keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja berpengaruh terhadap prestasi belajar. Kemudian juga untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pole komunikasi suami istri pads keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja.
Karena dalam penelitian ini yang diukur adalah persepsi anak maka sebagai sampel diambil anak-anak SD kiss VI di daerah Ciputat Kab.Tangerang, Jawa-Barat sebanyak 150 siswa, dengan komposisi 75 anak dari ibu bekerja dan 75 anak dari ibu tidak bekerja. Sedangkan teknik pengukurannya dilakukan dengan cara Stratified Random Sampling. Sedangkan pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Melalui analisa statistik diketahui bahwa pola komunikasi suami istri tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Kemudian juga tidak ada perbedaan pola komunikasi suami istri antara keluarga ibu bekerja maupun tidak bekerja."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Elteria
"Pola komunikasi antara orang tua dan remaja sangat penting bagi perkembangan harga diri remaja. Ada beberapa macam komunikasi yang dapat terbentuk dalam keluarga, yang dibahas dalam proses komunikasi keluarga tersebut ialah kornunikasi terbuka dan tertutup. Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap pembentukan harga diri remaja. Hipotesa penelitian berisikan tidak adanya hubungan antara pola komunikasi dalam keluarga terhadap pembentukan harga diri remaja. Desain penelitian menggunakan pendekatan korelasi dengan sampel sebanyak 67 orang di RW 03 Kelurahan Jati Jajar, Depok. Alat pengumpul data berupa kuesioner berisi pertanyaan sebanyak 20 buah.
Hasil penelitian dengan rnnggunakan uji Chi Square dan kofelasi Spearman menunjukkan ada hubungan antara kedua variabel penelitian, tetapi hubungan kedua hal tersebut lemah. Beberapa hal yang peneliti rekomendasikan adalah dilakukannya penelitian serupa dengan jumlah responden yang lebih besar dan pada beberapa tempat dan karakteristik yang berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5346
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Bahri Djamarah
Jakarta : Rineka Cipta , 2004
302.2 SYA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rogers, Everett M.
New York: The Free Press, 1973
301 ROG c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Annisa
"ABSTRAK
Berbagai fakta yang ada sekarang telah berbicara bagaiana Narkotika danobat-obatan berbahaya (Narkoba) sudah merebak kemana-mana tanpa memandang bulu. Dalam hal ini remaja merupakan salah satu kasus terbesar dibandingkan kasuskasus yang lain.
Pada keluarga dengan remaja pengguna Narkoba, membentuk komunikasi efektif yang bukanlah hal yang mudah. Untuk mengetahui komunikasi dengan keluarga dengan remaja pengguna Narkoba, maka penelitian ini akan menggunakan empat karakteristik komunikasi dari Grotevant & Cooper (dalam Sprinthall & Collins, 1995) yaitu self assertion, separateness, permeability dan mutuality. Keempat karakteristik tersebut dikelompokkan ke dalam dua dimensi yaitu dimensi indimdttality dan dimensi connectedness. Adapun self assertion dan separateness termasuk dalam dimensi individuality sedangkan permeability dan mutuality termasuk dalam dimensi connectedness.
Selain itu, komunikasi dalam keluarga dapat pula membantu remaja dalam berkomunikasi dengan orang diluar lingkungan keluarga. Pengalaman remaja sehubungan individuality dan connectedness dalam konteks keluarga mempengaruhi perkembangan mereka diluar keluarga dan mempengaruhi interaksi dengan orang lain di luar keluarga termasuk peer ( Cooper & Ayers-Lopez, dalam Jakcson & Tome, 1993). Selanjutnya, melalui komunikasi dengan keluarga, juga dapat mendorong remaja berperilaku asertif dalam berkomunikasi dengan orang lain dimana perilaku asertif merupakan hal yang diperlukan, tidak hanya dengan sesama anggota keluarga tetapi juga dengan orang diluar keluarga. Hal ini dinyatakan oleh Shipman (1982) bahwa jika anak didorong utuk mengelaborasi pengalaman-pengalaman mereka di sekolah, berpartisipasi dalam diskusi keluarga dan mendorong mereka untuk mengekspresikan pendapat-pendapat mereka dalam berbagai interaksi keluarga, maka mereka akan memperoleh latihan dalam hal artikulasi, berfikir didepan orang banyak dan asertivitas yang akan bermanfaat bagi mereka dalam berhubungan dengan dunia luar.
Dengan pesatnya perkembangan jaman, seiring itu pula sikap asertif diperlukan dan menjadi hal yang penting. Caldarella & Merrel (1997) dalam pembahasan mengenai keterampilan sosial (social skills) menyebutkan asertif sebagai satu dari lima dimensi. Kelima dimensi tersebut adalah hubungan dengan peer (peer relations), manajemen diri (self managemenl), kemampuan akademik (academic skills), pemenuhan (complience) dan asertif (assertion).
Perilaku asertif cukup sulit untuk dilakukan, apalagi pada remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan. Penelitian menunjukkan bahwa individu-individu yang mengalami perilaku adiktif (addictive bebatnour) secara khusus mengalami kekurangan dalam hal asertivitas (Miller & Eisler, dalam Wanigaratne dkk, 1990).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik komunikasi (se/f assertioHy separateness, permeability dan mitualily) apa saja yang diterapkan dalam keluarga dengan remaja pengguna Narkoba dan mengetahui bagaimana penerapan keempat karakteristik komunikasi tersebut dalam mendukung munculnya perilaku asertif pada remaja pengguna Narkoba, dimana telah disebutkan sebelumnya bahwa remaja pengguna Narkoba memiliki kekurangan dalam hal asertivitas. Selanjutnya, penelitian ini juga hendak mengetahui bagaimana penerapan keempat karakteristik dan munculnya perilaku asertif dalam membantu remaja bersosialisasi dengan lingkungan pada konteks keluarga dengan remaja pengguna Narkoba.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dimana melalui metode ini dilakukan wawancara untuk dapat memperoleh data dan informasi secara lebih mendalam.
Melalui penelitian ini diperoleh hasil bahwa keluarga dengan remaja pengguna Narkoba tidak menerapkan keempat karakteristik komunikasi dan tidak diterapkan keempat karakteristik komunikasi tersebut tidak mendukung munculnya perilaku asetif pada remaja. Selanjutnya, dengan tidak diterapkannya keempat karakteristik komunikasi yang kemudian diikuti dengan tidak munculnya perilaku asertif pada remaja maka akan menghambat proses sosialisasi remaja dengan lingkungannya.
Membentuk komunikasi yang efektif sejak dini merupakan hal yang perlu dilakukan. Pemahaman akan hal ini dapat membantu keluarga terhindar dari bahaya Narkoba. Selain itu dengan memasukkan komunikasi keluarga dan pelatihan asertif (assertive training) pada program-program rehabilitasi dapat menjadi sebuah solusi untuk dapat membantu menekan jumlah penggunaan Narkoba dan menghindarkan mereka yang telah menjalani rehabilitasi untuk kembali menggunakan Narkoba. Hal ini akan semakin efektif apabila disertai pula dengan turut aktifnya lingkungan dalam mencegah dan memberantas penggunaan Narkoba.

"
2000
S2875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feliciano, Gloria D.
Paris: UNESCO, 1978
304.66 FEL r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hidayati Amal
Serpong: Universitas Indonesia, 1975
613.943 SIT m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bertrand, Jane T.
Chicago: University of Chicago, 1978
362.82 BER c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library