Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nursetiawan Suroso
"Balok beton prategang sebagian umumnya dirancang untuk diperbolehkan mengalami
retak pada saat menerima beban kerja. Namun adanya retak ini dapat mengakibatkan korosi pada tulangan sehingga mengurangi kekuatan balok tersebut. Oleh karena im retak harus dikendalikan sedemikian rupa agar Iebamya tidak berleblhan. Untuk dapat mengendalikan lebar retak tersebut maka perlu diketahui terlebih dahulu perilaku dari Iebar retak di balok beton prategang sebagian.
Lebar retak pada balok beton prategang sebagian dipengaruhi oleh banyak fhktor. Hal
ini menyebabkan kerumitan dalam penyusunan persamaan untuk menghitung lebar retak yang dilakukan oleh para peneliti. Namun secara umum pendekatan yang digunakan oleh peneliti- peneliti tersebut untuk menghitung lebar retak dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) metode, yaitu metode yang berdasarkan tegangan tarik khayal beton dan metode yang berdasarkan tegangan baja setelah tahap dekompresi. Masing~masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Metode yang didasarkan pada tegangan tarik khayal beton sangat sederhana dalam proses perhitungannya tetapi mengasumsikan penampang balok dalam kondisi yang tidak retak, meskipun sebenarnya tegangan tarik beton ini sudah melampaui kekuatan tarik beton (modulus keruntuhan baton). Sedangkan perhitungan untuk metode yang
didasarkan pada tegangan baja cukup rurnit tetapi menggunakan penampang balok yang retak dalam analisanya sehingga menyerupai keadaan balok yang sebenamya.
Tulisan ini membahas kedua metode tersebut di atas bersama-sama dengan beberapa
persamaan untuk menghitung lebar retak yang telah dibuat oleh para peneliti dan batasan lebar retak yang diijinkan oleh peraturan. Untuk mengetahui seberapa jauh persamaan-persamaan tersebut dapat memberikan hasil yang memadai maka dilakukan pula perbandingan antara hasil yang didapat dari perhitungan dengan hasil yang didapat dari percobaan yang dilakukan di laboratorium oleh beberapa peneliti. Selain itu akan dilakukan simulasi untuk mengetahui pengaruh dari beberapa parameter pada balok beton prategang sebagian terhadap perilaku lebar retak yang muncul. Parameter-parameter tersebut meliputi bentuk penampang balok, tingkat
prategang, kombinasi tulangan prategang dan non-prategang, jumlah tulangan, indeks
penulangan, dan letak/kedalaman tulangan prategang."
1996
S34603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Prasetio
"[ABSTRAK
Lokasi jembatan pada daerah rawan gempa dan penurunan mutu beton secara signifikan menyebabkan perlunya studi lebih mendetail mengenai perilaku inelastik pier jembatan tersebut. Perilaku inelastik jembatan dapat diidentifikasi melalui analisa nonlinear time history pada sendi plastis yang terjadi pada kolom pier. Untuk mendapatkan perbandingan perilaku sendi plastis, maka pier dimodelkan menjadi dua, yaitu model desain (mutu rencana) dan model eksisting (mutu rendah). Kondisi akhir penampang pasca eksitasi gempa dapat diketahui dengan menggunakan elemen fiber pada program MIDAS CIVIL. Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa hampir semua penampang model eksisting mengalami crushing beton, sementara penampang model desain hanya mengalami cracking. Selain itu, juga terjadi perubahan tipe kegagalan struktur dari kegagalan daktail pada model desain menjadi kegagalan getas pada model eksisting.

ABSTRACT
Bridge located at seismic zone and the concrete strength deterioration lead to a more detailed investigation of the inelastic behaviour of the bridge. The inelastic behaviour can be identified by nonlinear time history analysis on the plastic hinge, which occur at the column. For results comparation, two models are used for the pier which are deign model (initial design compressive strength) and existing model (low compressive strength). Final condition of the column section after lateral excitation can be obtained by assigning fiber element on MIDAS CIVIL. Simulation results show that concrete crushing occur at the existing model section overall, while on design model section only concrete cracking exist. Furthermore, change of failure mode develops from ductile failure (design model) to brittle failure (existing model)., Bridge located at seismic zone and the concrete strength deterioration lead to a more detailed investigation of the inelastic behaviour of the bridge. The inelastic behaviour can be identified by nonlinear time history analysis on the plastic hinge, which occur at the column. For results comparation, two models are used for the pier which are deign model (initial design compressive strength) and existing model (low compressive strength). Final condition of the column section after lateral excitation can be obtained by assigning fiber element on MIDAS CIVIL. Simulation results show that concrete crushing occur at the existing model section overall, while on design model section only concrete cracking exist. Furthermore, change of failure mode develops from ductile failure (design model) to brittle failure (existing model).]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zihai, Shi
London: Elsevier , 2009
620.136 ZIH c (1);620.136 ZIH c (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Andiska
"Pengamatan sifat mekanik mortar semen yang dilakukan pada penelitian ini adalah kuat tekan, absorpsi, density dan modulus elastisitas. Dalam penelitian ini digunakan dua tipe semen PCC yang dihasilkan dari dua buah industri yang berbeda. Semen PCC yang digunakan dalam campuran mortar akan ditambahkan dengan PSB dan ASP dengan proporsi campuran 30% PCC-15% ASP-55% PSB yang disebut sebagai mortar campuran E. Mortar E untuk PCC tipe 1 disebut sebagai mortar E1 dan mortar yang menggunakan PCC tipe 2 disebut sebagai mortar E2. Dari hasil penelitian didapatkan kuat tekan maksimum mortar campuran E1 dan E2 sebesar 20,97 MPa dan 18,29 MPa, absorpsi maksimum untuk campuran mortar E1 dan E2 sebesar 164 gram/100 cm2 dan 165,6 gram/100 cm2, density rata-rata mortar campuran E1 dan E2 sebesar 2327,9 kg/m3dan 2435,3 kg.m3 dan modulus elastisitas sebesar 15858,8 MPa dan 11440 MPa. Menurut SNI 03-6882-2002 mortar campuran E1 dan E2 digolongkan kedalam mortar tipe M.

Mechanichal properties tested in the labolatory were compressive strength, absorption, density and modulus of elasticity of mortar cement. The composition of mortar using cement PCC taken from 2 different industries with composition of mixture 30% PCC-15% ASP-55% PSB (mixture E1 and mixture E2). From the research test, the maximum compressive strength of mixture E1 and E2 are 20,97 MPa and 18,97 MPa, maximum absorption of mixtrure E1 and E2 are 164 gram/100 cm2 and 165,6 gram/100 cm2, average density of mixture E1 and E2 are 2327,9 kg/m3dan 2435,3 kg.m3 and modulus of elasticity of mixture E1 and E2 are 15858,8 MPa dan 11440 MPa. From SNI 03-6882-2002 mixture E1 an E2 can be used to mortar mixed in mortar type M."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S804
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library