Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aah Hilyati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memperoleh data empiris tentang struktur percakapan guru-murid Taman Kanak-Kanak (TK) di dalam kelas. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur perbedaan frekuensi keikutsertaan dalam percakapan antara murid laki-laki dan murid perempuan, antara murid yang orang tuanya berdomisili di kota dan murid yang orang tuanya berdomisili di pinggiran kota, serta antara murid yang orang tuanya berpendidikan dasar, berpendidikan menengah, dan berpendidikan tinggi.
Penelitian ini dilakukan di empat TK yang terletak di kecamatan kota, Kota Nadia Tangerang, yaitu TK Pertiwi, TR Trisula Perwari, TK Kemala Bhayangkari, dan TK Dharma Putra. Subjek penelitian ini berjumlah 94 orang murid TK dan 4 orang guru TK dari empat TK yang diteliti.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan perekam pita dan lembar pengamatan sebagai instrumen dan memroses data yang berupa rekaman percakapan guru-murid dengan (1) mentranskripsi; (2) mengelompokkan dan memberi kode percakapan itu berdasarkan variabel jenis kelamin murid, variabel domisili orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua; (3) melakukan pengartuan; dan (4) menghitung frekuensi keikutsertaan murid dalam percakapan.
Peneliti menggunakan teknik analisis yang disarankan Sinclair dan Coulthard untuk menganalisis struktur percakapan guru-murid TK. Untuk melihat signifikansi perbedaan frekuensi keikutsertaan dalam percakapan antara murid laki-laki dan murid perempuan dan signifikansi perbedaan frekuensi keikutsertaan dalam percakapan antara murid yang berdomisili di kota dan murid yang berdomisili di pinggiran kota digunakan uji t. Sementara itu, Analisis Variansi satu jalan digunakan untuk melihat signifikansi perbedaan frekuensi keikutsertaan dalam percakapan antara murid yang orang tuanya berpendidikan dasar, berpendidikan menengah, dan berpendidikan tinggi.
Dari 94 subjek penelitian ditemukan 497 buah transaksi yang terdiri dari 240 buah transaksi pancingan guru, 47 buah transaksi pengarahan guru, 37 buah transaksi penerangan guru, 105 buah transaksi pancingan murid, dan 68 buah transaksi penerangan murid. Dalam penelitian ini, pertanyaan merupakan bentuk tuturan yang paling banyak dikemukakan guru dalam bercakap-cakap dengan muridnya.
Perhitungan dengan uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang maknawi dalam frekuensi keikutsertaan dalam percakapan antara murid laki-laki dan murid perempuan, serta antara murid yang berdomisili di kota dan murid yang berdomisili di pinggiran kota. Hasil perhitungan Analisis Variansi satu jalan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang maknawi dalam frekuensi keikutsertaan dalam percakapan antara murid yang orang tuanya berpendidikan dasar, berpendidikan menengah, dan berpendidikan tinggi.

ABSTRACT
Teacher-Pupil Conversation Analysis of Kindergartens in Tangerang MunicipalityThe focus of this study is to investigate empirical data about the teacher-pupil conversation structure of kindergartens. This study is aims at measuring participation frequency differences in conversations between boys and girls, between pupils of urban parentage and pupils of suburban parentage, and among pupils whose parents' education consist of elementary, secondary, and tertiary level.
The subjects of this study come from urban kindergartens in Tangerang municipality, comprising 94 pupils, and one teacher from each kindergarten. This study used a tape recorder and an observation sheet for collecting the data. The statistical analyses used to compute the data are the t test, one-way ANOVA, and Scheffe multiple comparison method.
A total of 497 transactions were collected, consisting of 240 teacher eliciting transactions, 47 teacher directing transactions, 37 teacher informing transactions, 105 pupil eliciting transactions, and 68 pupil informing transactions. It is also found that there are no significant differences of participation frequency between boys and girls, and between pupils living in the urban neighborhood and those living in the suburban neighborhood. The measurement result of one-way ANOVA shows that there is a significant difference of participation frequency among pupils whose parents' education level is elementary, secondary or tertiary.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustono
"ABSTRAK
Implikatur percakapan merupakan konsep yang paling penting di dalam pragmatik (Levinson 1983: 97). Konsep itu merujuk pada implikasi pragmatis tuturan akibat adanya pelanggaran prinsip percakapan, yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan, di dalam suatu peristiwa percakapan dengan situasi tutur tertentu. Penelitian tentang implikatur belum banyak dilakukan, lebih-lebih didalam wacana humor verbal lisan yang berfungsi sebagai penunjang pengungkapan humor. Pemahaman implikatur percakapan juga lebih sulit daripada pemahaman makna tersurat tuturan, lebih-lebih di dalam wacana jenis ini yang penuh dengan berbagai permainan kata.
Penelitian ini bertujuan memaparkan dan memberikan argumentasi tentang implikatur percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip kerja sama dan/atau prinsip kesantunan dan fungsinya sebagai penunjang pengungkapan humor di dalam wacana humor verbal lisan berbahasa Indonesia. Paparan dan argumentasi itu mencakupi pelanggaran prinsip kerja lama sebagai penyebab timbulnya implikatur percakapan yang menunjang pengungkapan humor, pelanggaran prinsip kesantunan sebagai penyebab timbulnya implikatur percakapan yang memerankan fungsi sebagai penunjang pengungkapan humor, aneka implikatur percakapan yang berfungsi sebagai penunjang pengungkapan humor, dan tipe humor verbal lisan yang pe ngun gk apannya ditunjang oleh implikatur percakapan.
Teori yang menjadi landasan di dalam penelitian kualitafif ini adalah teori Grice (1975) tentang implikatur percakapan dan prinsip kerja sama, teori Leech (1983) tentang prinsip kesantunan, serta teori Brown dan Levinson (1978) tentang kesantunan berbahasa. Korpus data penelitian ini berupa transkripsi 36 lakon humor verbal lisan produksi sembilan kelompok pelaku humor yang ditayangkan di televisi dari bulan Februari sarnpai dengan bulan Juni 1997. Metode perekaman dan penyimakan dengan teknik pencatatan digunakan di dalam pengumpulan data. Penetapan kelucuan data penelitian ini dilakukan dengan cara konfirmasi kepada sepuluh informan yang berasal dari sepuluh suku bangsa di Indonesia. Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif dan metode analisis pragmatis dengan teknik analisa heuristik Leech (1983).
Dari analisis data penelitian ini diperoleh temuan bahwa pelanggaran prinsip kerja sama Grice (1975), yaitu prinsip percakapan yang membimbing pesertanya agar dapat melakukan percakapan secara kooperatif dan dapat menggunakan bahasa secara efektif dan efisien di dalam melakukan percakapan, terjadi pada bidal: (1) kuantitas, (2) kualitas, (3) relevansi, dan (4) cara. Pelanggaran bidal-bidal itu menjadi penyebab timbulnya implikatur percakapan yang berfungsi sebagai penunjang pengungkapan humor. Tuturan para pelaku humor yang melanggar bidal-bidal itu justru berpotensi menunjang pengungkapan humor karena berbagai implikatur yang dikandungnya itu menambah kelucuan humor. Prinsip kesantunan Leech (1983), yaitu prinsip percakapan yang melengkapi prinsip kerja sama Grice (1975) dan berkenaan dengan aturan yang bersifat social, estetis, dan moral di dalam percakapan juga banyak dilanggar di dalam wacana jenis ini. Pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada enam bidal, yaitu bidal (1) ketimbangrasaan, (2) kemurahhatian, (3) keperkenanan, (4) kerendahhatian, (5) kesetujuan, dan (6) kesimpatian dengan dua belas subbidal sebagai jabarannya juga menjadi sumber implikatur percakapan yang memiliki fungsi menunjang pengungkapan humor. Implikasi atas pelanggaran itu adalah timbulnya berbagai implikatur percakapan yang menunjang pengungkapan humor karena kehadirannya menambah kelucuan humor. Implikatur-implikatur yang berfungsi menunjang pengungkapan humor di dalam wacana jenis ini mencakupi: (1) implikatur representatif dengan subjenis: (a) menyatakan, (b) menuntut, (c) mengakui, (d) melaporkan, (e) menunjukkan, (f) menyebutkan, (g) memberikan kesaksian, dan (h) berspekulasi; (2) implikatur direktif yang mencakupi subjenis: (a) memaksa, (b) mengajak, (c) meminta, (d) menyuruh, (e) menagih, (1) mendesak (g) menyarankan, (h) memerintah, dan (i) menantang, (3) implikatur evaluatif dengan subjenis: (a) mengucapkan terima kasih, (b) mengkritik; (c) memuji, (d) menyalahkan, (e) menyanjung, dan (f) mengeluh; (4) implikatur komisif yang meliputi subjenis: (a) berjanji, (b) bersumpah, (c) menyatakan kesanggupan, dan (d) berkaul; serta (5) implikatur isbati dengan subjenis: (a) mengesahkan, (b) melarang, (c) mengizinkan, (d) mengabulkan, (e) membatalkan, dan (f) mengangkat (di dalam jabatan atau status tertentu). Nama-nama implikatur itu sejalan dengan nama-nama jenis tindak tutur hasil taksonomi Fraser (1978). Di samping itu, di dalam wacana jenis ini ditemukan pula implikatur lain yang mencakupi: (a) menyangkal; (b) menuduh, (c) menolak, (d) menggugat, (e) meyakinkan, (f) menyatakan gurauan, dan (g) menghindar sebagai implikatur representatif tambahan; (h) memohon, (i) menawari, (j) menakut-nakuti, dan (k) mengusir sebagai implikatur direktif tambahan; (l) menghina, (m) mengejek; (n) menyombongkan diri, (o) menyatakan keheranan, dan (p) menyatakan kemarahan sebagai implikatur evaluatif tambahan; (q) mengancam sebagai implikatur komisif tainbahan; serta (r) memutuskan (hubungan sosial) sebagai implikatur isbati tambahan. Humor verbal lisan yang pengungkapannya ditunjang oleh implikatur percakapan mencakupi tipe: (1) komik, (2) humor, dan (3) humor intelektual sebagai hasil penggolongan humor menurut ada tidaknya motivasinya; (4) humor seksual, (5) etnik atau suku bangsa, (6) politik, (7) agama, (8) rumah tangga, (9) percintaan, (10) keluarga, (11) hutang piutang, (12) jual beli, (13) tingkah laku manusia, dan (14) humor pembantu sebagai hasil klasifikasi humor atas dasar topiknya; serta (15) olok-olok, (16) permainan kata, dan (17) supresi sebagai hasil pembedaan humor berdasarkan tekniknya.
Berdasarkan temuan itu dapat dinyatakan bahwa secara material bahan penciptaan humor verbal lisan yang ditunjang oleh implikatur percakapan ituberupa wujud tuturan, ekspresi para pelaku humor, dan konteks tuturan yang mendukungnya. Oleh karena kehadiran implikatur percakapan di dalam wacana jenis ini memiliki potensi menggelikan karena mengejutkan, bermakna mustahil, omong kosong, menyinggung perasaan, atau mengancam muka positif atau negatif mitra tuturnya atau pihak lain; kelucuan humor pun bertambah

ABSTRACT
A conversational implicature is the most important concept in pragmatics (Levinson 1983:97). It refers to the pragmatic implication of an utterance caused by the violations of conversational principles, namely cooperative as well as politeness principles, in a certain speech event despite the fact that it is the most important concept; few research studies on conversational implicature have been carried out. This is especially true as regards conversational implicatures as the support of humor expressions. The importance of investigating conversational implicatures lies, among other things on the fact that understanding a conversational implicature is more difficult than comprehending the explicit meaning of an utterance, especially in this kind of discourse, which is rich in puns.
The aims of this research are to explore and to explain conversational implicatures, which arise because of the violations of the cooperative principle and/or politeness principle and its function as the support of humor expressions in Indonesian oral verbal humour. The exploration and explanation encompass the violations of two pragmatic principles that give rise to the conversational implicature supporting humor expressions, the various kinds of conversational implicatures supporting humor expressions, and the types of oral verbal humor, the expression of which is supported by the conversational implicatures.
This qualitative research is based on trice's (1975) theory of conversational implicature and cooperative principle, Leech's (1983) theory of politeness, and Brown and Levinson's (1978) theory of politeness. The source of data is the transcription of thirty-six oral verbal humors shows which were produced by nine comedian groups and broadcast on television from February to June 1997. Recordings and observations (plus note-taking) were used in collecting data. To determine whether or not there was humor, the opinions of ten informants representing ten different Indonesian ethnic groups were sought by asking them to read the transcriptions of the humor shows. The data were subjected to a qualitative and pragmatic analysis as well as Lecch's (1983) heuristic technique.
The findings of the research show that the violation of the cooperative principle occurs as regards (1) the maxim of quantity, (2) the maxim of quality, (3) the maxim of relevance, and (4) the maxim of manner as the genesis of conversational implicatures functioning as the support of humor expressions. The utterances violating one or more of those maxims are very potential as the support of humor expressions because its implicatures add to the humorousness of the discourse. The politeness principle as a social, esthetic, and moral rule and as the complement of the cooperative principle was also violated in this kind of discourse. The violation of six maxims, namely (1) the tact, (2) generosity, (3) approbation, (4) modesty, (5) agreement, and (6) the sympathy maxim with its twelve sub maxims also gives rise to the conversational implicatures supporting humor expressions. The implication of a maxim violation manifests itself in various kinds of conversational implicatures functioning as the support of humor expressions because they make the discourse more humorous. Such conversational implicatures include (1) representative implicatures dealing with (a) stating, (b) claiming, (e) admitting, (d) reporting, (e) pointing out, (f) mentioning, (g) testifying, and (h) speculating, (2) directive implicatures concerning (a) pleading, (b) soliciting, (c) requesting, (d) ordering, (e) demanding, (urging), (g) suggesting, (h) instructing, and (i) daring, (3) evaluative implicatures including (a) thanking, (b) criticising, (c) praising, (d) condemning, (e) applauding, and f) complaining; (4) commissive implicatures dealing with (a) promising, (b) swearing, (c) obligating, and (d) vowing; and (5) establish implicatures concerning (a) forbidding, (b) permitting, (c) granting, (d) cancelling, and (f) appointing. Those conversational implicatures refer to Fraser's (1978) taxonomy of speech acts. In addition, eighteen implicatures of the support of humor expressions were found in oral verbal humor discourse. There are (a) denying, (b) accusing, (c) refusing, (d) protesting against, (e) assuring, (joking), (g) avoiding as additional representative implicatures; (h) begging, (i) offering to, (j) frightening, (k) pursuing as additional directive implicatures; (l) humiliating, (m) mocking, (n) boasting, (o) surprising, (p) being angry as additional evaluative implicatures; (q) threatening as an additional missive implicature; and (r) severing (a social relationship) as an additional establish implicature. Based on humor motivation, the oral verbal humor supported by conversational implicatures includes (1) comic, (2) humor, and (3) wit. Based on its topic, the oral verbal humor supported by conversational implicatures include (1) humor on sex, (2) ethnic group, (3) politics, (4) religion, (5) household, (6) love, (7) family, (8) debtor and creditor, (9) trade, (10) behavior, and on (11) servant. Based on the technique of creating humor, the oral verbal humor supported by conversational implicatures includes (1) ridicule, (2) pun, and (3) suppression.
The general conclusion of this study is that oral verbal humor discourse is rich in conversational implicatures. Among those implicatures, there is much which function as the support of humor expressions. This study also reveals that the materials of oral verbal humor consist of utterances, face expressions, and the context of the humor. Since those conversational implicatures in this kind of discourse have humorous potentials (due to their unpredictable, impossible, and offending elements), the humor is more enhanced.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
D292
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
King, Larry, 1933-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
302.2 KIN ht (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
King, Larry, 1933-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001
302.2 KIN ht
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Menik Lestari
"Pokok bahasan penelitian ini adalah multimodalitas dalam percakapan jual beli buah di pasar tradisional Wonogiri. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan multimodalitas yang digunakan penjual dan pembeli buah di pasar tradisional Wonogiri. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan (moda verbal) dan gestur (moda nonverbal) yang terdapat dalam 10 video percakapan transaksi jual beli buah di pasar tradisional Wonogiri. Data tersebut ditranskripsi dengan software ELAN dan diklasifikasikan berdasarkan konsep pasangan berdampingan (adjacency pair) dari teori Analisis Percakapan (Conversation Analysis). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori tindak tutur dari Searle (1975) untuk moda verbalnya, sedangkan moda nonverbalnya dianalisis menggunakan teori gestur oleh Mandal (2014) dan Kendon (2004). Adapun kecenderungan tindak tutur yang ditemukan adalah tindak tutur direktif, yang memiliki beberapa variasi, (1) meminta informasi kuantitas buah dengan demonstrativa iki ‘ini’ dan interogativa piro ‘berapa’ disertai gestur memegang dan mengemas buah, (2) meminta informasi harga dengan kata interogativa pinten ‘berapa’ dan numeralia disertai gestur interaktif dan komplemen, (3) meminta jenis buah tertentu dengan penyebutan langsung disertai gestur deiktif dan interaktif, (4) meminta informasi ketersediaan buah dengan verba dhuwe ‘punya’ dan pasangan kata karek iki ‘tinggal ini’ disertai gestur interaktif dan deiktik, (5) menawar harga dengan penggunaan polar question negasi disertai gestur deiktik, dan (6) menawarkan jenis buah lain dengan pasangan kata opo neh ‘apa lagi’ disertai gestur mengemas buah. Sementara itu, kombinasi moda verbal dan nonverbal dalam tindak tutur representatif, yakni (1) memberi informasi kuantitas buah dengan numeralia dan kuantifikator sithik ‘sedikit’ disertai tindakan memilih-milih buah, (2) memberi informasi harga buah dengan penyebutan langsung numeralia disertai tindakan memilih dan mengemas buah (3) memberi informasi kualitas buah dengan memuji fisik dan rasa buah disertai gestur deiktik dan moda visual, dan (4) memberi informasi ketersediaan buah dengan menyebutkan kuantitas ketersediaan atau menyampaikan alasan ketidaktersediaan buah. Kombinasi moda verbal dan nonverbal dilakukan secara sistematis oleh penjual dan pembeli untuk melancarkan proses jual beli buah di pasar tradisional Wonogiri.

The subject of this research is multimodality in the conversation of buying and selling fruit in the Wonogiri traditional market. The purpose of this study is to explain the multimodality used by sellers and buyers of fruit in the Wonogiri traditional market. The data used in this study are speech (verbal mode) and gesture (nonverbal mode) contained in 10 video conversations of fruit buying and selling transactions at the Wonogiri traditional market. The data was transcribed with ELAN software and classified based on the concept of adjacency pair from Conversation Analysis theory. In addition, this study also uses the speech act theory of Searle (1975) for the verbal mode, while the nonverbal mode is analyzed using the gesture theory by Mandal (2014) and Kendon (2004). The tendency of the speech acts found are directive speech acts, which have several variations, (1) asking for information on the quantity of fruit with the demonstrative iki 'this' and interrogative piro 'how much' accompanied by the gesture of holding and packing the fruit, (2) asking for price information with the word Pinten interrogative 'how much' and numeralia with interactive and complementary gestures, (3) asking for certain types of fruit by direct mention accompanied by interactive and deductive gestures, (4) asking for information on fruit availability with the verb dhuwe 'have' and the word pair karek iki 'stay ini ' accompanied by interactive and deictic gestures, (5) bargaining the price by using a polar question negation accompanied by a deictic gesture, and (6) offering other types of fruit with the word opo neh 'what else' paired with the gesture of packing fruit. Meanwhile, the combination of verbal and nonverbal modes in representative speech acts, namely (1) providing information on the quantity of fruit with numeralia and a 'little' sithik quantifier accompanied by the act of choosing fruit, (2) providing information on the price of fruit by direct mention of numeralia accompanied by the act of choosing. and packaging of fruit (3) providing information on fruit quality by praising the physicality and taste of the fruit with deictic gestures and visual modes, and (4) providing information on the availability of fruit by stating the quantity of availability or conveying the reasons for the unavailability of fruit. The combination of verbal and nonverbal modes is carried out systematically by sellers and buyers to expedite the process of buying and selling fruit in the Wonogiri traditional market."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Taylor, Grant
New York: McGraw-Hill, 1967
428 Tay e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986
499.221 8 KEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Sofyan
"Tesis yang berjudul ?Pemicu Alih Kode Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia: Kasus Percakapan Diskusi Kelas Siswa dan Guru Sekolah Nasional Plus Delima, Jakarta" ini adalah kajian sosiolinguistik. Penelitian ini ditujukan untuk menemukan pemicu alih kode dalam percakapan siswa dan guru di sekolah ini.
Objek penelitian tesis ini adalah kejadian alih kode pada percakapan siswa dan guru sekolah ini. Penelitian ini dilakukan karena sekolah ini memiliki keanekaragaman etnik dan bahasa individunya. Cakupan penelitian ini dibatasi pada penggunaan bahasa lisan bahasa Inggris dan alih kode bahasa Inggris-bahasa Indonesia. Penelitian ini tidak memasukkan akurasi tata bahasa, prosodi, ubah kode dan campur kode dalam analisisnya. Data penelitian ini adalah delapan buah rekaman percakapan yang dilakukan siswa dan guru dengan mayoritas durasi tiga puluh menit Data itu kemudian ditranskripsi dan dianalisis menjadi empat bagian, yakni: analisis tindak ilokusi berdasarkan teori tindak ilokusi Searle (1976), analisis jenis alih kode berdasarkan teori Gumperz (1982), dan analisis makna sosial alih kode berdasarkan teori makna sosiai alih kode Saville-Troike (2003).
Dari ketiga analisis diatas disimpulkan beberapa pemicu alih kode, yaitu: kesadaran bahwa lawan bicara berbahasa pertama bahasa Indonesia, lawan bicara tidak mampu berbahasa Indonesia, keinginan penutur berganti topik, keinginan tidak mengikutsertakan pihak lain dalam pembicaraan, perasaan panik karena membutuhkan jawaban segera, pertimbangan bahwa dengan bahasa Indonesia penutur dapat menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik, perasaan kesal karena instraksi yang diberikan tidak dilakukan dengan baik, karena idenya ditolak seseorang, atau karena dihardik seseorang, keinginan memberikan suatu selingan segar pada situasi yang serius, keinginan mendapatkan respon atau reward atas suatu prestasi tertentu, keinginan untuk menyanggah, keinginan menyudutkan seseorang, keinginan mendapat respon alas lelucon yang dibuat, keinginan memperolok seseorang, keinginan menyangkal tuduhan, keinginan mengetahui sesuatu dengan segera, keinginan menghentikan suatu perselisihan, keinginan menunjukkan identitas (senioritas atau keanggotaan suatu kelompok), keinginan mengungkapkan perasaan bangga, keinginan mengungkapkan suatu keyakinan, keinginan menyelamatkan muka, keinginan menantang seseorang atau sekelompok orang, keinginan mengekspresikan rasa kagum, dan keinginan menyombongkan diri.
Menurut Gumperz (1982:62), faktor pencetus suatu alih kode adalah adanya suatu norma interaksional dalam suatu komunitas. Norma interaksional didapatkan dari interaksi di antara anggota komunitas tersebut. Norma interaksional di kalangan siswa dan guru Sekolah Nasional Plus Delima dapat dijadikan sebagai landasan untuk meminimalisir kejadian alih kode di antara siswa dan guru sekolah.

This thesis entitled "The Causes of English-Bahasa Indonesia Code Switching: Case Study of Class Discussion Conversations among Students and Teachers of Delima National Plus School, Jakarta" is a socio linguistics. This research is aimed to find the causes of code switching in the conversations among students and teachers of this school.
Object of this research is the code switching found in the conversations of students and teachers of this school. This research is done for the heterogeneity of ethnics and language of the school's member. This research is limited to spoken English and the code switching of English-bahasa Indonesia. This research in its analysis excludes the analysis of grammar, prosody, code shifting and code mixing. Data of this research is eight recorded conversations among the students and teachers with thirty minutes majority duration. This data then transcribed and analyzed into four sections, namely: analysis of illocutionary act based on Searle's illocutionary act theory (1976), analysis of code switching types based on Gumperz theory (1982), and analysis of social meaning of code switching based Saville-Troike theory (2003).
Based on the analysis above several causes of the code switching are identified as follows: awareness that the listener's first language is bahasa Indonesia, the listener can not speak bahasa Indonesia, speaker's intention to change the topic, intention to exclude other people from the conversation, panic or depressed for desperately need a quick answer, consideration that by bahasa Indonesia he/she can deliver the message better, feeling upset because his/her instruction was not well done, because his/her idea was objected, because he/she was scolded by someone, intention to give an intermezzo on a serious situation, desire to get a respond or reward for his/her achievement, intention to object an idea, intention to mock someone, desire to get a respond of his joke, intention to make fun of someone, intention to deny a prosecution, desire to know something as soon as possible, intention to stop a conflict, intention to show an identity (seniority or membership of a group), intention to express proud, intention to express a belief , intention to safe "face", intention to challenge someone or a group of people, intention to express an admiration, and intention to bluff.
According to Gumperz (1982:62), code switching is caused by the existence of interactional norms in a community. These norms are acquired from the interaction among the member of the community. Interactional norms among students and teachers in Delima National Plus School can be used as a ground for minimizing code switching among students and teachers in this school.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nuryanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis alih kode serta alasan kemunculannya dalam percakapan siswa dan pengajar di Akademi Bina Sarana Informatika Jakarta. Penelitian ini dibatasi pada bahasa lisan bahasa Inggris dan alih kode bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.
Dari analisis data ditemukan jenis alih kode yang muncul adalah 1) pengulangan kembali makna suatu pesan dalam bahasa lain (reiteration); 2) spesifikasi lawan bicara (addressee specification); 3) penjelas pesan (message qualification); 4) interjeksi atau pelengkap pesan (interjection or sentence fillers); serta 5) kutipan (quotation). Sementara itu, alasan munculnya alih kode yaitu:1) karena alasan retoris yang menggambarkan asosiasi kedua bahasa;2) karena perbedaan status dan formalitas antara peserta tutur;3) topik pembicaraan;4) karena keinginan mengutip perkataan seseorang atau peribahasa;5) karena kekurangan kosakata;6) karena kehadiran peserta lain dalam sebuah percakapan.

This research is aimed to identify the types and reasons of code switching in the conversation among students and also between students and teacher at the Academy of Foreign Language Bina Sarana Informatika Jakarta. This research is limited to spoken English and the code switching of English-Bahasa Indonesia.
Based on data analysis, the types of code switching were identified as follows 1) reiteration; 2) addressee specification; 3) message qualification; 4) interjection or sentence fillers); and 5) quotation. Besides that, the reasons of code switching were identified as 1) because of rethorics reason that associate between those language;2) the differences of status and formalites;3) topic;4) to quote other statements or proverbs;5) because of lack of vocabulary;6) because of other participant join the conversation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27549
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Clift, Rebecca
""We live our lives in conversation, building families, societies and civilizations. In over seven thousand languages across the world, the basic infrastructure by which we communicate remains the same. This is the first-ever book-length linguistic introduction to conversation analysis (CA), the field that has done more than any other to illuminate the mechanics of interaction. Starting by locating CA by reference to a number of cognate disciplines investigating language in use, it provides an overview of the origins and methodology of CA. By using conversational data from a range of languages, it examines the basic apparatus of sequence organization: turn-taking, preference, identity construction and repair. As the basic for these investigations, the book uses the twin analytic resources of action and sequence to throw new light on the origins and nature of language use.""
Cambridge, United Kingdom : Cambridge University Press, 2016
302.346 CLI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>