Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gunung Pambudi
Abstrak :
Kopolimerisasi propena/1-butena dan propena/1-heksena dilakukan pada reaktor autoclave skala laboratorium 4 liter, dengan variasi kadar komonomer yang dimasukkan antara 0.5 – 10 %, dengan menggunakan sistem katalis Zigler-Natta MgCl2/TiCl4/DIBP, donor eksternal CHMMS dan kokatalis TEA pada suhu 70°C dan tekanan 30 bar selama 2 jam. Kenaikkan kadar komonomer 1-butena dari 0,6 % ke 6 % mol dalam umpan tidak mempengaruhi produktifitas polimerisasi. Sebaliknya, terlihat terjadi penurunan produktifitas oleh efek dari kenaikkan kadar komonomer 1-heksena dari 0,9 % ke 9,9 % mol dalam umpan. Diperoleh kadar komonomer dalam kopolimer sebesar 0,9 % sampai 3,2 % mol untuk propena/1-butena dan 0,6 % sampai 2,3 % mol untuk propena/1-heksena. Densitas, kristalinitas, titik leleh, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus dan sifat optik haze menurun sejalan dengan meningkatnya kadar komonomer (1-butena dan 1-heksena) dalam kopolimer. Meningkatnya kadar komonomer dalam kopolimer tidak berpengaruh terhadap melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) digunakan untuk karaterisasi morfologi permukaan cuplikan kopolimer pada kadar komonomer yang berbeda. Ditemukan bahwa kekasaran permukaan dan pori-pori kopolimer dipengaruhi oleh kadar komonomer. ......Copolymerization of propene/1-butene and propene/1-hexene was carried out in 4 liters laboratory bench-scale autoclave reactor with various concentrations of comonomer between 0.5 and 10 % mol in the feed using Ziegler-Natta catalyst system of MgCl2/TiCl4/DIBP, external donor CHMMS and TEA as cocatalyst at polymerization temperature 70°C and pressure 30 bar for 2 hours. A increase 1-butene comonomer from 0.6 % to 6 % mol in the feed had no effect on the polymerization productivity. On the other hand, the drop in productivity could be seen to be an effect of the increase in concentration of the 1-hexene comonomer.from 0.9 % to 9.9 % mol. Comonomer incorporation from 0.9 to 3.2 % mol for propene/1-butene and 0.6 to 2.3 % mol for propene/1-hexene copolymer were obtained. As the content of comonomer (1-butene and 1-hexene) increased in the copolymer, the density, crystallinity, melting temperature, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus and optical properties haze decreased linearly. A increase comonomer content (1-butene and 1-hexene) in the copolymer had no effect on the melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) has been used to characterize the surface morphology of copolymer particles at different comonomer content. It is found that a coarse and pores of copolymer particles is influenced by comonomer content.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Hasna Fadhilah
Abstrak :
Kopolimer blok responsif pH dan temperatur poli(N-isopropilakrilamida)-blok-poli(2- (dimetilamino)etil metakrilat) (PNIPAM-b-PDMAEMA) disintesis menggunakan polimerisasi reversible addition-fragmentation chain transfer (RAFT) dengan variasi panjang rantai blok PDMAEMA, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap temperatur transisi fasa (Tc). Karakterisasi menggunakan instrumen proton nuclear magnetic resonance (1H-NMR) dan fourier transform infrared (FTIR) menandakan produk berhasil terbentuk, didapatkan kopolimer blok PNIPAM21-b-PDMAEMA2 dan PNIPAM21-b-PDMAEMA7. Analisis makro-CTA PNIPAM menggunakan instrumen gel permeation chromatography (GPC) menunjukkan Mn dan PDI sebesar 3475 g/mol dan 1,15 serta dihasilkan distribusi berat molekul yang sempit. Perilaku responsif pH dan temperatur kopolimer blok diamati dalam larutan buffer fosfat pada variasi pH dan temperatur menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Visible, hasil menunjukkan gugus ujung karboksil yang bersifat hidrofilik dan gugus ujung dodesil yang bersifat hidrofobik turut serta memberikan pengaruh terhadap Tc yang dihasilkan. Terjadi tren peningkatan Tc saat pH meningkat dari pH 5 ke pH 7,4 sementara dihasilkan Tc yang konstan pada pH 7,4 dan 9 akibat pengaruh blok PNIPAM dan PDMAEMA yang responsif pH. Pengujian menggunakan particle size analyzer (PSA) pada kopolimer blok PNIPAM21-b-PDMAEMA2 pH 5 dan 9 menunjukkan terjadi peningkatan diameter partikel seiring meningkatnya suhu. Kopolimer blok PNIPAM21-b-PDMAEMA7 menunjukkan responsivitas terbaik pada pH 5 dengan Tc 42 °C berpotensi untuk dimanfaatkan dalam bidang pengobatan penyakit kanker. ......Stimuli responsive block copolymers of poly(N-isopropylacrylamide)-block-poly(2- dimethylamino)ethyl methacrylate) (PNIPAM-b-PDMAEMA) were successfully synthesized using reversible addition-fragmentation chain transfer (RAFT) polymerization by varying the chain length of the second block (PDMAEMA), and studied its effect on the phase transition temperature (Tc) as well as pH- and thermo- responsive behavior. Characterization using proton nuclear magnetic resonance (1H- NMR) and fourier transform infrared (FTIR) instruments indicate the product of block copolymers PNIPAM21-b-PDMAEMA2 and PNIPAM21-b-PDMAEMA7 were successfully formed. Analysis using gel permeation chromatography (GPC) showed Mn 3475 g/mol and PDI 1.15 corresponding to PNIPAM macro-CTA with narrow molecular weight distribution. Thermo- and pH-responsive behavior of block copolymers was investigated in phosphate buffer of varying pH and temperature using UV-Visible spectrophotometer. The results showed that the hydrophilic carboxyl end group and the hydrophobic dodecyl end group had an effect on the resulting Tc. There was an increasing trend of Tc when pH increased from pH 5 to pH 7.4 while Tc was constant at pH 7.4 and 9 due to the effect of pH-dependent PNIPAM and PDMAEMA blocks. Diameter particle of block copolymers PNIPAM21-b-PDMAEMA2 in pH 5 and 9 increased along with heating based on particle size analyzer (PSA) results. Moreover, block copolymers PNIPAM21-b-PDMAEMA7 with Tc 42 °C at pH 5, has the potential to be used in cancer treatment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Dua macam kopolimer yaitu : Kopolimer latek karet alam-normal butyl akrilat (NR-g-nBA atau KOLAB 3) dengan kadar 3 psk (per-satuan berat karet) dan dosis iradiasi 25 kGy, serta kopolimer lateks karet alam metal metakrilat (NR-g-MMMA atau KOLAM 75) dengan kadar monometer 75 psk dan dosis iradiasi 10 kGy yang keduanya diproduksi dengan teknik kopolimerisasi radiasi gamma dalam skala pilot (400 kg/batch) telah dikerjakan. Untuk memproduksi perekat pengalengan dan sepatu kanvas, kedua macam kopolimer tersebut ditambah sodium akrilat sebanyak 0,1% berat sampai dengan 2% berat tergantung dari jenis perekat yang diinginkan. Kemudian kedua perekat tersebut digunakan sebagai perekat di pabrik yang memproduksi kaleng dan sepatu kanvas, kemudian dievaluasi sifat perekat selama proses produksi. Ternyata perekat NR-g-nBA (KOLAB 3) dapat digunakan sebagai bahan perekat kaleng dan NR-g-MMA (KOLAM 75) sebagai perikat sepatu kanvas dengan daya rekat ke dua perekat tersebut memenuhi standar pemakaian dan aspek ekonomi juga dibahas dalam makalah ini.
MPI 8:2 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jayatin
Abstrak :
ABSTRAK
Pati adalah polimer alam yang memiliki sifat sebagai termoplastik. Kekurangan dari pati sebagai bahan plastik yaitu getas dan menyerap air. Guna meningkatkan sifat pati, dalam penelitian ini dilakukan proses grafting pati dengan methylacrylat, dengan inisiator ceric ammonium nitrat. Proses grafting dalam penelitian ini dilakukan pada konsentrasi inisiator 1x10-3, 3x10-3, 4x 10-3, dan 6x10-3, mol/L. Ekstraksi dan hidrolisa asam dilakukan pada hasil grafting untuk mengetahui prosentase polimethylacrylat homopolimer dan polimethylacrylat yang tergrafting.

Untuk mengukur berat molekul polimethylacrylat yang tergrafting digunakan GPC. Untuk menganalisa kualitas dari hasil grafting maka dilakukan beberapa pengujian antara lain spectra mapping dengan FTIR microspectroscopy, Uji tarik dengan alat uji tarik instron, dan sifat ketahanan terhadap air dengan uji sudut kontak. Proses grafting dilakukan dalam sebuah labu dengan 5 leher. Pati sebanyak 20 gram direaksikan pada temperatur kamar dengan 40 gram methylacrylat dalam 500 ml air dengan dialiri nitrogen dan digunakan ceric ammonium nitrat sebagai inisiator. Hasil grafting setelah dilakukan ekstraksi dan hidrolisa asam menunjukkan bahwa pada konsentrasi ceric ammonium nitrat yang meningkat menghasilkan meningkatnya persentase PMA homopolirner, sedangkan persentase PMA tergrafting, dan berat molekul dari PMA tergrafting menurun. Hasil ini berpengaruh terhadap sifat mekanik produk S-g-PMA, dimana untuk S-g-PMA yang dihasilkan dengan konsentrasi ceric ion 4x 10-3 mol/L memiliki sifat mekanik yang mirip elastomer. S-g-PMA yang dihasilkan pada konsentrasi ceric ion yang lain polimer yang dihasilkan merupakan plastik yang kuat dan ulet. Proses grafting jugs meningkatkan kwalitas pati dalam ketahanannya terhadap air, dari hasil uji sudut kontak menunjukkan bahwa pati setelah grafting pada kontak dengan air tidak mengalami penggelembungan (swelling).
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Yulianti
Abstrak :
Kopolimerisasi selulosa jerami padi dengan asam akrilat dan akrilamida menghasilkan superabsorben komposit. Selulosa diisolasi dari jerami padi dengan tahapan ekstraksi lipid dengan toluena: etanol (2:1). Penghilangan hemiselulosa dan lignin dengan menggunakan kalium hidroksida 5% dan hidrogen peroksida 2% pH basa suhu 90C. Rendemen selulosa yang diperoleh adalah 21,56% dengan Indeks kristalinitas 71,43%. Spektrum FTIR selulosa menunjukkan hilangnya serapan lignin pada 1728 cm-1. Kopolimerisasi berlangsung pada suhu 65C dengan dialiri gas nitrogen. Inisiator dan pengikat silang yang digunakan adalah kalium persulfat dan N?N-metilena bis akrilamida. Superbasorben yang dihasilkan menunjukkan kapasitas swelling air; larutan urea, kalium dihidrogen fosfat, ammonium klorida konsentrasi 100 ppm masing-masing adalah 895,48g/g ; 986,72g/g; 448,98g/g dan 387,11g/g. Superabsorben bersifat anionik yang dapat mengikat ammonium. Kinetika swelling memenuhi persamaan orde pseudo-kedua dan kinetika absorpsi memenuhi persamaan orde pseudo-kedua.
Copolymerization of cellulose from rice straw with acrylic acid and acrylamide monomer produce composite superabsorbent. Cellulose was isolated from lipid content by extraction with toluene : ethanol (2:1). Hemicelluloses and lignin were removed by using 5% potassium hydroxide and 2% hydrogen peroxidoat alkaline pH at 90C. Cellulose yield obtained was 21.56% with 71.43% crystallinity index. FTIR spectra of lignin showed a loss of absorption at 1728 cm-1. Copolymerization was carried out at 65 C under nitrogen athmosphere. Initiator and cross linking agent used were potassium peroxodisulfate and N'N-methylene bis acrylamide. Superbasorben resulted from this experiment showed the water swelling capacity for the solution of 100 ppm of urea, potassium dihydrogen phosphate, ammonium chloride respectively 895.48 g / g, 986.72 g / g, 448.98 g / g and 387.11 g / g. Superabsorbent produced are anionic, that can bind ammonium cation. The kinetics of swelling dan absorption was following pseudo-second order equation.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani
Abstrak :
Film selulosa bakteri telah berhasil dibuat dari air kelapa sebagai sumber mikronutrien menggunakan biakan Acetobacter xylinum. Film selulosa bakteri selanjutnya diiradiasi dengan mesin berkas elektron pada rentang dosis 15-120 kGy, laju dosis 15 kGy/ pass dan temperatur ruang. Setelah diiradiasi, selulosa bakteri tersebut dikopolimerisasi cangkok dengan monomer akrilonitril. Kondisi optimum untuk kopolimerisasi cangkok akrilonitril pada selulosa bakteri adalah pada dosis 75 kGy, temperatur 600C, waktu 3 jam, dan konsentrasi akrilonitril 30% b/b. Derajat pencangkokan tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 56,03 %. Selulosa bakteri tercangkok akrilonitril (SB tercangkok PAN) selanjutnya diamidoksimasi. Amidoksimasi dilakukan dengan penambahan hidroksilamin hidroklorida 6 % b/v dalam pelarut metanol : air = 50 : 50 v/v pada pH 7, dan diperoleh waktu optimum selama 2 jam dengan densitas gugus amidoksim yang diperoleh sebesar 5,425 mmol/ gram. Karakterisasi gugus fungsi film selulosa bakteri sebelum dan sesudah kopolimerisasi cangkok dengan akrilonitril, serta setelah diamidoksimasi dilakukan dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), analisis mikrostruktur dengan Scanning Electron Microscopy (SEM), analisa derajat kristalinitas menggunakan X-ray diffraction (XRD), serta uji ketahanan terhadap panas diukur dengan Thermal Gravimetry Analysis (TGA) dan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Hasil karakterisasinya mengindikasikan bahwa SB tercangkok PAN dan selulosa bakteri teramidoksimasi (SB-Am) telah berhasil disintesis pada penelitian ini. Film tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam Cu2+ dan Pb2+. Nilai koefisien distribusi selulosa bakteri, SB tercangkok PAN, dan SB-Am pada pH 6 terhadap ion logam Cu2+ masing-masing sebesar 0,26, 0,23, dan 0,37 L/gram adsorben, sedangkan terhadap ion logam Pb2+ masing-masing sebesar 0,41, 0,405, dan 0,52 L/gram adsorben.
Bacterial cellulose films have been successfully synthesized from coconut water as a source of micronutrients using Acetobacter xylinum. Bacterial cellulose film irradiated using electron beam machine at a dose range of 15-120 kGy and dose rate 15 kGy/ pass in room temperature. After irradiated, the bacterial cellulose grafted with acrylonitrile monomer. The optimum conditions for graft copolymerization condition were at the dose of 75 kGy, temperature 600C ,3 hours time of reaction, and the concentration of acrylonitrile was 30 % w/w. The highest degree of grafting obtained was 56,03 % . Amidoximation then performed by the addition of hydroxylamine 6 % w/v in methanol : water = 50 : 50 v/v solvent under pH 7 and obtained the optimum time for amidoximation reaction was 2 hours. Amidoxime density obtained was 5.425 mmol/ gram. Characterization of functional groups in bacterial cellulose films before and after graft copolymerization with acrylonitrile, as well after amidoximation performed by Fourier Transform Infrared (FTIR), microstructure was analyzed by Scanning Electron Microscopy (SEM), analysis of the degree of crystallinity using X-ray diffraction (XRD), thermal resistance properties was measured by Thermal Gravimetry Analysis (TGA) and Differential Scanning Calorimetry (DSC) .The results show that bacterial cellulose-g-polyacrylonitrile (BC-g-PAN) and amidoximated bacterial cellulose films (Am-BC) have been synthesized successfully. Subsequently, Cu2+ and Pb2+ metal ion adsorption studies were conducted using those films. Coeficient distribution of bacterial cellulose, BC-g-PAN, and Am-BC under pH 6 toward Cu2+ions respectively were 0,26, 0,23, dan 0,37 L/gram of adsorbent, while toward Pb2+ions, respectively were 0,41, 0,405, and 0,52 L/gram of adsorben.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aniek Sri Handayani
Abstrak :
ABSTRAK
Agen bio-kopling adalah material berbasis bahan alam terbarukan yang digunakan sebagai aditif pengkompetibel pada modifikasi polimer sintetik dan serat alam.Modifikasi polipropilen dengan serat alam diperlukan agen kopling untuk meningkatkan kompatibilitas kedua bahan tersebut. Karena PP bersifat hidrofobik dan serat alam hidrofilik, maka diperlukan agen kopling yang bersifat amphifilik hybrid . Salah satu bahan yang dapat dimodifikasi sebagai bahan amphifilik adalah biopolymer. Biopolimer berbasis starch sebagai matrik yang mudah didegradasi secara biologis dan dimodifikasi dengan polimer sintetis telah banyak dikembangkan untuk berbagai aplikasi teknik. Starch yang sebagian besar merupakan komponen amilopektin merupakan padatan semi kristalin yang sangat mudah dimodifikasi menjadi berbagai produk teknik. Teknik modifikasi antara starch dengan polimer sintetik polyolefin banyak dikembangkan untuk memperbaiki sifat biodegradabilitas polimer sintetik. Teknik pencangkokan banyak dipilih untuk memodifikasi starch dengan monomer/polimer sintetik. Metode ATRP telah digunakan pada kopolimerisasi starch dengan polimer sintetik karena kemudahan dalam mengontrol polidispersitas PDI dan berat molekul. Disisi lain kedua bahan tersebut memiliki permasalahan yaitu keduanya tidak memiliki reaktifitas yang sama, sehingga untuk dapat dilakukan kopolimerisasi antar keduanya, maka baik propilen maupun starch dilakukan modifikasi terlebih dahulu. Substitusi amilopektin teraktifasi oleh inisiator ATRP, membuat amilopektin memiliki gugus radikal yang dapat melakukan transfer atom pada alkil metakrilat, sehingga alkilmetakrilat selain tercangkok langsung pada amilopektin juga terpolimerisasi menghasilkan kopolimer Ap-g-PAMA. Kopolimer Ap-g-PHMA selanjutnya dipilih sebagai agen kopling pada pencampuran PP/serat alam untuk meningkatkan compatibilitas PP sebagai matrik biokomposit. Sedangkan serat alam kenaf digunakan untuk meningkatkan sifat mekanik dan biodegradabilitas biokomposit berbasis PP. Kegiatan riset diawali dengan optimasi kondisi proses suhu dan rasio katalis/Amilopektin untuk aktivasi Amilopektin, dilanjutkan optimasi proses ratio AMA/Amilopektin, rasio pelarut dan katalis, serta suhu pada kopolimerisasi Amilopektin teraktifasi pada AMA Metil,Butil dan hexil-metakrilat sebagai pembanding. Produk terbaik yang dapat diuji kinerjanya adalah Ap-g-PHMA. Karakteristik agen biokopling Ap-g-PHMA dikaji terhadap sifat thermal, mekanik, morphologi, mikrostruktur, berat molekul, dan biodegradabilitasnya. Studi kasus aplikasi agen bio-kopling Ap-g-PHMA pada PP yang diperkuat serat alam Kenaf variasi rasio serat/PP, berat Ap-g-PHMA dan suhu .divariasikan pada rentang maksimum PP 70 -50 . Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan material biopolymer berbasis Amilopektin sebagai agen bio-kopling. Produk penelitian dapat berkontribusi bagi solusi langsung maupun tidak langsung sebagai material substitusi polipropilen biodegradabel.Hasil Penelitian berupa produk makroinisiator dan kopolimer Ap-g-PHMA yang dapat diaplikasikan sebagai agen pengkompetibel untuk produk biokomposit berbasis polipropilen yang diperkuat oleh serat alam. Karakteristik produk makroinisiator amilopektin Ap-EBiB memiliki DS 1.380 0,2735 merupakan produk MI yang dapat dikopolimerisasi melalui metode ATRP menghasilkan kopolimer Ap-g-PHMA. Produk kopolimer Ap-g-PHMA yang dihasilkan memiliki persen grafting sebesar 49,07 . derajad kopolimerisasi 2,2 dan berat molekul total 33.112 5212 gr/grmol, yang bersifat amorf dengan kestabilan thermal berkisar antara 265 ndash; 340oC. Tg. 50.58oC dan Tm 246.56oC. Kinerja agen biokopling pada pencampuran PP/SK menghasilkan produk PP/SK/Ap-g-PHMA 60/40 1 memiliki karakteristik Tg= 100,57oC,Tm = 166,57oC, dengan kekuatan 16,53 0.88 MPa, kuat mulur sebesar 6.85 0.29 . Produk agen kopling Ap-g-PHMA dapat meningkatkan kekuatan komposit PP/SK 60/40 sebesar 58 dengan 1 berat, lebih besar 21 dibandingkan dengan penggunaan agen kopling PPMA pada rasio yang sama.
ABSTRACT
Bio coupling agent based on natural material, renewable used as an compatibilizer between synthetic polymer and natural fiber modification. Polypropylene natural fibers modification required coupling agents to improve the compatibility of the materials. The main factor of incompatibility of PP is hydrophobic and natural fibers is hydrophilic, it is necessary coupling agents that are amphifilic hybrid materials . One of the materials that can be modified as amphifilic is a biopolymer material. Starch based biopolymers can be modified as matrices biodegradable from synthetic polymers. Some starch modification have been developed for a wide range of engineering applications to improve biodegradable properties of synthetic materials. Grafting technique was chosen to starch modification with synthetic polymers monomers. Atom transfer radical polymerization ATRP method has been used in copolymerization of starch with synthetic polymers due some advantages, include the ability to polymerize grafts with controlled graft density and length, and narrow molecular weight distribution MWD . In addition, homopolymer impurities are not formed in the polymerization. amylopectin can be converted to an ATRP macroinitiator by converting part of the hydroxyl groups of starch to halide containing groups that are able to initiate the polymerization. Ap g PHMA selected as a coupling agent to improve compatibility between PP matrix with kenaf fibers biocomposite. Kenaf fibers is used to improve the mechanical properties and biodegradability of biocomposites PP. Research activities begins with process conditions optimization ratio of Amylopectin radical groups and temperature of Amylopectin activation, continued to the process optimization of ratio of AMA amylopectin activated, ratio of solvents and catalysts, and temperature on the copolymerization amylopectin activated at AMA Methyl , Butyl and hexil methacrylate as a comparison. The best products that can be performance tested are Ap g PHMA. Characteristics biocoupling agent Ap g ndash PHMA assessed by thermal properties , mechanical , morphology , microstructure , molecular weight , and biodegradability. The case study of applications of bio coupling agent Ap g ndash PHMA, the natural fiber Kenaf reinforced PP variation of the ratio of fiber PP at a maximum range of 70 50 PP, wt of Ap g PHMA and temperature . This study aimed to obtain amylopectin based biopolymer material as bio coupling agent. Product research can contribute to the directly or indirectly solution as a substitution PP matrix as a biodegradable materials, copolymers Ap g PHMA which can be applied as compatible agent for polypropylene based biocomposite products reinforced by natural fibers. Product characteristics of makroinisiator amylopectin, Ap EBiB have DS 1.380 0.2735, copolymers Ap g PHMA produced has percent grafting of 49.07 . degree of copolymerization of 2.2 and a total molecular weight of 33 112 5212 g grmol, Ap g PHMA has the amorphous with the thermal stability between 265 340oC. Tg. 50.58oC and Tm 246.56oC. Performance biocoupling agent on PP KF composite with ratio PP KF Ap g PHMA 60 40 1 had Tg 100,57oC, Tm 166,57oC, with a specific strength of 16.53 0.88 MPa, elongation of 6.85 0.29 . Coupling agents product of Ap g PHMA can increase the specific strength of composite PP KF 60 40 by 58 to 1 by weight of Ap g PHMA, greater than 21 with the use of comercial coupling agents of PPMA at the same ratio.
2016
D1726
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridah Tulhotimah
Abstrak :
ABSTRAK


Sampah plastik menjadi masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan, terutama di kota-kota besar yang padat penduduk. Kota Jakarta misalnya, produksi sampah plastic telah mencapai 1.870 m3/hari dan merupakan kandungan kedua terbesar setelah sampah kertas. Sedangkan plastik sulit didgradasi oleh mikroorganisme di dalam tanah.

Beberapa cara telah dilakukan untuk menangani limbah plastik, namun masih banyak menemui masalah. Akhirnya para ahli membuat plastik atau polimer yang dapat terdegradasi, dimana salah satunya adalah dengan memodifikasi pati. Penelitian ini bertujuan membuat kopolimensasi cangkok suatu polimer sintetik (metil akrilat) dengan polimer alam (pati singkong). Hasil kopolimerisasi tersebut diharapkan dapat menggantikan plastik petrokimia yang ramah Iingkungan..

Pembuatan kopolimerisasi cangkok dilakukan dengan cara inisiasi secara kirnia menggunakan inisiator ceric ammonium nitrat, dimana ion Cc akan mengoksidasi molekul pati melalui pembentukan kompleks yang stabil. Pada reaksi tahap lambat, kompleks tersebut akan membentuk radikal bebas pati. Radikal bebas molekul pati akan bereaksi dengan monomer metil akrilat membentuk kopolimer cangkok. .

Proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan dua metoda yang berbeda, yaitu pada penambahan inisiator. Untuk metoda A, inisiator ditambahkan sesudah monomer MA direaksikan dengan suspensi pati, sedangkan metoda B sebaliknya. Reaksi kopolimerisasi dengan metoda A berjalan sangat cepat, maka penambahan inisiator dilakukan secara bertahap. Untuk metoda B reaksinya lebih lambat dan menggunakan inisiator berlebih. Hasil kopolimerisasi dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif dengan mengidentifikasi menggunakan spektrofoto meter FT-1R serta pengujian sifat termal menggunakan DSC (Differential Sanning Calorimeter).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kopolimerisasi cangkok dengan metoda B menghasilkan persentase konversi metil krilat (MA) menjadi polimetil akrilat (PMA) lebih besar dari metoda A, yaitu di atas 70%, sedangkan untuk metoda A dibawahnya Begitu pula dengan persentase PMA yang tercangkok pada rantai molekul pati. Untuk homopolimer PMA yang tidak tercangkok, kedua memberikan perbedaan yang tidak berarti, yaitu sekitar 11% - 12%.

Pengukuran dengan Spektrofotometer FT-liR, kopolimer cangkok MA dan pati dan kedua metoda membenikan daerah serapan yang tidak berbeda. Daerah serapan yang muncul pada spektrum kopolimer menunjukkan perbedaan dengan daerah serapan spektrum pati awal clan PMA. Pengujian sifat termal menggunakan DSC, menunjukkan bahwa termogram dani hasil pengukuran tidak memberikan puncak. Hasil kopolimer baik dan metoda A maupun metoda B Iebih bersifat amorphous.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikfa Nur Fadilla
Abstrak :
Modifikasi selulosa dengan asam akrilat menggunakan pengikat silang Trimethallyl Isocianurate (TMAIC) dengan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu material bersifat adsorben. Pengikat silang TMAIC digunakan untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 60 kGy, konsentrasi TMAIC 0,5 % (w/v), konsentrasi monomer 10 % (v/v), suhu pencangkokan 90°C dan waktu pencangkokan 6 jam, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 65,27 % dan pengembangan dalam air sebesar 922,26%. Hasil sintesis kopolimer selulosa-TMAIC-g-AA telah berhasil dikarakterisasi dengan FTIR, TGA dan SEM. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai adsorben ion logam Pb2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 2,5954 mg/g pada waktu kontak 2 jam dan pH 5 (konsentrasi awal Pb2+ 10 mg/L). Isoterm adsorpsi yang sesuai dengan adsorpsi Pb(II) dengan kopolimer adalah isoterm adsorpsi Langmuir dengan linearitas 0,9868. ......Modification of cellulose with acrylic acid monomers using Trimethallyl Isocianurate ( TMAIC ) as crosslinker by mean of preirradiation graft copolymerization technique have been successfully carried out. This research aims to produce a material which has adsorbent properties. TMAIC as crosslinking agent can be used to improve the chemical and thermal resistance of cellulose-g-AA. The optimum condition for graft copolymerization is obtained at 60 kGy radiation dose, 0,5 % (w/v) TMAIC, 10 % (v/v) monomer, 90°C grafting temperature and 6 hours reaction time, with 65,27 % grafting average and 922,26 % swelling in water. Synthesized copolymers cellulose-TMAIC-g-AA was successfully characterized by FTIR, TGA and SEM. Crosslinked cellulose-TMAIC-g-AA can be used as Pb2+ metal adsorbent, having adsorption capacity of 2,5954 mg/g at 2 hours contact time and pH 5 (initial concentration of Pb2+ 10 mg/L). Adsorption isotherms in accordance with the adsorption of Pb ( II ) by copolymer is Langmuir adsorption isotherm with linearity 0.9868.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S61752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanindito Haidar Satrio
Abstrak :
Fokus pada penelitian ini adalah mensimulasikan perilaku kristalisasi polipropilena kopolimer impak (IPC) setelah penambahan serat ijuk dan kenaf yang telah dimodifikasi sebanyak 5% fraksi massa. Alkalinisasi dan pemutihan dilakukan untuk memodifikasi serat. Tujuan dari proses tersebut adalah menghilangkan komponen hidrofilik pada serat. Peristiwa kristalisasi dapat dimodelkan secara non-isotermal dengan model kinetika Nakamura. Model tersebut merupakan pengembangan dari model isotermal Avrami. Penambahan serat kenaf dapat menurunkan nilai indeks Avrami (n) sampel IPC mendekati n = 2. Nilai indeks Avrami n = 2 mengindikasikan bahwa sampel mengalami kristalisasi dengan pertumbuhan secara 1-dimensi searah dengan arah serat sehingga menghasilkan anisotropi pada produk akhir. Sedangkan penambahan serat kenaf justru menaikkan nilai indeks Avrami mendekati n = 4. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kristalisasi pada sampel terjadi dengan pertumbuhan secara 3-dimensi dan menghasilkan isotropi pada produk akhir. Morfologi serat menyebabkan perbedaan tersebut. Perlakuan alkalinisasi dapat mengubah morfologi serat sehingga dapat mempengaruhi perilaku kristalisasi dari polipropilena kopolimer impak. ...... The focus of this research is to simulate the crystallization behavior of impact polypropylene copolymer (IPC) after the addition of modified fibers and kenaf fibers by 5% mass fraction. Alkalinization and bleaching are carried out to modify the fiber. The aim of the process is to remove the hydrophilic component in the fiber. The crystallization event can be modeled non-isothermal with the Nakamura kinetics model. The model is a development of the Avrami isothermal model. The addition of kenaf fibers can reduce the value of the Avrami index (n) IPC samples close to n = 2. The value of the Avrami index n = 2 indicates that the sample crystallizes with growth in 1-dimensional direction in the direction of the fiber so as to produce anisotropy in the final product. While the addition of kenaf fibers actually increases the value of the Avrami index to close to n = 4. The value indicates that crystallization in the sample occurs with 3-dimensional growth and produces isotropy in the final product. Fiber morphology causes this difference. The alkalinization treatment can change the morphology of the fiber so that it can influence the crystallization behavior of the impact copolymer polypropylene.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>