Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Indrajaya
"ABSTRAK
Baja karbon rendah dan Aluminum banyak digunakan didalam industri dan keperluan sehari-hari. Hal ini karena sifat dari logam -logam tersebut mempunyai sifat fisik dan mekanik relatif baik.
Baja karbon rendah yang mempunyai sifat keuletan dan kekuatan yang baik karena kandungan karbon yang dimiliki relatif rendah salah satunya adalah baja tipe JIS G 4051 S 22 C yang digunakan untuk pembuatan tabung baja LPG.Jenis baja ini dapat ditingkatkan kekuatan dan kekerasannya dengan proses perlakuan panas pengerasan (hardening) pada suhu 900 C ditahan dalam waktu 15 menit, diikuti dengan proses pendinginan di dalam air, selanjutnya diikuti dengan proses penemperan pada suhu 200 C ditahan selama 15 menit. Proses proses tersebut akan meningkat kekerasan dan ketahanan korosi baja karena terbentuknya fasa martensit yang seragam.
Paduan Aluminum seri 6xxx, dilakukan proses Solution Heat Treatment pada 545°C selama 45 menit lalu pencelupan dan terakhir penuaan buatan pada 160°C selama 120 menit. Kekerasan dan ketahanan korosi akan meningkat.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaningsih Setjo A
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang sifat korosi dari empat macam "Ni base" aloi yaitu Incoloy 800 H, Hastelloy XR, Inconel 617 dan Ni-CR-W pada temperatur 950° C selama 300 jam di dalam lingkungan udara dan helium.
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap laju korosi dan ketebalan lapisan film yang terbentuk pada permukaan spesimen, terjadinya korosi dalam butir dan batas butir, ternyata bahwa Hastelloy XR dan aloi Ni-Cr-W mempunyai ketahanan yang cukup tinggi terhadap korosi khususnya dalam lingkungan helium.
temperatur 950° C selama 300 jam di dalam lingkungan udara dan helium.
Percobaan "creep" dilakukan terhadap Hastelloy XR, Incoloy 800 H dan aloi Ni-CR-W, pada temperatur 900°C, dalam udara, dengan variasi tegangan. Diperoleh bahwa Ni-CR-W mempunyai ketahanan yang baik terhadap "Creep" karena presipitasi α -W yang homogen di dalam butir.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rizeki Ridhowati
"Paduan Cu-Zn (70/30) kerap digunakan sebagai saluran pipa untuk menyalurkan air. Pada saluran pipa tersebut umumnya ditemukan ion klorida. Produk korosi yang terbentuk pada paduan Cu-Zn akibat interaksi dengan ion Cl- dapat menurunkan efisiensi kerja alat. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan metode pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan ketangguhan dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn dengan Thermomechanical Control Process (TMCP). Pengerjaan canai dilakukan dengan metode bolak-balik sebanyak 2x25%, 2x30%, dan 2x35% pada temperature 300℃. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada peningkatan deformasi dari 31.63% menjadi 41.93%, terjadi peningkatan kekerasan dari 153.7 VHN menjadi 162.16 VHN dan kekuatan tarik dari 501.1 MPa menjadi 599.3 MPa. Namun, pada deformasi tertinggi yakni 48.93%, terjadi penurunan kekerasan dari 162.16 VHN menjadi 159.52 VHN dan kekuatan tarik dari 599.3 MPa menjadi 546.5 MPa. Fenomena ini terjadi disebabkan karena adanya partial recrystallization yang diindikasikan dengan adanya butir kecil baru. Selain itu, dengan peningkatan deformasi dari sebesar 31.61% hingga 48.39%, ukuran diameter butir rata-rata menurun dari 50.53µm menjadi 24.41µm menyebabkan penurunan laju korosi dari 0.564 mm/year menjadi 0.426 mm/year

Cu-Zn alloy (70/30) are used for piping and delivery of water. These pipes are frequently employed in a condition where chloride ions are present. Corrosion products formed on paduan Cu-Zn (70/30) as the result of interaction with Cl‑ ion can lead to the decrease of efficiency of the equipment. Therefore, this research focuses to study toughness and corrosion resistance of paduan Cu-Zn (70/30) by conducting Themomechanical Control Process (TMCP). Rolling on temperature 300℃ is conducted by double pass reversible method with deformation 2x25%, 2x30%, and 2x35%. The result showed that as the increase of deformation degree from 31.6% to be 41.93%, there are also increase in hardness value from 153.7 VHN to be 162.16 VHN and tensile strength from 501.1 MPa to be 599.3 MPa. However, at the highest deformation degree there is a decline in hardness from 162.16 VHN to be 159.52 VHN and tensile strength from 599.3 MPa to be 546.5 MPa. This phenomenon is due to partial recrystallization which is indicated by existence of nuclei. In addition, with the increase of deformation degree from 31.61% to be 48.39%, the size of the average diameter grain size decrease from 50.53 to be 24.41 causes a decrease in the corrosion rate from 0.564 mm/year menjadi 0.426 mm/year."
2016
S62182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Hillary Stephina Putri
"Perawatan permukaan pada paduan Mg biodegradable sering lebih berkonsentrasi pada penghambatan degradasi untuk mempertahankan integritas sifat mekanik bahan dan menjamin biokompatibilitas yang baik pada saat yang sama. Tujuan dari Perlakuan Termomekanis adalah untuk menyediakan, dengan kontrol selektif suhu dan kondisi pembentukan, produk akhir dengan sifat material yang bahan tertentu ini tidak akan pernah dapat dicapai di bawah metode produksi konvensional. Dalam penelitian ini, material ZK61 digunakan dengan perlakuan termomekanik canai panas. Canai panas adalah proses pengerjaan logam di mana logam dipanaskan di atas suhu rekristalisasi untuk mengubah bentuknya secara plastis dalam operasi kerja atau penggulungan. Temperatur yang digunakan adalah 350oC dan 450oC, dengan penurunan 20% dan 50%. Pengujian pada setiap sampel dilakukan dengan mikroskop optik, SEM-EDS, ICP-MS, Uji Kekerasan Vickers, Uji Tarik, Uji Polarisasi, dan Uji Evolusi Hidrogen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan semakin besar reduksi selama perlakuan canai panas, semakin kecil ukuran butir. Uji Keras, Tarik, dan Perendaman menunjukkan sampel dengan suhu dan reduksi yang lebih tinggi memiliki kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi serta laju korosi yang lebih lambat.

Surface treatments on biodegradable Mg alloys often concentrate more on the retardation of degradation to sustain the mechanical property integrity of the materials and guarantee good biocompatibility at the same time. The purpose of Thermomechanical Treatment is to provide, by selective control of temperature and forming conditions, a final product with material properties which this particular material would never be able to reach under conventional production methods. In this study, ZK61 material was used with hot rolling thermomechanical treatment. Hot rolling is a metalworking process in which metal is heated above the recrystallization temperature to change its shape plastically in a working operation or rolling. The temperatures used were 350oC and 450oC, with a reduction of 20% and 50%. Tests on each sample were carried out with an optical microscope, SEM-EDS, ICP-MS, Vickers Hardness Test, Tensile Test, Polarization Test and Hydrogen Evolution Test. The test results show that the higher the temperature and the greater the reduction during hot rolling treatment, the smaller the grain size. Hard, Tensile, and Immersion Tests showed samples with higher temperature and reduction had higher hardness and strength and slower corrosion rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Rahman Syamuil
"Baja tahan karat 316 L merupakan material yang mempunyai sifat kemampubentukan, kemampulasan, keuletan serta ketahanan terhadap korosi yang baik. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui ketahanan korosi celah pada baja tahan karat 316 L dengan menggunakan beberapa metode yaitu CCT, dan polarisasi linear. Dari hasil penelitian dengan menggunakan CCT, temperatur kritis terjadinya korosi celah pada baja tahan karat 316 L yaitu -11 oC. Pada penelitian ini juga ingin mengetahui pengaruh dari proteksi katodik dengan menggunakan anoda korban magnesium pada baja tahan karat 316 L dengan melakukan perendaman selama 3 dan 5 hari dalam media air laut. Dengan menggunakan metode polarisasi linear diperoleh beberapa parameter salah satunya itu nilai laju korosi dengan perendaman menggunakan proteksi katodik dan tanpa menggunakan proteksi katodik. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai laju korosi dengan menggunakan proteksi lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan proteksi katodik yaitu 0,90146 mm/year dan 1,0411 mm/year.

Stainless steel 316 is a material that has good formability, malleability, ductility and corrosion resistance. Therefore, this research was conducted to determine the crevice corrosion resistance of 316 L stainless steel using several methods, CCT and linear polarization. From the results of research using CCT, the critical temperature for crevice corrosion in 316 L stainless steel is -11 oC. In this research also want to know the effect of cathodic protection using a magnesium sacrificial anode on 316 L stainless steel by immersion it for 3 and 5 days in seawater media. By using the linear polarization method, several parameters are obtained, one of which is the corrosion rate by immersion using cathodic protection and without using cathodic protection. The results showed that the corrosion rate using protection was better than without using cathodic protection is 0.90146 mm/year and 1.0411 mm/year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yepi Yamani Yosa
"[ABSTRAK
Korosi memiliki dampak yang sangat besar terhadap ekonomi dan lingkungan
pada berbagai infrastruktur, terkait dengan kegagalan operasi dan aset. Masalah
yang umum terjadi pada jaringan pipa minyak dan gas saat ini adalah korosi
internal yang disebabkan oleh media korosif yang umumnya mengandung karbon
dioksida (CO2) dalam larutan aqueous. Karenanya, diperlukan cara untuk
mengevaluasi korosi CO2 pada baja karbon terkait laju korosi agar dapat
memenuhi umur operasi.
Dalam penelitian ini, model Norsok yang telah dimodifikasi digunakan untuk
memprediksi laju korosi pada lingkungan CO2, dan mempertimbangkan data
parameter seperti suhu, tekanan parsial CO2, dan laju aliran untuk menghitung
shear stress dan laju korosi. Software ini dibuat dengan menggunakan bahasa
pemrograman visual basic (Microsoft Visual Studio ? VB), kemudian dengan
menggabungkan basis pengetahuan mekanisme korosi CO2 dan aturan tertentu
maka akan dihasilkan suatu sistem pakar.
Berdasarkan perhitungan shear stress dan laju koros, kemudian rekomendasi dapat
diajukan untuk mempertimbangkan, apakah baja karbon masih dapat digunakan
atau penggunaan baja karbon dengan memberikan inhibitor atau penggantian baja
karbon dengan Corrosion Resistance Alloys.
Hasil perhitungan modifikasi model Norsok menunjukkan bahwa hasil
perhitungan laju korosi tampak lebih realistis dibandingkan dengan model Norsok
asli, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi baja karbon yang mengalami korosi
CO2 dengan tingkat kepercayaan lebih tinggi.

ABSTRACT
Corrosion has a great detrimental effect to economy and environment in almost all
infrastructures, in regards of operations shutdown and asset facilities failure. A
common problem in oil and gas process piping and transport pipeline nowadays is
internal corrosion caused by corrosive media containing mainly carbon dioxide
(CO2) in aqueous solutions. Therefore, there is a need to evaluate CO2 corrosion
of carbon steel in terms of corrosion rate in order to meet its life expectancy in
such environment.
In this paper, a modified Norsok model was used to predict corrosion rate in CO2
environment, and consider typical data parameter used such as temperature, CO2
partial pressure, and flow rate or fluid velocity to calculate shear stress and
corrosion rate. By combining knowledge base related to CO2 corrosion
mechanism and its logic algorithm with certain rules resulted in such expert
system which utilize visual basic (Microsoft Visual Studio-VB) programming
language to develope a software.
Based on calculated shear stress and corrosion rate, then recommendations can be
proposed whether carbon steel still can be used or carbon steel with inhibitor
injection or carbon steel replaced by Corrosion Resistance Alloys.
The modified Norsok calculation model results show that the calculated corrosion
rates are likely more realistic compared to the original Norsok model, and can be
used to evaluate carbon steel which suffered CO2 corrosion with highly confident.;Corrosion has a great detrimental effect to economy and environment in almost all
infrastructures, in regards of operations shutdown and asset facilities failure. A
common problem in oil and gas process piping and transport pipeline nowadays is
internal corrosion caused by corrosive media containing mainly carbon dioxide
(CO2) in aqueous solutions. Therefore, there is a need to evaluate CO2 corrosion
of carbon steel in terms of corrosion rate in order to meet its life expectancy in
such environment.
In this paper, a modified Norsok model was used to predict corrosion rate in CO2
environment, and consider typical data parameter used such as temperature, CO2
partial pressure, and flow rate or fluid velocity to calculate shear stress and
corrosion rate. By combining knowledge base related to CO2 corrosion
mechanism and its logic algorithm with certain rules resulted in such expert
system which utilize visual basic (Microsoft Visual Studio-VB) programming
language to develope a software.
Based on calculated shear stress and corrosion rate, then recommendations can be
proposed whether carbon steel still can be used or carbon steel with inhibitor
injection or carbon steel replaced by Corrosion Resistance Alloys.
The modified Norsok calculation model results show that the calculated corrosion
rates are likely more realistic compared to the original Norsok model, and can be
used to evaluate carbon steel which suffered CO2 corrosion with highly confident., Corrosion has a great detrimental effect to economy and environment in almost all
infrastructures, in regards of operations shutdown and asset facilities failure. A
common problem in oil and gas process piping and transport pipeline nowadays is
internal corrosion caused by corrosive media containing mainly carbon dioxide
(CO2) in aqueous solutions. Therefore, there is a need to evaluate CO2 corrosion
of carbon steel in terms of corrosion rate in order to meet its life expectancy in
such environment.
In this paper, a modified Norsok model was used to predict corrosion rate in CO2
environment, and consider typical data parameter used such as temperature, CO2
partial pressure, and flow rate or fluid velocity to calculate shear stress and
corrosion rate. By combining knowledge base related to CO2 corrosion
mechanism and its logic algorithm with certain rules resulted in such expert
system which utilize visual basic (Microsoft Visual Studio-VB) programming
language to develope a software.
Based on calculated shear stress and corrosion rate, then recommendations can be
proposed whether carbon steel still can be used or carbon steel with inhibitor
injection or carbon steel replaced by Corrosion Resistance Alloys.
The modified Norsok calculation model results show that the calculated corrosion
rates are likely more realistic compared to the original Norsok model, and can be
used to evaluate carbon steel which suffered CO2 corrosion with highly confident.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adina Aji Setiady
"Penilitian Paduan Al-8Si dengan variasi penambahan Tembaga menganalisa ketahanan korosi dan struktur kristal dalam cairan pendingin. Paduan ini secara luas digunakan sebagai aplikasi dalam bidang industri otomotif. Karakterisasi difraksi X-Ray dan uji elektrokimia untuk menyelidiki struktur kristal dan laju korosi dari paduan. Hasil pola difraksi diperoleh fasa-fasa intermetalik dan pergeseran puncak ketika kandungan tembaga bertambah. Hasil perhitungan ukuran kritsal pada paduan Al-8Si-xCu (x= 0, 2, 5, 9 wt%) dengan metode Williamson-Hall. Ukuran Kristal terbesar didapatkan pada sampel Al-8Si-0Cu sebesar 104 nm, ketika kandungan tembaga ditambahkan maka ukuran Kristal akan menurun. Hasil pengujian korosi divalidasi dengan potensiodinamik, sampel menunjukan laju korosi yang berbeda. Ketahanan korosi dari paduan Al-8Si-0Cu lebih baik dibandingkan paduan Al-8Si-xCu (x= 2, 5, 9 wt%) lainnya dengan laju korosi 3,314x10-2 mm/tahun. Kesimpulannya, penambahan tembaga mempengaruhi penurunan ketahanan korosi dan memunculkan fasa-fasa intermetalik.

Aluminium alloys can improve mechanical properties, but it can influence corrosion rate of the alloys. Characterization of X-Ray diffraction and electrochemical investigate crystal structure and corrosion rate of these alloys. From the XRD pattern, Al-Cu-Mg, Al, Al-Fe phases were identified and some peaks were shifted due to Copper content increment. The result of crystallite size of Al-8Si-xCu (x= 0, 2, 5, 9) alloys were measured by Williamson-Hall method. The largest of crystallite size was obtained in Al-8Si-0Cu of 104 nm. Further addition of Copper content, the crystallite sizes are lowest among the investigated alloys. Electrochemical tests were validated that these alloys show different corrosion rate. In the Al-8Si-0Cu, corrosion rate is 3,314x10-2 mm/year, which is slowest rate among the investigated alloys. On conclusion, the additional of Copper content affects decrement of corrosion resistance and giving rise of intermetallic phases."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Amadeo Christoffer
"Casting Aluminium telah menjadi salah satu material terpenting dalam industri. AC4C adalah salah satu dari banyak paduan Silikon-Aluminium yang digunakan ketika ketahanan terhadap korosi, kemampuan castability yang baik dan rasio kekuatan-terhadap-berat yang tinggi diperlukan. Paduan aluminium AC4C yang digunakan sebagai string set dibuat dengan komposisi Al 92,69% berat, Si 6,76% berat, Mn 0,25% berat, Fe 0,21% berat, Ag 0,09% berat. Terdapat penelitian tentang peningkatan ketahanan korosi dari casting aluminium yang sangat bervariasi dari metode casting yang digunakan, perawatan, penambahan impuritas, dan perlakuan pada permukaan. Dalam penelitian ini, sampel AC4C dianodisasi dalam larutan H2SO4 7,5 °C 5 M dalam 30, 60, dan 90 menit dengan sumber listrik DC 5V yang mengalirkan rapat arus 22,6mA/cm2 . Setelah itu, sampel disegel (sealing) dalam air mendidih selama 15 menit sebelum diuji perilaku korosinya. Pengujian dilakukan dengan melakukan polarisasi potensiodinamik dalam larutan NaCl 3,5% untuk setiap sampel. Difraksi sinar-X digunakan untuk menentukan fase dan struktur kristal sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatkan waktu anodisasi, didapatkan perubahan pada perilaku korosi material AC4C. Hasil menunjukkan bahwa dengan peningkatan waktu anodisasi, laju korosi menurun dari nilai awal yaitu 2,01 x 10-1 mm/tahun menjadi 2,72 x 10-2 mm/year.

Al-Si is one of many Silicon-Aluminium alloy used when corrosion resistance, good castability and high strength-to-weight ratio are required. This Al-Si alloy were used as string set were made with composition of Al 92.69 wt%, Si 6.76 wt%, Mn 0.25 wt%, Fe 0.21 wt%, Ag 0.09 wt%. There have been many studies on improving corrosion resistance of casting aluminium vary widely from the casting methods used, treatments, adding impurities, and surface finishing. In this research, AC4C samples were anodized in 7.5 °C H2SO4 solution in 30, 60, and 90 minutes with DC of 5V potential. Afterwards, samples were sealed in boiling water for 15 minutes before being tested for its corrosion behavior. Tests were carried out by performing potentiodynamic polarization in 3.5% NaCl solution for each sample. X-ray diffraction were used to determine the phases and crystal structure of the samples. The results show that by increasing the anodization time, the corrosion rate decreases from the initial of 2,01 x 10-1 mm/year to 2,72 x 10-2 mm/year.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlina Virgawati
"Lapisan material hibrida Poliuretan/M dipersiapkan dengan memvariasikan konten karbon, nano-zinc oxide, dan karbon/nano-zinc oxide sebagai material pengisi dalam matriks poliuretan. Film tersebut ditempatkan di atas plat low carbon steel dengan menggunakan metode High Volume Low Pressure HVLP . Untuk mengetahui sifat ketahanan korosi dari film, sampel diuji menggunakan metode salt spray. Sifat dielektrik diuji menggunakan metode nilai resistivitas. Sifat termal dikarakterisasi menggunakan Thermogravimetric Analysis TGA dan Differential Scanning Calorimetry DSC.
Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR dan X-ray Diffraction XRD digunakan untuk melihat bagaimana ikatan senyawa serta komposisi fasa karbon dan zinc oxide ZnO dalam matriks poliuretan. FTIR dan XRD menunjukkan ikatan kimia dan komposisi fasa dari karbon dan ZnO dalam poliuretan. Terjadi perubahan pada morfologi lapisan permukaan dan nilai ketahanan korosi paling baik pada lapisan komposit P/ZnO. Hasil uji dielektrik menunjukkan bahwa hanya komposit karbon terdispersi dalam matriks poliuretan memiliki nilai yang tinggi dan konstan. TGA dan DSC mengkonfirmasi bahwa perbandingan temperatur dengan dekomposisi massa komposit yang baik adalah pada lapisan komposit dengan material pengisi karbon.

Hybrid materials Polyurethane M film were prepared with different content of carbon, nano zinc oxide and carbon zinc oxide as filler components in polyurethane matrix. The film were deposit on low carbon steel plate using High Volume Low Pressure HVLP method. To observe corrosion resistance of the film, the sample were examined by salt spray method. Dielectric propeties obtained by resistivity valued method. Thermal resistance were investigated by Thermogravimetric Analysis TGA and Differential Scanning Calorimetry DSC.
Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR and X ray Diffraction XRD used to see functional groups and phase composition of carbon and zinc oxide ZnO in polyurethane matrix. The surface morphology are changes and the corrosion resistance of P ZnO composite shows the best result. Dielectrical test showed that only carbon dispersed in polyurethane matrix had higher constant value. TGA and DSC confirmed composites with carbon as filler had good result on the ration between temperature and mass decomposition.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Tegar Andriawan
"Baja Tahan Karat 316L memiliki aplikasi yang sangat beragam, mulai dari platform serta instalasi lainnya, terutama pada lepas pantai karena ketahanan korosinya yang tinggi. Namun, pada penggunaannya, baja tahan karat 316L memiliki kemungkinan untuk terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran merupakan korosi yang sulit untuk dideteksi sampai akhirnya terjadi kerusakan. Dengan mengaplikasikan pelapisan aluminium pada baja tahan karat 316L maka korosi sumuran dapat dicegah. Selain itu, ketahanan korosi secara umum juga akan meningkat. Metode untuk mengaplikasikan aluminium pada baja tahan karat 316L adalah dengan electric arc thermal spray aluminum. Pengujian kali ini menginvestigasi ketebalan pelapisan paling baik yang memberikan hasil maksimal, dengan tiga parameter yaitu berkisar antara 90-100 µm, 140-150 µm, and 190 – 200 µm. Ketahanan korosi diuji menggunakan metode polarisasi siklik. Hasil studi menunjukkan bahwa ketahanan korosi dan daya lekat paling baik dihasilkan lapisan dengan ketebalan 190 – 200 µm
In oil and gas industries, 316L Stainless Steel is widely used to construct platforms and other installations because of its high corrosion resistance. However, 316L Stainless Steel is still susceptible to pitting corrosion which is difficult to be detected before failure starts to happen. By applying aluminium coating on stainless steel, pitting corrosion will be prevented. Moreover, the corrosion rate will decrease and the steel’s lifetime will increase. Using Electric Arc Thermal Spray Aluminium as the method to apply the aluminium, one of the most important factor that influence corrosion rate on aluminium coated stainless steel is the thickness itself. This paper investigates the most effective thickness applied to achieve the best quality of the coating, ranging at 90-100 µm, 140-150 µm, and 190 – 200 µm. The corrosion resistance is tested using the data obtained from the cyclic polarization curve. The study shows that the coating thickness of 190 – 200 µm produces the best corrosion resistance and adhesion strength
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>