Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Corey, Gerald
Pacific Grove: Brooks/Cole Publishing, 1998
174 COR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yufiarti
"Penelitian ini berawal dari pemikiran tentang evaluasi perkembangan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang pada umumnya dilakukan secara global. Siswa sebagai subyek yang diberikan bimbingan itu sendiri jarang diteliti secara lebih mendalam. Seperti dikemukakan oleh Rochman Natawidjadja (1985), pribadi siswa sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Sebenarnya tujuan Bimbingan di sekolah pada umumnya adalah memberikan bantuan kepada siswa agar dapat berkembang seoptimal mungkin. Namun sangat disayangkan masih saja terdapat siswa yang belum merasa yakin, atau bersikap lain terhadap bimbingan yang mereka terima, dan bahkan ada yang kurang berniat untuk memanfaatkannya. Hal ini terjadi tidak hanya pada siswa yang berprestasi melainkan juga pada siswa yang prestasinya masih di bawah kemampuan yang sebenarnya (underachiever). Siswa underachiever ini merupakan siswa yang bermasalah yang seharusnya mereka sangat membutuhkan layanan bimbingan.
Tujuan penelitian dipusatkan untuk melihat perbedaan keyakinan,sikap dan intensi menggunakan layanan bimbingan di sekolah antara siswa yang berprestasi dengan siswa yang berprestasi di bawah kemampuan (underachiever).
Seteiah dibahas kajian teori mengenai konsep Bimbingan dan Konseling di Sekolah meliputi tujuan,macam layanan, kegiatan-kegiatan pokok, dan personil bimbingan, juga dibahas mengenai konsep siswa underachiever serta hubungan antara konsep keyakinan, sikap dan intensi yang dikaitkan dengan Bimbingan di Sekolah. Maka diajukan 6 hipotesis. Hipotesis ini dibuktikan pada 202 siswa SMAN 5 di Kota Madya Bandar Lampung. Dengan menggunakan perhitungan analisis varians dan korelasi tunggal, hasil penelitian adalah sebagai berikut.
1. Hipotesis 1 yang berbunyi, "ada perbedaan signifikan keyakinan siswa tentang bimbingan di sekolah antara siswa yang berprestasi dengan yang berprestasi di bawah kemampuan", ditolak atau tidak terbukti.
2. Hipotesis 2 yang mengatakan, "ada perbedaan yang signifikan sikap siswa terhadap bimbingan di sekolah antara siswa yang berprestasi dengan yang berprestasi di bawah kemampuan", ditolak atau tidak terbukti.
3. Hipotesis 3 yang berbunyi, "ada perbedaan yang signifikan intensi menggunakan bimbingan di sekolah, antara siswa yang berprestasi dengan yang berprestasi di bawah kemampuan", diterima atau terbukti.
4. Hipotesis 4 yang berbunyi, "terdapat hubungan yang signifikan antara keyakinan dengan sikap siswa terhadap bimbingan di sekolah?, diterima atau terbukti.
5. Hipotesis 5 yang berbunyi, "terdapat hubungan yang signifikan antara keyakinan siswa tentang bimbingan di sekolah dengan intensi menggunakan layanan bimbingan," diterima atau terbukti.
6. Hipotesis 6 yang berbunyi, "terdapat hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap bimbingan dengan intensi menggunakan layanan bimbingan, " diterima atau terbukti.
Setelah hasil penelitian didiskusikan, tesis ini ditutup dengan saran-saran praktis bagi pengembangan program Bimbingan dan Konseling maupun kepada peneliti lain yang berminat meneruskan penelitian sejenis ini. Penemuan terpenting dari hasil penelitian ini adalah kebanyakan siswa yakin akan kegunaan pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Tetapi rupanya praktek pelayanan tersebut menimbulkan sikap ragu-ragu pada siswa, dan terlebih parah lagi memperkecil intensi siswa yang berprestasi rendah untuk menggunakan layanan Bimbingan dan Konseling tersebut, tidak terbatas pada underachiever saja."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loretta, Abigail
"Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mereka harus mulai memilih dan mempersiapkan diri dalam pekerjaan tertentu. Oleh karena itulah, penetapan orientasi masa depan merupakan suatu periode yang penting dan kritis bagi remaja karena cara remaja memandang masa depannya merupakan suatu bagian penting dalam pembentukan identitasnya.
Orientasi masa depan pada dasarnya mengacu pada cara seseorang memandang masa depan, yang di dalamnya tercakup harapan, tujuan, standar, perencanan, dan strategi. Orientasi masa depan penting bagi seseorang karena menyangkut kesiapan seseorang menghadapi masa depan. Bentuk orientasi masa depan ini dapat sederhana atau juga kompleks, realistik arau tidak realistik dan jelas atau belum jelas.
Remaja - remaja di Aceh merupakan salah satu populasi yang kurang beruntung karena harus mengalami banyak peristiwa yang mempengaruhi pandangannya akan masa depan. Konflik yang berkepanjangan antara GAM - Indonesia serta musibah tsunami yang tcljadi tahun 2004 lalu membuat remaja - remaja di sana kerapkali harus menghentikan kegiatan belajar mengajarnya. Hal ini mengakibatkan pandangan masa depan para remaja di Aceh menjadi tidak jelas. Oleh karena im, bimbingan untuk menetapkan orientasi masa depan, tentunya sangat dibutuhkan bagi remaja di sana.
Siswa SMK adalah salah satu remaja yang membutuhkan bimbingan untuk menetapkan orientasi masa depan. Hal ini disebabkan karena para lulusan siswa SMK umumnya langsung bekerja / terjun ke dunia usaha. Hal ini menuntut para siswa SMK sehamsnya sudah mulai memiliki orientasi masa depan yang jelas dari sejak ia duduk di sekolah. Namun, sayangnya banyak dari siswa SMK ini belum memiliki orientasi masa depan yang jelas, perencanaan yang terarah, dan sikap yang positif dalam melaksanakan rencananya Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa SMK memilih untuk masuk ke sekolah ini bukan disebabkan oleh minat / pilihan pribadinya, melainkan karena masalah biaya, tidak berhasil masuk ke SMA, dan disuruh orangtua.
Pelatihan menetapkan orientasi masa depan ini bertujuan agar membantu siswa SMK di Aceh yang menjadi peserta pelatihan untuk menetapkan orientasi masa depan yang jelas dan positif. Hal ini ditandai dengan adanya penetapan tujuan yang jelas / Spesifik yang ingin dicapai, pembuatan rencana untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan sikap positif dalam melaksanakan rencananya.
Program pelatihan ini disusun berdasarkan analisa kebutuhan yang telah dilakukan penulis kepada 60 orang siswa SMKN 3 Banda Aceh yang sedang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bandung. Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner (Likerz type dan open ended question) serta wawancara singkat kepada pemilik perusahaan tempat subyek melaksanakan PKL dan beberapa subyek itu sendiri. Setelah mendapatkan data hasil analisa kebutuhan, penulis mulai menyusun tujuan dan sasaran program serta isi modul setiap session pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan. Selain itu, selama penyusunan modul, penulis juga berkonsultasi dengan dosen Psikologi UI bagian pendidikan dan relawan-relawan yang bertugas di Aceh guna mendapatkan isi modul yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan siswa SMK di Aceh saat ini.
Kekurangan utama program ini adalah belum pernah diujicobakan pada siswa SMK di Aceh ilu sendiri. Dengan demikian, belum diketahui apakah materi serta cara penyajian yang digunakan benar - benar efektif untuk membantu mereka menetapkan orientasi masa depan yang jelas dan positif Analisa kebutuhan yang digunakan sebagai dasar penyusunan program juga masih belum representatif menggambarkan kebutuhan siswa SMK di Aceh secara keseluruhan. Selain ilu, alat yang digunakan dalam analisa kebutuhan juga belum teruji validitas dan reliabilitasnya. Hal ini menyebabkan materi program belum menyentuh karakteristik siswa SMK di Aceh secara keseluruhan.
Berkaitan dengan kekurangan tersebut, penulis menyarankan agar pengguna program ini terlebih dahulu melakukan analisa kebutuhan dengan menggunakan sampel yang lebih representatif dan membuat alat Training Need Analysis yang lebih teruji validitas dan reliabilitasnya. Dengan demikian dapat dilakukan modifikasi program jika memang dibutuhkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayda Wardianti
"This research is done based on consideration of the needs to improve the efforts in overcoming drug abuse problems that recently have been more complex. The drug abuse problems are now happened in remote areas as well as in big city. The victims include the productive ages, such as children and teenagers. Therefore this problem should be overcome; otherwise it will threaten the continuity of this country development.
Since the Government has limitation in providing the services to overcome the drug abuse, therefore the local society has a good potency that could be developed to involve in overcoming drug abuse problems, happened in their area. The Government (Ministry of Social Affairs) develops program policy as the efforts to increase participation of the society. One of the efforts is to empower the society, such as develop a group of adjacent based on community for the drug abuser.
This activity is referring to the concepts of the program implementation evaluation, community-based rehabilitation, empowering strategy, and communication. Therefore this research is implemented towards the object of the research that has theoretical based.
The objectives of this research are:
1.To have a comprehensive picture of the implementation of the adjacent activities to overcome drug abuse problems.
2.Identifying obstacles and supports as well as implementing these activities. Hopefully, this research can generate some recommendations for RBM Saroja activity program especially, and to be able to develop community-based rehabilitation program.
The implementations of this research uses several techniques on data collection, and then it is proceed and interpreted descriptively refer to the background of the problems, concepts of this research and field observation. This research will give common description on the research field.
The result of this research show that the implementation of adjacent program for drug abusers, which has been conducting, by RBM Saroja still need the improvement in some aspects, such as: Communication, Human Resources, Funding, and Support from the Government. Most of the adjacent activities for drug abusers need capability in communication skill of RBM Saroja's human resources, since they have task to influence the drug abusers to reduce the risk of the drug abuse; they have to approach to drug abusers and their family member, they have to deliver drug prevention messages. So the RBM Saroja's have to work hard in learning those matters. Human resources of RBM Saroja are full employment, and they don't have enough lime to do social work as adjacent of drug abusers. RBM Saroja has to train special staff of adjacent to assist in reaching the hidden population. Since they have budget limitation, they implement only some of their activities to overcome drug abuse problems.
The RBM Saroja has support from the Directorate of Drug Victims Rehabilitation and Services of Ministry of Social Affairs (DiLPRSKN), such as in funding, training, and consultation. The local government, Department of Social Welfare Provincial Office needs to improve their coordination and development to RBM Saroja. RBM Saroja may involve on planning formulation and activities of overcoming drug abuse problem, which has been carrying out by the Department of Social Welfare Provincial Office."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Lasmana Dewi
"Implementasi merupakan tahapan penting dalam suatu pelaksanaan kebijakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Lester dan Stewart (2000), implementasi adalah sebuah tahapan yang dilakukan setelah aturan hukum ditetapkan melalui proses politik. Oleh karena itu, implementasi Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Narkoba perlu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, agar Peraturan Menteri dimaksud benar-benar dapat berfungsi sebagai alat untuk merealisasikan harapan yang diinginkan. Dengan kata lain, implementasi merupakan upaya untuk merealisasikan suatu keputusan atau kesepakatan yang telah di tetapkan dalam Peraturan Menteri tersebut.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Narkoba merupakan suatu bentuk implementasi dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang disusun untuk menjamin keseragaman dan memperlancar pelaksanaan Peraturan Menteri tersebut, disusun dalam bentuk Peraturan Bersama Kepala Badan Narkotika Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Narkoba. Implementasi tersebut dilalui dengan sebuah proses penerjemahan peraturan kedalam peraturan pelaksanaan, peraturan pelaksanaan terbentuk dengan melalui proses penyusunan, dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian penyusunan adalah suatu kegiatan atau kegiatan memproses suatu data atau kumpulan data yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perorangan secara baik dan teratur Memproses suatu data atau kumpulan data merupakan bagian dari penyusunan, oleh karena itu dalam penelitian ini cakupan bahasan adalah pada proses penyusunan. Dalam proses tersebut terdapat beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh pelaksana implementasi.

Implementation is an important step on a policy implementation. As revealed by Lester and Stewart (2000), implementation is a stage that is done after the rule of law are set through the political process. Therefore, the implementation of the Regulation of Minister of Administrative and Bureaucratic Reform No. 46 Year 2014 on Narcotics Instructor Functional Position needs to be done by considering a variety of factors, that regulation meant really can serve as a tool to realize the desired expectations. In other words, an attempt to realize the implementation of a decision or agreement that has been set in the Ministerial Regulation.
Technical Guidelines for Implementation of the Functional Extension drug is a form of implementation of the Regulation of the Minister of Administrative Reform and Bureaucratic Reform drafted to ensure uniformity and facilitate the implementation of the regulation, drafted in the form of Regulation of the Joint Chief of the National Narcotics Board and the Head of the National Civil Service Agency of Technical Guidance Regulation of the Minister of Administrative and Bureaucratic Reform of the Republic of Indonesia Number 46 Year 2014 on Narcotics Instructor Functional Position. Implementation is traversed by a process of translation into the regulation implementing regulations, implementing regulations formed through the preparation process, in large Indonesian dictionary definition of the preparation is an activity or activities of processing data or data set by an organization or an individual in good and regular. Processing data or data set is part of the preparation, therefore within the scope of this research is in the process of drafting. In the process there are several steps that must be implemented by executing implementations."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Mega Arista
"ABSTRAK
Mantan pecandu narkoba seringkali kesulitan menemukan pekerjaan. Penolakan untuk mempekerjakan mantan pecandu narkoba terjadi karena munculnya anggapan atau prasangka buruk yang sudah lama tertanam di masyarakat. Mantan pecandu narkoba menerima dua sumber stigma yaitu, stigma umum (public stigma) dan stigma diri (self stigma). Skripsi ini bertujuan untuk melihat perjalanan mantan pecandu narkoba menjadi konselor adiksi. Peneliti menggunakan metode etnografi dengan wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Skripsi ini menggambarkan bentuk perlawanan mereka terhadap stigma yang terdiri dari dua tahapan yaitu pembuktian pada diri sendiri dan juga lingkungan sekitar mereka. Kedua tahapan tersebut merupakan bagian dari perjalanan mereka melawan stigma buruk mantan pecandu narkoba yang ternyata dapat bekerja sebagai konselor adiksi. Mantan pecandu narkoba yang sudah dikatakan pulih dan produktif dapat menjadi seorang konselor adiksi melalui pelatihan dan sertifikasi. Mantan pecandu narkoba memilih bekerja sebagai konselor adiksi karena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia dan rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkunganya.

ABSTRACT
Former drug addicts often have difficulty finding work. The refusal to employ former drug addicts is due to the emergence of bad prejudices that have long been embedded in society. Former drug addicts receive two sources of stigma, public stigma and self-stigma. This thesis aims to see the journey of former drug addicts into addiction counselors. The researcher used ethnographic methods with in-depth interviews and participant observation. This thesis describes the form of their resistance to stigma consisting of two stages, that is proof of oneself and also the environment around them. Both of these stages are part of their journey against the bad stigma of former drug addicts who turned out to work as addiction counselors. Former drug addicts who are said to be recovering and productive can become addiction counselors through training and certification. Working as an addiction counselor was chosen because of the lack of jobs availability to former drug addicts and a sense of responsibility towards the environment."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Sage Publications, 2001
361.06 SUP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
McCully, C. Harold
Minneapolis: Burgess, 1969
371.4 MCC c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Baker, Stanley B.
New Jersey: Prentince-Hall, 1996
371.4 BAK s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hawkins, Peter
New York: Open University Press, 2005
361.006 HAW s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>