Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 269 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New Jersy: Norwood, 1993
153.35 UND
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Belly Lesmana
"Anak muda merupakan generasi penerus bangsa ini. Kepada merekalah harapan atas perubahan kepada situasi bangsa dan negara yang lebih baik ditumpukan oleh kita semua. Harapan ini harus disertai oleh tanggung jawab dari kita semua untuk membentuk generasi muda yang dinamis, kritis, kreatif dan demokratis. Salah satu wujud tanggung jawab ini adalah mengupayakan pendidikan yang mampu melahirkan sosok-sosok manusia dengan kualitas-kualitas seperti yang telah disebutkan di atas. Pendidikan selayaknya mampu memanusiawikan peserta didiknya.
Yayasan PopCorner Indonesia merupakan salah satu organisasi non-profit dan nonpemerintah yang menaruh perhatian kepada pengembangan dan pemberdayaan anak muda. Orang-orang yang terlibat di dalam organisasi ini menyadari bahwa perubahan menuju masyarakat demokratis harus dilakukan melalui pemberdayaan dan pembekalan kepada generasi mudanya. Pemberdayaan yang menjangkau anak muda ini tidak akan mencapai hasil yang diharapkan bila tidak melalui media yang diakrabi oleh anak muda itu sendiri. Budaya popular dipilih sebagai media perantara karena anak muda mengakrabi semua hal yang terwakili dalam budaya popular itu, seperti: film, musik, karya tulis (iklan di media massa, cerpen, novel, dll) , olah raga, mode pakaian, dan masih banyak lagi. Hal-hal itulah yang datang menghampiri anak muda dalam keseharian mereka melalui berbagai media (seperti: majalah, koran, teievisi dan intemet) dan mereka melihat itu sebagai sesuatu yang memang sudah seharusnya, yang datang begitu saja tanpa mampu memberikan penilaian kritis atas produk-produk bud aya popular tersebut.
Upaya dan yayasan ini untuk mendampingi anak muda menggunakan metode pendidikan dialogis. Melalui metode tersebut, anak muda tidak dilihat sebagai sebuah obyek melainkan dipahami sebagai subyek pendidikan. Pemahaman ini membawa kepada sebuah proses saling belajar dan saling memahami, dimana di dalam proses tersebut terjadi dialog antara pendidik dengan peserta didik. Upaya ini menjadikan PopComer memiliki peran sebagai fasilitator dan motivator anak-anak muda tersebut. Masyarakat demokratis yang menjadi tujuan yayasan ini memiliki arti bahwa dalam masyarakat tersebut nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, kritis, inovatif dan keatif telah ada dan berkembang dalam kehidupan di dalam masyarakat itu. Aktualisasi nilai-nilai tersebut dalam komunitas yang dibangun bersama anak muda dipercaya oleh PopComer merupakan awal dari terbentuknya masyarakat madani (civil society).
Komunitas-komunitas yang terbentuk di anak muda setelah mereka mengikuti kegiatan PopComer merupakan sarana yang memudahkan PopComer untuk selalu berinterkasi dengan mereka. Komunitas-komunitas ini memiliki fungsi sebagai `ruang' untuk belajar bersama, baik antara PopComer dengan anak muda, maupun antar mereka sendiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dcskriptif Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena pendekatan ini mampu memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian secara mendalam dan menjangkau informasi informasi penting yang dapat lebih efektif melalui pembahasan dengan informan-informan kunci, kegiatan observasi lapangan dan penelaahan dokumendokumen yang ada. Berdasarkan kategorisasi kegunaan penelitian, maka penelitian ini dapat digolongkan kepada penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif ini sebenarnya digolongkan kembali kepada penelitian aplikasi.
Sumber data primer dikumpulkan melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview), dan pengamatan langsung/keterlibatan langsung dalam organisasi tersebut (observation), sedangkan data sekunder didapat melalui dokumen-dokumen, penelitianpenelitian terdahulu dan buku-buku literatur yang berhubungan dengan fokus penelitian. Data sekunder tersebut diperoleh selain keterlibatan peneliti dalam yayasan tersebut.
Kerangka Konseptual dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh dalam proses capacity building kepada anak muda merupakan modal budaya yang diperoleh melalui pendekatan pendidikan dialogis dan menggunakan media budaya popular.
Temuan penting di lapangan yaitu: 1 ) Proses pemberdayaan dan semua bentuk pendampingan kepada anak muda merupakan salah satu bagian dari capacity building. Proses lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan terus-menerus di dalam organisasi itu sendiri. Proses capacity building dalain organisasi ini penting karena proses pemberdayaan kepada anak muda bukanlah sebuah proses singkat dan langsung menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat, melainkan sebuah proses panjang yang membutuhkan dukungan dana dan ketersediaan sumber daya yang kuat. Keberlanjutan ini memiliki nilai penting karena didalamnya terletak tanggung jawab organisasi kepada masyarakatnya. 2) Pendidikan dialogis dan penggunaan media budaya pop merupakan sarana yang tepat dalam usaha mengeksplorasi kemampuan anak muda. 3) Program kegiatan yang dilaksanakan oleh yayasan PopComer hingga scat ini masih tergantung kepada pembiayaan yang didapat dari sponsor. Kelemahan ini pada akhirnya dapat menyebabkan yayasan tidak dapat melanjutkan programnya bila tidak ado sponsor yang mau memberikan dukungan dana."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femmy Eka Kartika Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kreativitas pada siswa SMU Negeri 70 di Jakarta Menurut penulis, penelitian ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan kreativitas di sekolah, yang selama ini belum mendapat perhatian yang cukup dari pihak pemerintah dan sekolah.
Untuk menjelaskan kreativitas siswa, dalam hal ini yang dimaksud adalah produk kreatif, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas tersebut, yaitu pribadi kreatif, proses kreatif, dan pendorong kreatif.
Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: apakah variabel-variabel pribadi kreatif, proses kreatif, dan pendorong kreatif, berpengaruh terhadap produk kreatif siswa? Manakah di antara variabel-variabel tersebut yang lebih berpengaruh terhadap produk kreatif?
Yang dimaksud dengan variabel pribadi kreatif yaitu sikap kreatif siswa. Yang dimaksud dengan variabel proses kreatif adalah kemampuan berfikir verbal dan kemampuan berfikir figural. Sedangkan yang dimaksud dengan variabel pendorong kreatif adalah kegiatan kreatif siswa di sekolah, sikap siswa terhadap teman sebaya yang kreatif, sikap guru-guru terhadap 4 P pengembangan kreatif, dan kegiatan kreatif guru di sekolah.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang pecan variabel pribadi kreatif, proses kreatif, dan pendorong kreatif terhadap produk kreatif siswa, dilakukan analisis hubungan kausal dengan menggunakan model persamaan struktural, dengan program LISREL (Linear Structural Relations) yang diciptakan oleh Joreskog, dkk.
Penelitian dilakukan di SMU Negeri 70, yaitu salah satu SMU Unggulan di Jakarta, yang memiliki fasilitas pendidikan yang cukup memadai, guru-guru yang berpengalaman, dan siswanya pernah menjuarai atau mendapat penghargaan berbagai lomba yang berkaitan dengan kreativitas.
Responden seluruhnya 616 orang siswa dan didukung oleh 8 orang guru yang mengajar siswa-siswa tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes kreativitas verbal dan tes kreativitas figural kepada siswa, pemberian kuesioner dan skala sikap kepada siswa, serta memberikan kuesioner dan skala sikap kepada guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model teoritik yang diajukan sesuai (fit) untuk menjelaskan kreativitas siswa. Selain itu, faktor pribadi kreatif, yang tercermin dalam sikap kreatif siswa, merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap kreativitas siswa, terutama terhadap banyaknya produk / karya kreatif siswa di sekolah tersebut. Sikap kreatif siswa tersebut ditunjang pleb indikator yang kuat dari kepercayaan pada gagasan sendiri, kebebasan dalarn penilaian, dan keterlibatan dalam tugas.
Faktor proses kreatif, yang dilihat melalui kemampuan berfikir verbal dan kemampuan berfikir figural, ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produk kreatif siswa. Salah satu kemungkinan yang dapat diajukan dari kejadian tersebut adalah hanya sebesar 14,6 % dari seluruh siswa yang memiliki skor dengan kriteria di atas rata-rata dan sebesar 4,7 % siswa memiliki skor dengan kriteria tinggi pada tes yang lama. Pada kemampuan berfikir figural, sebesar 15,7 % siswa memiliki skor dengan kriteria di atas rata-rata dan sebesar 5,2 % siswa memiliki skor dengan kriteria tinggi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor pendorong kreatif, dalam hal ini adalah macam-macam kegiatan kreatif siswa di sekolah ternyata berpengaruh secara signifikan dengan produk kreatif siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah produk kreatif siswa tergantung dari berapa banyak siswa tersebut mengikuti kegiatan di sekolah yang bersifat kreatif.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap siswa terhadap teman sebaya yang kreatif tidak berpengaruh terhadap produk kreatif siswa Hal ini dapat dimungkinkan karena sebesar 53,6 % siswa mempunyai sikap yang kurang mendukung terhadap teman sebaya yang kreatif.
Dari segi guru dapat diungkapkan bahwa sikap guru terhadap 4 P pengembangan kreativitas tidak berpengaruh secara signifikan dengan produk kreatif siswa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa guru sebagai faktor pendorong kreatif, sikapnya belum mendorong kreativitas kreatif siswa. Sikap guru terhadap 4 P pengembangan kreativitas tidak cukup untuk menjelaskan peranannya terhadap produk kreatif siswa. Cara mengajar guru diduga juga berperan terhadap kreativitas siswa, namun cara mengajar guru tidak diteliti.
Macam-macam kegiatan kreatif guru di sekolah, juga tidak mempunyai dampak yang positif terhadap produk kreativitas siswa. Kemungkinan yang dapat diajukan adalah kurangnya frekuensi guru dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kreatif di sekolah sehingga peran guru sebagai salah satu faktor pendorong kreatif tidak menunjukkan pengaruh jika mereka sendiri jarang mengikuti kegiatan yang bersifat kreatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor pribadi kreatif, yaitu sikap kreatif siswa dan faktor pendorong kreatif, yaitu macam-macam kegiatan kreatif siswa di sekolah, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produk kreatif siswa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Rudyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara berpikir kreatif dalam musik dengan keberhasilan pendidikan musik, inteligensi dan kreativitas pada murid-murid Sekolah Musik Yayasan Musik Indonesia (YMI). Pada pendidikan di Sekolah Musik, hubungan antara kreativitas dan prestasi musik sangat erat. Tinggi/rendahnya kreativitas musik akan mempengaruhi prestasi murid. Kreativitas musik adalah kemampuan berpikir kreatif dalam musik yang tercermin dalam aspek 'musical flexibility', 'musical originality', 'musical syntax' dan 'musicalextensiveness'. Sedangkan prestasi musik adalah nilai yang diperoleh siswa atas dasar penilaian guru terhadap les murid sehari-hari. Penilaian itu mencakup 'hearing', 'sight reading', `improvisasi`, 'aransemen' dan 'performance'.
Subyek penelitian adalah murid-murid Sekolah Musik YMI yang telah mengikuti pendidikan musik kira-kira dua tahun dan berusia 10-15 tahun. Alat penelitian yang dipakai adalah alat ukur berpikir kreatif dalam musik ciptaan Webster dari USA. Oleh karena itu alat ini diadaptasi terlebih dahulu untuk penggunaan di Indonesia. Alat tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia lalu di uji coba apakah dimengerti dan sesuai dengan budaya anak-anak Indonesia. Selain itu dicari keterandalan dan kesahihannya. Alat penelitian lain yang dipakai adalah CFIT (Culture Fair Intelligence Test) skala 2 bentuk A, tes kreativitas verbal paralel I dan tes kreativitas figural. Ketiga tes ini dipakai dalam rangka melihat hubungan antara berpikir kreatif dalam musik dengan inteligensi dan kreativitas umum.
Hasil penelitian menunjukkan :
  1. Korelasi antara skor berpikir kreatif dalam musik yang tercermin dalam skor 'musical flexibility' (MF), 'musical originality' (MO), 'musical syntax' (MS) dan murid Sekolah Musik YMI tergolong tinggi.(=.63355).
  2. Korelasi MF, MO, MS, ME sebagai satu tes keseluruhan terhadap tes inteligensi (CFIT) dimana efek usia dikontrol adalah kecil (=.21587) dan tidak signifi - kan.
  3. Korelasi MF,MC,MS,ME sebagai satu tes keseluruhan terhadap tes kreativitas verbal (TKV) dimana efek usia dikontrol menjadi kecil (=.05855) dan tidak signifikan.
  4. Korelasi MF, MO, MS, ME sebagai satu tes keseluruhan terhadap tes kreativitas figural (TKF) dimana efek usia dikontrol adalah sangat kecil (=.03251) dan tidak signifikan.
Penulis menyarankan untuk meninjau kembali dan mempersingkat sistem tes berpikir kreatif dalam musik meneliti pengaruh atau mengontrol faktor pribadi, motivasi dan lingkungan. Selain itu mengkaitkan dengan tujuan khusus para musisi seperti 'music composition', musical extensiveness' (ME) dengan prestasi musik 'music performance' dan 'music analysis'. Saran lain menyangkut jumlah subyek penelitian, usia subyek penelitian, variasi jenis pendidikan musik yang ditempuh murid dan lokasi pelaksanaan penelitian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Mulyadi
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rangsangan pengembangan kreativitas kepada anak-anak usia prasekolah (46 tahun) yang mengikuti kegiatan di beberapa Taman Kanak-kanak di Jakarta.
Menyadari akan anti penting kreativitas bagi upaya pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, khususnya melalui perangsangan sejak usia dini pada anak-anak usia prasekolah, maka peneliti mencoba untuk menyusun suatu paket pelatihan pengembangan kreativitas bagi anak usia prasekolah.
Paket ini terdiri dari dua macam, pertama adalah paket pelatihan pengembangan kreativitas untuk anak; dan kedua adalah Paket pelatihan cara pengembangan kreativitas anak bagi ibu, agar dapat mengupayakan pengembangan kreativitas anaknya di rumah melalui kegiatan bermain.
Dalam pelaksanaannya, kelompok penelitian dibagi empat kelompok yaitu: (1) Kelompok anak memperoleh pelatihan dan ibu juga memperoleh pelatihan (AP-IP), (2) Kelompok anak memperoleh pelatihan tetapi ibu tidak memperoleh pelatihan (AP-ITP), (3) Kelompok anak tidak memperoleh pelatihan tetapi ibu memperoleh pelatihan (ATP-IP), (4) Kelompok anak tidak memperoleh pelatihan dan ibu juga tidak memperoleh pelatihan (ATP-ITP).
Sebelum pelatihan dimulai, kepada semua kelompok diberikan prauji Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT) Figural Form A. Kemudian kelompok (1) dan (2) memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas anak, sementara kelompok (1) dan (3) ibunya memperoleh paket pelatihan cara pengembangan kreativitas anak. Pada kelompok (2), ibunya tidak memperoleh paket pelatihan, pada kelompok (3) anak tidak memperoleh paket pelatihan dan pada kelompok (4) baik anak maupun ibu tidak memperoleh paket pelatihan. Pada akhir masa pelatihan, seluruh kelompok penelitian memperoleh pascauji TTCT Figural Form-A.
Sampel penelitian ini adalah anak usia 4-6 tahun yang mengikuti kegiatan di beberapa Taman Kanak-kanak di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga buah hipotesis kerja ternyata ketiga-tiganya dinyatakan diterima. Hipotesis tersebut adalah :
Hipotesis Kerja I :
Peningkatan kreativitas pada anak usia prasekolah yang telah memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas secara bermakna Iebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kreativitas anak usia prasekolah yang tidak memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas.
Hipotesis Keria II :
Peningkatan kreativitas pada anak usia prasekolah yang ibunya telah memperoleh pelatihan cara pengembangan kreativitas anak secara bermakna Iebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kreativitas anak usia prasekolah yang ibunya tidak memperoleh pelatihan cara pengembangan kreativitas anak.
Hipotesis Kerja III :
Ada interaksi yang bermakna antara pemberian pelatihan pengembangan kreativitas anak dan pemberian pelatihan cara pengembangan kreativitas anak terhadap ibu dalam upaya peningkatan kreativitas anak usia prasekolah.
Secara keseluruhan berdasarkan basil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kreativitas anak usia prasekolah dapat ditingkatkan dengan upaya pengembangan kreativitas melalui kegiatan bermain; apakah dilakukan melalui pendekatan terhadap anak maupun ibu.
Efek pengembangan kreativitas akan menjadi maksimal apabila upaya pengembangan kreativitas pada anak usia prasekolah dilakukan melalui pendekatan terhadap anak dan ibu sekaligus.
Untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang, peneliti menyarankan agar juga dilibatkan anak-anak Taman Kanak-kanak di desa dan di tempat-tempat terpencil, anak-anak usia prasekolah yang tidak sempat mengikuti kegiatan Taman Kanak-kanak, serta melakukan penelitian mengenai potensi ibu dalam upaya pengembangan kreativitas anak di rumah.
Untuk penerapan paket pelatihan pengembangan kreativitas disarankan agar dapat dilaksanakan pada waktu liburan atau sore hari setelah jam sekolah dan dipertimbangkan penyusunan paket pelatihan yang diterapkan dalam waktu yang Iebih singkat namun dengan hasil yang lebih intensif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D220
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fogler, H. Scott
New York: Prentice-Hall, 2008
153.43 FOG s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Starko, Alane Jordan
New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2005
370.157 STA c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Thatchenkery, Tojo
San Francisco: Berrett-Koehler, 2006
153.3 THA a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sawyer, R. Keith
Oxford: Oxford University Press, 2006
153.35 SAW e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1966
770.8 PHO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>