Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masyati
"Perkampungan Budaya Betawi adalah salah satu aset daerah dalam bentuk objek wisata. Perkampungan Budaya Betawi memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata andalan di Jakarta, namun sejak pembangunannya pada tahun 2001 sampai saat ini belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini di tandai dengan masih rendahnya pemanfaatan Perkampungan Budaya Betawi sebagai sarana pariwisata di lihat dari jumlah kunjungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi unsur-unsur pariwisata Perkampungan Budaya Betawi serta mengetahui dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan perkampungan Budaya Betawi sebagai Aset Pariwisata. Dari hasil analisis deskriptif terhadap persepsi 200 responden mengenai kondisi unsur-unsur pariwisata, dapat diketahui bahwa dari 31 unsur-unsur pariwisata, secara umum unsur-unsur pariwisata Perkampungan Budaya Betawi berada pada kondisi cukup memadai/cukup menarik, kecuali unsur souvenir, taman bermain, sarana angkutan umum, jalan di dalam Perkampungan Budaya Betawi dan kebersihan berada pada kondisi kurang menarik/kerang memadai/cukup sulit/kurang baik.. Sementara kondisi ketersediaan air bersih sudah memadai. Dari hasil analisis regresi diketahui ada 3 faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Perkampungan Budaya Betawi sebagai aset pariwisata. Ketiga faktor tersebut adalah faktor Objek Wisata Unggulan Satu, faktor Objek Wisata Unggulan Dua dan sarana ibadah serta Promosi. Adapun persamaan yang dapat dibentuk dari model tersebut adalah : Y = Pemanfaatan = -2.727 + + 0,418 Objek Wisata Unggulan Satu + 0.512 Objek Wisata Unggulan Dua + 0,185 Promosi. Saran yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan pemanfaatan Perkampungan Budaya Betawi sebagai aset pariwisata, maka perlu ditingkatkan pada faktor objek wisata Objek Wisata Unggulan 1, Faktor Objek Wisata Unggulan 2 dan Sarana Ibadah serta Faktor Promosi.

Regional assets become very important economic resources to a region. Regional assets can be the sources in financing regional development as long as managed and improved properly, otherwise they?re only burdening the region finance for the maintenance costs. Betawi Cultural Villages is a region asset in the form of tourist attraction. Betawi Cultural Villages has quite potential to develop as a reliable tourist attraction in Jakarta. However, since it existence from 2001, there?re hardly any significant improvements that marked by the low usage of Betawi Cultural Villages on number of visits. The aim of this research are: to find out the condition of tourism aspects at Betawi Cultural Villages, and to identified factors that influence the usage of Betawi Cultural Villages as tourism asset. By the research on 200 respondents, it found out that from 31 tourism elements, in general, Betawi Cultural Villages is in adequate condition, except the elements of souvenir, playground, public transport, road inside the area and cleanliness, meanwhile, the clean water is available in good condition. Factor Analysis is done to group new factors from those 31 tourism elements. From the analysis, it found out that there are 9 new factors improved, that labeled as: accommodation, environment and society, utility, superior tourism object #1, accessibility #1, accessibility #2, superior tourism object #2, means of religious duties, food and souvenir, promotional factor. These 9 new factors then analyzed in double linear regression analysis to find out the influence of these factors to the usage of Betawi Cultural Villages as tourism asset. By the F test of ANOVA table, can be described that independent variable (Betawi Cultural Villages tourism factors) has a significant influence to dependent variable (Betawi Cultural Villages usage as tourism asset). The t test results 3 factors influence the usage of Betawi Cultural Villages significantly. Those 3 factors are: superior tourism object #1, superior tourism object #2, and promotional factor. The equation of regression model is: Y = Usage = -2.727 + 0,418.Superior tourism object #1 + 0,512. Superior tourism object #2 + 0,185.Promotion. The recommended suggestion is: in order to improve the usage of Betawi Cultural Villages as a tourism asset, the management executive must develop superior tourism object #1, superior tourism object #2 and promotional factors."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salupuk, Rensianti Tia A
"Rambu solo’ merupakan ritual upacara kematian yang dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan pemujaan kepada arwah nenek moyang oleh masyarakat Suku Toraja. Rambu solo’ juga memiliki kaitan dengan sistem stratifikasi sosial, yaitu pelaksanaannya yang harus memperhatikan status sosial orang yang akan diupacarakan. Namun, pelaksanaan upacara adat pemakaman rambu solo’ tampaknya mulai mengalami perubahan secara perlahan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan dinamika agama dan status sosial-ekonomi yang berpengaruh terhadap perubahan pelaksanaan rambu solo’ dari masa ke masa dan implikasinya terhadap respon masyarakat Toraja dalam melihat upacara rambu solo’. Penulis menggunakan metode studi pustaka dengan melakukan telaah terhadap kajian-kajian mengenai fenomena sosial budaya yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini juga melibatkan wawancara mendalam sebagai bentuk validasi dalam melihat perubahan pelaksanaan rambu solo’ di masa sekarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan rambu solo’ mulai mengalami perubahan pada masa pasca-kemerdekaan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh masuknya agama Kristen dan adanya aktivitas merantau yang turut mengubah status sosial-ekonomi masyarakat Toraja. Lebih lanjut, perubahan tersebut kemudian menimbulkan tiga respon dan sikap yang berbeda di antara masyarakat Toraja terhadap pelaksanaan rambu solo’, yakni 1) Pelaksanaan rambu solo’ tetap pada aturan lama, dan disesuaikan dengan status sosial, 2) Pelaksanaan rambu solo’ tidak lagi hanya berdasarkan status sosial, tetapi juga kemampuan ekonomi, dan 3) Pelaksanaan rambu solo’ mulai ditinggalkan karena dianggap tidak lagi relevan, menjadi ajang adu gengsi/prestise, dan hanya bentuk pemborosan. Pada akhirnya, keberadaan upacara rambu solo’ yang semakin meningkat memicu munculnya berbagai pandangan terhadap pelaksanaannya yang juga dilakukan dengan cara berbeda-beda.

Rambu solo' is a death ceremony which is interpreted as a form of tribute to and worship of ancestral spirits by the Toraja people. Rambu solo' also associated with the social stratification system, that is, its implementation must be taken into account the social status of the person to be held the ceremony for. However, the implementation of the traditional rambu solo' funeral ceremony seems to be slowly changing. The purpose of this study is to reveal the dynamics of religion and socio-economic status that affect the changes in the implementation of rambu solo' from time to time and the implications towards the perception of the Toraja people in seeing the rambu solo’ ceremony. The author uses the literature study method by conducting a research of literatures on socio-cultural phenomena that have been carried out previously. This research also involves interviews as forms of validation in seeing changes in the implementation of rambu solo' in the present. The results showed that the implementation of rambu solo' began to change in the post-independence period. This change was influenced by the entry of Christianity and the existence of wandering activities that changed the socio-economic status of the Toraja people.. Furthermore, this change then stir different responses among the Toraja people towards the implementation of rambu solo', namely 1) the implementation of rambu solo' remained on the old rules, and was adjusted to social status, 2) the implementation of rambu solo' was no longer based solely on social status, but rather economic capability, and 3) The implementation of rambu solo’ is starting to be abandoned because it is considered no longer relevant, becomes an arena for prestige competition, and is just a form of waste. In the end, the existence of rambu solo' ceremony which keep increasing triggered the emergence of various perspectives on its implementation which was carried out in different ways."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Villa Jabbar
"Tulisan ini akan menggambarkan bentuk-bentuk perubahan sosial budaya yang terjadi pada Orang Papua pasca lebih dari 10 tahun proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) diimplementasikan di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Perubahan sosial budaya yang terjadi berawal dari proses adaptasi yang dilakukan oleh Orang Papua Asli ketika menanggapi ancaman proyek MIFEE. Proses adaptasi tersebut dilakukan melalui mengenal dan mempraktikkan cara-cara bertani sebagai upaya untuk menjaga eksistensi mereka disaat hutan dideforestasi dan dialihfungsikan menjadi lahan pertanian. Analisis yang akan dilakukan akan melihat relevansi antara proses adaptasi yang orang Papua lakukan dengan kemungkinan terjadinya perubahan sosial budaya dalam kehidupan mereka. Tulisan ini akan menggunakan studi data dokumen sebagai basis analisis dan penulisan untuk melihat bagaimana proyek pembangunan yang dilakukan secara masif, perubahan lingkungan alam, serta sistem pertanian sebagai suatu “penemuan” bagi orang Papua dapat mendorong mereka beradaptasi dan menimbulkan perubahan sosial budaya bagi kehidupan mereka. Dari studi ini telah ditemukan bahwa bentuk perubahan sosial yang terjadi pada orang Papua di Kabupaten Merauke meliputi perubahan sektor perekonomian dengan timbulnya keberagaman mata pencaharian, perubahan pada sistem pangan lokal, dan perubahan pada pola pikir yang transaksional.

This paper will describe the forms of socio-cultural change that have occurred to Papuans after more than 10 years of the Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) project being implemented in Merauke Regency, Papua Province. The socio-cultural changes that occurred began with the adaptation process carried out by indigenous Papuans when responding threats from the MIFEE project. The adaptation process is carried out through recognizing and practicing of farming methods as an effort to maintain their existence when the forest is deforested and converted into agricultural land. The analysis will look at the relevance of the Papuans adaptation process to the possibility of socio-cultural change in their lives. This paper will use document data studies as the basis for analysis and writing to see how massive development projects, changes in the natural environment, and agricultural systems as an "invention" for Papuans can encourage them to adapt and cause socio- cultural changes in their lives. From this study, it has been found that the forms of socio-cultural changes that occur to Papuans in Merauke Regency include changes in the economic sector with the emergence of livelihood diversity, changes in the local food system, and changes in transactional mindsets."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hasna Khoirunnisa
"Qat telah dikenal oleh orang-orang Afrika dan Arab Selatan sejak berabad-abad lalu. Pada orang Yaman, qat seringkali disebut sebagai ‘tanaman dari surga’. Tradisi mengunyah qat atau yang disebut takhzeen qat menciptakan interaksi sosial positif di antara masyarakat Yaman. Saat ini, tekhzeen qat telah mengalami perubahan nilai dari positif ke negatif. Pola konsumsi qat berubah dari yang bersifat hiburan menjadi kebiasaan sosial negatif. Artikel ini mengkaji perubahan nilai dalam takhzeen al-qat yang terjadi di Yaman. Teori yang digunakan adalah teori perubahan budaya dan teori krisis kemanusiaan. Metode yang digunakan adalah studi kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur. Penelitian ini menyimpulkan bahwa qat masuk dari Ethiopia sekitar abad ke-13 M dipopulerkan oleh kaum Sufi di Yaman. Pada awal kemunculannya, takhzeen qat dianggap positif oleh masyarakat Yaman. Saat krisis Yaman terjadi, takhzeen qat berubah menjadi kebiasaan sosial. Dampak negatif takhzeen qat saat krisis Yaman ialah meningkatnya malnutrisi dan kencanduan qat. Perubahan nilai dalam takhzeen qat berubah akibat adanya dorongan krisis kemanusiaan yang terjadi di Yaman. Perubahan nilai budaya takhzeen qat terjadi akibat beberapa faktor, seperti konflik sosial, adanya penemuan baru, serta masuknya budaya luar di tengah krisis kemanusiaan yang terjadi di Yaman menjadi alasan utama bergesernya nilai pada tradisi takhzeen qat.

Qat has been known by the people of Africa and South Arabia for centuries. In Yemen, qat is often referred to as ‘the plant from heaven'. The tradition of chewing qat, known as takhzeen al-qat, creates positive social interactions among Yemeni people. Currently, the cultural value of takhzeen has shifted from positive to negative. The consumption of qat has changed from being a form of entertainment to a harmful social custom. This study examines the changes in the value of the takhzeen al-qat tradition in Yemen. The theories applied in this study are the theory of cultural change theory and the humanitarian crisis. The qualitative study method is used along with data collection techniques through literature reviews. This study concludes that qat came from Ethiopia around the 13th century AD, popularized by the Sufis in Yemen. At the beginning of its appearance, takhzeen qat was considered positively by the Yemeni people. When the Yemen crisis hit, takhzeen qat turned into a social custom. The negative impact of takhzeen qat during the crisis is enhancing malnutrition cases and qat addiction. Changes in the value of takhzeen qat changed due to the impetus of the humanitarian crisis that occurred in Yemen. Changes in the cultural values ​​of takhzeen qat occur due to several factors, such as social conflicts, new discoveries, and the foreign cultures' intervention in the midst of the humanitarian crisis that occurred in Yemen become the main reasons for shifting values ​​in the takhzeen qat tradition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Charris Zubair
"An Indonesian identity of multiculturalism in the reality of pluralism. Building Indonesia has to be based on the principles of nationhood which emphasizes on justice, and not on religious hegemony, ethic, or a certain cultural background. Ethics on Pluralism and Multiculturalism are crucial for a new Indonesia with Pancasila as its ideology and Diversity in Unity as a national paradigm, besides the rich national culture within the various socio-cultural backgrounds. They have to be defended and framed in a mutual-interest dialogue."
Depok: Departemen kewilayaan FIB Universitas Indonesia, 2009
360 JUET 1:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aam Masduki
Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000
392.5 AAM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Silvi Cory
"Tesis ini membahas faktor-faktor keberhasilan Korea Selatan dalam menghadapi krisis finansial global 2008 yang telah mengakibatkan permasalahan ekonomi di negara ini, yang mana faktor-faktor ini akan dilihat dari dua sudut pandang yaitu faktor internal (domestik) dan faktor eksternal (internasional). Pembahasan tesis ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan Korea Selatan dalam menghadapi krisis finansial global 2008 tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal Negara ini. Kebijakan pemerintah pada tiga sektor utama ekonomi negara ini (perdagangan, industri dan finansial), keberadaan pihak swasta (chaebol), serta baiknya sistem domestik market dan budaya (mindset) masyarakat Korea Selatan merupakan faktor internal yang memberikan kontribusi bagi Korea Selatan dalam membangun kembali perekonomiannya. Sedangkan dari sisi eksternal, membaiknya kondisi ekonomi global yang didukung oleh keberadaan Negara-negara ekonomi berkembang dengan peningkatan pergerakan masyarakat middle class yang diiringi oleh baiknya iklim konsumsi masyarakat global, serta kemunculan pertumbuhan ekonomi Cina dan permintaan masyarakat global terhadap produk digital dan ICT, telah menjadi kondisi yang ikut memberikan kontribusinya bagi perekonomian Korea Selatan karena negara ini merupakan negara yang fokus akan perdagangan (ekspor) sehingga menuntut negara ini untuk senantiasa memiliki hubungan dengan ekonomi dan masyarakat global.

This thesis is about the determinant factors of South Korea?s economic achievement in facing the global financial crisis of 2008 which heve caused economic unstability in this country. These determinant factors are categorized in two conditions, internal (domestic) factors and external (international) factors. This thesis based on qualitative one and use descriptive analysis technique. The result of this thesis shown that South Korea?s achievement in facing the global financial crisis of 2008 are besed on internal factors and external factors. South Korean government policies in three main economic sectors (trade, industry and financial), South Korean businessmen (chaebol), domestic market conditions and South Korean culture (mindset), are internal factors of South Korea achievement to rebuild its economy. Therefore, in external conditions, the stability of global economic conditions which supported by the present of emerging economic countries in international system with the incresing of meddle class global community and their comsumtion conditions, the present of China, and global order to digital and ICT products, have been give the contribution to South Korea economic growth. This is because South Korea is a country which has the strong tendency and depency in global trade (export), so it makes South Korea normally has the correlation with global economy and global consumers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30081
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"the research incorporates a generational study with an emphasis on
the opinions, attitudes and beliefs of the female respondents themselves, which
are compared and contrasted with those of their mothers. In essence the
research explores the impacts of industrialization on the culturally grounded
status of women in West Java and around Bonjoran in 1996/97. Status of
women is analyzed in terms of decision making power in the household, control of income, control of young women's human resource (factory labour) and
within the reaim of gender relation in Banjarun, both in the household and the
village. The 'social' and economic' impacts and outcomes of industrial
development upon cultural values, attitudes and traditional employment of
women are important to the demographic impacts apparent in the findings of
this paper.
"
Journal of Population, Vol. 3 No. 2 1997 : 139-158, 1997
JOPO-3-2-1997-139
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni Alvita Diera
"Tugas akhir ini membahas dampak sosial dan budaya penutupan Lokalisasi Sunan Kuning tahun 2019. Sunan Kuning merupakan lokalisasi yang didirikan pada 1966 oleh Pemerintah kota Semarang sebagai upaya mengontrol penyebaran prostitusi di Semarang. Lokalisasi Sunan Kuning mengalami berbagai dinamika dalam perjalannya. Pada 1983, ada upaya pemindahan lokalisasi ke Pudakpayung, Semarang Selatan, namun mengalami kemacetan. Pasca upaya pemindahan tersebut, wacana penutupan penutupan lokalisasi mulai muncul pada tahun 2003, 2005, 2010, namun belum ada yang terealisasi. Wacana penutupan kembali menguat pada tahun 2014 yang akhirnya berhasil dilakukan pada tahun 2019. Dari latar belakang tersebut, memunculkan masalah penelitian yaitu faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya dinamika dalam upaya penutupan lokalisasi Sunan Kuning. Upaya penutupan itu disebabkan oleh wilayah sekitar SK yang mulai ramai pemukiman. Kemudian faktor-faktor apa yang menyebabkan Sunan Kuning berhasil ditutup pada tahun 2019. Polemik penutupan ini menarik untuk dikaji dengan menggunakan perspektif sejarah dengan mengangkat bagaimana kebijakan penutupan Pemerintah Kota Semarang terhadap lokalisasi ini. Berkaitan dengan masalah penelitian itu, dengan menggunakan metode sejarah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indikator-indikator keberhasilan dan kegagalan dalam dinamika penutupan Sunan Kuning. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan lebih mengenai prostitusi, terutama sejarah lokalisasi Sunan Kuning serta mengenai regulasi pemerintah Semarang terhadap Sunan Kuning. Selain itu, diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi baik bagi pemerintah pusat dan pemerintah Kota Semarang kedepannya untuk menangani kasus prostitusi.

This final assignment discuss about social and culture effect caused by closing of Sunan Kuning localization. Sunan Kuning is localization which build in 1966 by Semarang City Goverment for controlling spread of prostitution in Semarang. Sunan Kuning face many dynamics. Especially in 1983, when this localization will moved to Pudakpayung, South Semarang, but fail. After the government trying to move localization, the government efforts to close it were implemented starting from 2003, 2005, 2010, but have never been successful. The closing discourse strengthened again in 2014 which was finally closed in 2019. From that background, the main topic of this research is what are the factors which caused the dynamics in the efforts to close the localization of Sunan Kuning and what are the factors caused Sunan Kuning to be successfully closed in 2019. This closure polemic is interesting to study using a historical perspective by raising the policy of the Semarang City Government's closure of this localization. Connected with the main topics, by using Historical Method Research, the purpose of this research is to find out what are the indicators that made successfully also fail in the dynamics of closing Sunan Kuning. This research is expected to provide more knowledge about prostitution, especially the history of the localization of Sunan Kuning and the Semarang government's regulation of Sunan Kuning. In addition, it is expected to be able to become an evaluation material for both the central government and the Semarang City government in the future to handle prostitution cases."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Christina Magdalena Tarihoran
"COVID-19 telah menjadi pandemi global dan hal ini menimbulkan rasa ketakutan dalam masyarakat. Rasa takut ini membawa perubahan dalam gaya hidup maupun pengambilan keputusan terkait dengan adanya risiko, khususnya dalam hal berwisata. Perubahan-perubahan ini terjadi berbeda-beda setiap individu, berkaitan dengan bagaimana kepribadian mereka masing-masing. Penelitian ini mengkaji hubungan Big Five Personality terhadap Risk Attitude dan Travel Intention serta pengaruh Fear of Covid terhadap Travel Anxiety, Risk Attitude dan Travel Intention. Penelitian ini dilakukan dengan metode non-probability purposive sampling dengan total 462 orang responden berusia 17 tahun keatas dan sudah pernah atau sedang merencanakan perjalanan wisata selama masa pandemic COVID-19 berlangsung. Partial Least Squares - Structural Equation Modeling (PLS-SEM) digunakan untuk menganalisis penelitian ini dan ditemukan bahwa hubungan antara fear of COVID-19 terhadap travel intention menunjukkan hasil yang signifikan, namun hubungan antara fear of COVID-19 terhadap risk attitude adalah tidak signifikan. Personality juga ditemukan mempengaruhi travel intention baik secara direct maupun indirect, kecuali untuk traits agreeableness dan neuroticism.

COVID-19 has become a global pandemic and this creates a sense of fear in society. This fear brings changes in lifestyle and decision making related to risk, especially in terms of traveling. These changes occur differently for each person, related to how their respective personalities are. This study examines the relationship of the Big Five Personality to Risk Attitude and Travel Intention and the effect of Fear of Covid on Travel Anxiety, Risk Attitude and Travel Intention. This research was conducted using a non-probability purposive sampling method with a total of 462 respondents aged 17 years and over and had been or were planning a tourist trip during the COVID-19 pandemic. Partial Least Squares - Structural Equation Modeling (PLS-SEM) was used to analyze this study and it was found that the relationship between fear of COVID-19 and travel intention showed significant results, but the relationship between fear of COVID-19 and risk attitude was not significant. Personality was also found to influence travel intention both directly and indirectly, except for the agreeableness and neuroticism traits."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>