Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Nursanti
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat respons saksi dalam perilaku cyberbullying. Dalam penelitian ini, terdapat dua studi korelasional yang dilakukan. Studi 1 berkaitan dengan respons saksi yang dilihat berdasarkan faktor individu dan melalui pendekatan Theory of Planned Behavior TPB . Penelitian ini dilakukan dengan responden sejumlah 117 mahasiswa dari beberapa universitas yang terdapat di Jabodetabek. Sementara itu, SEM PLS digunakan untuk menganalisis prediksi keseluruhan model TPB mengenai respons saksi di dalam cyberbullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku dapat memprediksi intensi. Di antara ketiga variabel tersebut, sikap adalah variabel paling dominan yang memengaruhi respons saksi. Selanjutnya, ditemukan bahwa faktor kondisi ragam relasi saksi memiliki peranan dalam hubungan antara intensi dan respons saksi terhadap cyberbullying. Pada studi ke-2, peneliti memasukkan ragam relasi sebagai moderator antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku. Pada studi 2 tersebut, ditemukan bahwa dari keempat kondisi ragam relasi saksi dengan pelaku dan korban, kondisi relasi saksi tidak mengenal pelaku dan korban adalah kondisi yang paling memengaruhi hubungan antara sikap dengan intensi. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi dan menghentikan perilaku cyberbullying, perlu dilakukan penguatan diri personal melalui sikap setiap individu. Penguatan diri personal tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran diri mengenai bahaya cyberbullying. Untuk melaksanakan hal tersebut, diperlukan peran dan dukungan dari orang-orang di lingkungan sekitar individu; seperti kepedulian menciptakan susana sehat. Perilaku saling menghargai dan menghormati dalam berinteraksi di dunia maya menjadi cerminan tingginya norma subjektif. Di samping itu, persepsi kendali perilaku dapat ditumbuhkan dengan cara meningkatkan kemampuan asertif, empati, kepedulian sosial, dan membangun relasi yang baik terhadap sesama.

This study examines the response of bystander in cyberbullying. There are two correlational studies conducted. Study 1 relates to bystanders 39; s response viewed by individual factors and through the Theory of Planned Behavior TPB approach. This research was conducted with respondents of 117 students from several universities located in Jabodetabek. Meanwhile, SEM PLS was used to analyze the overall prediction of the TPB model of bystander response in cyberbullying. The results show that attitudes, subjective norms, and perceived behavioural control can predict the intention. Among the three variables, attitudes are the most dominant variables that influence the response of bystander. Furthermore, it was found that the variation factor of the bystander relation relationship had a role in the relationship between the intention and the bystander response to cyberbullying. In the second study, the researcher included the variety of bystander relationships as moderators between attitudes, subjective norms, and perceived of behavioural control. In the second study, it was found that from the four conditions of the various relations of a bystander with the perpetrators and victims, the condition of the bystander relation did not recognise the perpetrator and the victim was the condition that most affected the relationship between attitude and intention. The implications of the study are to reduce and to stop cyberbullying behaviour; it is necessary to strengthen the personal self through the attitude. Growing self-awareness can do personal self-reinforcement about the dangers of cyberbullying. Furthermore, the role and support of people in the individual 39;s surroundings are required; such as caring to create a good internet sharing. The behaviour of mutual respect and respect in interacting in the virtual world becomes a reflection of the high subjective norm. Also, perceived of behavioural control can be grown by increasing assertiveness, empathy, social awareness, and building good relationships with others."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2462
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femmy Win Thussaadyah
"Perundungan siber termasuk kejadian traumatis yang masih banyak ditemukan saat ini. Dampak yang ditimbulkan cukup serius, seperti gangguan kesejahteraan mental dan kesehatan fisik. Pengungkapan merupakan salah satu metode penanganan yang bisa membantu korban perundungan siber pulih hingga mengalami posttraumatic growth. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth. Penelitian ini melibatkan 77 dewasa muda berusia 18 – 29 tahun yang pernah mengalami perundungan siber. Metode yang digunakan analisis regresi linear. Penelitian ini menemukan adanya peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth (F(1,76) = 4,228, p<,05, R2 = 0,053).
......Cyberbullying is one of the most common traumatic incidents to be found today. The impacts are quite serious, such as disruption to mental and physical health. Disclosure is a method of treatment that can help victims of cyberbullying recover until they experience posttraumatic growth. This study was conducted to examine the role of disclosure on posttraumatic growth. This research involved 77 young adults aged 18-29 who had experienced cyberbullying. The method used is linear regression analysis. This study found that disclosure had a role in posttraumatic growth (F(1.76) = 4.228, p<.05, R2 = 0.053)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiyah
"Pada tahun 2017 sebanyak 69% anak muda diketahui pernah melakukan cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Perilaku ini tidak hanya terjadi pada remaja tetapi juga dewasa. Penelitian menemukan bahwa cyberbullying memiliki hubungan dengan kepribadian Dark Triad (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) dan harga diri (Pyżalski, 2012). Kepribadian Dark Triad terdiri dari 3 sifat yaitu Psikopati, Machiavellianisme, dan Narsisisme. Pada penelitian ini kepribadian Dark Triad diukur pada tingkat subkilinis. Semakin tinggi kepribadian Dark Triad seseorang maka semakin tinggi kecenderungan melakukan cyberbullying. Pada kepribadian Dark Triad individu memiliki harga diri yang tinggi. Sementara, harga diri yang tinggi akan berkorelasi dengan perilaku cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran harga diri sebagai mediator dalam hubungan antara kepribadian Dark Triad dan kecenderungan cyberbullying pada usia dewasa awal. Partisipan penelitian terdiri dari 292 partisipan dengan rentang usia 20-35 tahun. Hasil analisis mediasi dengan menggunakan PROCESS menemukan bahwa harga diri memediasi secara signifikan terhadap hubungan antara sifat Psikopati dan Narsisisme dan cyberbullying.

In 2017 a survey found that 69% of young people did cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Cyberbullying does not only occur in adolescents but also adults. Previous research found that cyberbullying had a relationship with Dark Triad personality (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) and self-esteem (Pyżalski, 2012). The Dark Triad personality consists of 3 characteristics, namely Psychopathy, Machiavellianism, and Narcissism. In this study Dark Triad personality measured in subclincial population. People who have higher Dark Triad personality will have higher tendency to cyberbullying. Individuals in Dark Triad personality have high self-esteem. High self-esteem correlates with cyberbullying. This study aims to see the role of self-esteem as a mediator in the relationship between Dark Triad personality and cyberbullying in early adulthood. The study participants consisted of 292 participants with an age range of 20-35 years. Researcher used Cyberbullying Scale, Rosenberg Self-Esteem Scale and Short Dark Triad Scale for measurement tools. The results of mediation analysis using PROCESS found that self-esteem mediated significantly in relationship between Psychopathic and Narcissistic traits with cyberbullying."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Fajriati
"Perkembangan penggunaan internet di Indonesia terus berkembang pesat membawa berbagai dampak bagi kehidupan remaja, baik dampak positif maupun dampak negatif seperti perundungan di dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dari kejadian perundungan maya dan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang terjadi pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan mengambil sampel 296 siswa SMA Negeri 7 Kota Cirebon. Hasilnya 42% responden pernah mengalami kejadian perundungan maya, baik sebagai pengamat, korban, maupun sebagai pelaku dengan 58% responden pernah menjadi pengamat (bystander) dalam kejadian perundungan maya, 31% responden pernah menjadi korban perundungan maya, dan 7% responden lainnya pernah menjadi pelaku kejadian perundungan maya. Selain itu, hasil pengukuran depresi, kecemasan, dan stres didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang normal. Namun, terdapat pula responden berada pada tingkat depresi sangat parah sebanyak 5 orang (1,7%), tingkat kecemasan sangat parah sebanyak 23 orang (7,8%), dan tingkat stres sangat parah sebanyak 4 orang (1,3%). Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk melihat hubungan antara kejadian perundungan maya dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres dan juga dilakukan dalam populasi yang lebih besar.
......The development of internet use in Indonesia continues to grow rapidly, bringing various impacts on the lives of adolescents, both positive and negative impacts such as bullying in cyberspace. This study aims to see an overview of the incidence of cyberbullying and the levels of depression, anxiety, and stress that occur in adolescents. This study used a cross-sectional research design by taking a sample of 296 students of SMA Negeri 7 Cirebon. The result is that 42% of respondents have experienced cyberbullying, both as bystander, victims, and as cyber bullies with 58% of respondents having been bystanders in cyberbullying, 31% of respondents have been victims of cyberbullying, and 7% of other respondents have been cyber bullies. In addition, the results of measuring depression, anxiety, and stress showed that most respondents had normal levels of depression, anxiety, and stress. However, there were also 5 respondents (1.7%) with very severe depression, 23 (7.8%) very severe anxiety levels, and 4 (1.3%) very severe stress levels. For the next study, it is recommended to look at the relationship between the incidence of cyberbullying and levels of depression, anxiety, and stress as well as in larger populations"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library