Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johana Aprilia
Abstrak :
Anak tunarungu seringkali didapati mengalami keterlambatan fungsi kognitif yang berakibat pada keterlambatan pencapaian akademis, namun keterlambatan tidak terjadi pada visual-spatial working memory, yang biasa digunakan dalam pemecahan soal matematika. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa visual-spatial working memory pada anak tunarungu berbeda akibat metode komunikasi anak tunarungu yang mengandalkan penglihatan. Sedikit penelitian yang memperlihatkan gambaran kapasitas visual-spatial working memory secara utuh pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat. Penelitian ini memperlihatkan gambaran tersebut yang didapat melalui pengisian kuesioner mengenai penggunaan metode komunikasi dan pengukuran visual-spatial working memory pada 30 anak tunarungu kelas 3-6 SD. Pengisian kuesioner dilakukan oleh orang tua, dan pengukuran visual-spatial working memory dilakukan dengan anak memainkan Lion Game melalui Zoom call. Hasil penelitian menunjukkan mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu dengan metode komunikasi oral sebesar 0,432 (SD=0,151) dengan level 2,55. Mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi total sebesar 0,453 (SD=0,153) dengan level 2,53. Terakhir, mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi bahasa isyarat sebesar 0,397 (SD=0,128) dengan level 3,25. Dari hasil penelitian ini diketahui kapasitas visual-spatial working memory pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat belum maksimal.
Children with hearing impairment or deaf usually experience cognitive function delays, but not in visual-spatial working memory which commonly used in mathematical problems. Previous studies discovered that the visual or spatial working memory in deaf children is different due to the communication methods that rely on vision. This study describes deaf childrens visual-spatial working memory by measuring the visual-spatial working memory of 30 deaf children in grade 3-6 elementary school and identifying their communication methods through questionnaires. Questionnaires are filled in by the parents of deaf children. The visual-spatial working memory measurement utilizes the Lion Games through Zoom meetings. This study shows that the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with oral communication is 0.432 (SD=0.151) with average maximum level 2.55. Furthermore, the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with total communication is 0.453 (SD=0.153) with average maximum level 2.53, and the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children in sign language is 0.397 (SD=0.128) with average maximum level 3.25. To conclude the result, it can be argued that deaf children visual-spatial working memory span with oral, total, and sign language communication methods still not reach the maximum point.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Eka Nugraha
Abstrak :
ABSTRAK

Skripsi ini memiliki tema Strategi Coping dalam Penyesuaian Diri pada Siswa Tuna Rungu di Sekolah (Studi Deskriptif 4 Siswa Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Kelas B di SLBN 2 Jakarta) dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan strategi coping yang digunakan siswa selama mengalami masalah penyesuaian diri di sekolah yaitu dengan menggunakan strategi problem focused coping, strategi emotion focused coping, dengan dipengaruhi oleh faktor internal serta faktor eksternal yang memengaruhi penyesuaikan diri selama berada di SLBN 2 Jakarta.


ABSTRACT

The themes of this thesis is about coping strategies for adjustment of deaf students in school (descriptive study of 4 high school student class B in SLBN 2 Jakarta) with qualitative research method approach. The result of this thesis is about adjustment studies of 4 deaf students during fascinating every problems in school with problem focused coping, emotion focused coping, and every factor both internal and external that influence deaf student to choose the coping strategies to get adjust in SLBN 2 Jakarta.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Frisca Givani
Abstrak :
Latar Belakang : Gangguan pendengaran menempati urutan ketiga jumlah disabilitas terbanyak di dunia. Sebagai konsekuensinya, anak-anak tunarungu mengalami penurunan pemahaman terhadap praktik kebersihan gigi dan mulut yang mengakibatkan masalah kesehatan gigi seperti karies dan gingivitis. Upaya untuk menuju Indonesia Bebas Karies 2030 dapat dimulai dengan edukasi kepada anak. Edukasi dapat diberikan melalui media pembelajaran berupa video menyikat gigi berbahasa isyarat yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tunarungu. Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan motivasi anak tunarungu setelah menonton video menyikat gigi berbahasa isyarat di SLB-B Pangudi Luhur. Metode Penelitian: Pengambilan data dilakukan secara luring dengan studi quasi experimental menggunakan kuesioner dengan 20 pertanyaan mengenai pengetahuan dan motivasi untuk menyikat gigi pada 63 murid kelas 4-6 SD SLB-B Pangudi Luhur, Jakarta Barat. Analisis data dilakukan dengan uji beda mean non-parametrik wilcoxon menggunakan perangkat lunak statistik. Hasil: Terdapat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan yang meningkat secara signifikan dari 4,22±1,60 menjadi 9,06±1,07 setelah diberikan intervensi(p=0,001). Kemudian, terdapat perbedaan rata-rata tingkat motivasi yang meningkat secara signifikan dari 6,04±1,51 menjadi 9,30±1,58 setelah diberikan intervensi (p=0,001). Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan motivasi anak tunarungu setelah menonton video “Ayo Menyikat Gigi” di SLB-B Pangudi Luhur secara bermakna. ......Background: Hearing impairment is the third largest number of people with disabilities in the world. As a consequence, deaf children experience a decreased understanding of dental and oral hygiene practices, which results in dental health problems such as caries and gingivitis. Efforts towards a Caries-Free Indonesia by 2030 can start with education for children. Education can be provided through learning media in the form of sign language toothbrushing videos that are adapted to the needs of deaf children. Research Objective: To determine differences in the level of knowledge and motivation of deaf children after watching a sign language toothbrushing video at SLB-B Pangudi Luhur. Research Method: Data collection was carried out offline using a quasiexperimental study using a questionnaire with 20 questions regarding knowledge and motivation for brushing teeth in 63 students in grades 4-6 at SLB-B Pangudi Luhur Elementary School, West Jakarta. Data analysis was carried out using the non-parametric Wilcoxon mean difference test using statistical software. Results: There was a difference in the average level of knowledge which increased significantly from 4,22 ± 1,60 to 9,06 ± 1,07 after being given the intervention (p =0.001). Then there was a difference in the average level of motivation which increased significantly from 6,04 ± 1,51 to 9,30 ± 1,58 after being given the intervention (p = 0.001). Conclusion: In this study, it was found that there was a significant difference in the increase in knowledge and motivation of deaf children after watching the video "Ayo Menyikat Gigi" at SLBB Pangudi Luhur.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novietri
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas alat-alat kohesi yang digunakan anak tuli dan anak dengar. Penelitian ini menggunakan teori kohesi Halliday dan Hasan 1976 dan Renkema 2004 . Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah tulisan 10 anak tuli dan 10 anak dengar yang bercerita berdasarkan instrumen yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak tuli dan anak dengar memiliki kecenderungan yang sama dalam menggunakan elipsis, hiponimi, meronimi, dan kolokasi. Kecenderungan yang sama juga muncul dalam penggunaan konjungsi, kecuali konjungsi hubungan waktu yang cenderung digunakan oleh anak dengar. Penggunaan konjungsi di dalam tulisan ada yang sesuai dan tidak sesuai. Repetisi dan antonimi cenderung digunakan oleh anak tuli. Referensi dan sinonimi cenderung digunakan oleh anak dengar. Referensi persona dan demonstratif ada yang digunakan sesuai, tidak sesuai, dan acuan yang tidak jelas. Dalam menggunakan referensi persona pertama, anak tuli cenderung menggunakan referensi persona saya, sedangkan anak dengar cenderung menggunakan referensi persona aku. Selain itu, semua anak dengar menggunakan persona ketiga ia, -nya, dan mereka. Anak tuli tidak semuanya menggunakan persona ketiga. Referensi demonstratif juga banyak digunakan oleh anak dengar daripada anak tuli. Referensi demonstratif yang banyak ditemukan adalah itu dan tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi kemunculan persamaan dan perbedaan penggunaan kohesi ini adalah metode pengajaran, kemampuan anak, keluarga, dan lingkungan anak, serta bahasa isyarat yang digunakan oleh anak tuli.
ABSTRACT
This thesis investigates the cohesion devices used by deaf and hearing children. This qualitative research employs Halliday and Hasan 1976 and Renkema 2004 cohesion theory. The source of data in this research is the writings from 10 deaf and 10 hearing children telling a story about the given instrument. The output of this study indicates that the deaf and hearing children have the equal tendency in using ellipsis, hyponymy, meronymy, and collocation. The same tendency also emerges in the use of conjunctions, except time relation conjunctions, which tend to be used more by the hearing group. The use of conjunctions in the writing are not fully correct. Repetition and antonymy are used more by the deaf. Reference and synonymy tends to be used by the hearing, although some personal and demonstrative references are not correctly used and the references are sometimes not clear. In using the first person reference, the deaf children tend to use personal reference saya, while the hearing ones tend to use aku. In addition, all hearing children use the third person references ia, nya, and mereka, while not all the deaf use these third person references. Demonstrative references are also more frequently used by the hearing group instead of the deaf. The most frequently used demonstrative references are itu and tersebut. These similarities and differences in using cohesion devices are influenced by several factors, amongst which are teaching method, children rsquo s ability, family and children rsquo s environment, and sign language used by the deaf.
2016
T47028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilkish Septiyutheana
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas customer relationships management yang dilakukan oleh SLB/B Pangudi Luhur Jakarta. Sebagai lembaga pendidikan, SLB/B Pangudi Luhur Jakarta menjalankan upaya-upaya untuk membangun hubungan baik dengan orangtua murid, dengan tujuan mendapatkan dukungan yang profitable dari orangtua murid. Upaya-upaya yang dilakukan oleh SLB/B Pangudi Luhur Jakarta melalui sarana komunikasi dan interaksi. Komunikasi dan interaksi yang dilakukan SLB/B Pangudi Luhur Jakarta sebagai upaya menjalin hubungan baik dengan orangtua murid merupakan bentuk dari fungsi customer relationships management. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana SLB/B Pangudi Luhur Jakarta menjalankan aktivitas customer relationships management dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan paradigma konstruktivisme. Melalui pendekatan ini, peneliti melihat informasi yang diberikan objek peneliti dianggap sebagai realitas. Hasil dari penelitian ini adalah, SLB/B Pangudi Luhur Jakarta melaksanakan komunikasi dan interaksi dengan orangtua tanpa dilandasi oleh penyusunan dan perencanaan strategi, sehingga dapat dikatakan bahwa SLB/B Pangudi Luhur Jakarta tidak menerapkan customer relationships management. Namun hubungan baik yang tercipta antara SLB/B Pangudi Luhur Jakarta dengan orangtua merupakan bentuk dari fungsi customer relationships management yang berjalan secara natural.
This study discusses the activities of customer relationships management conducted by SLB B Pangudi Luhur Jakarta. As an educational institution, SLB B Pangudi Luhur Jakarta carries out efforts to build good relationships with parents, with the aim of obtaining a profitable support from parents. Efforts made by SLB B Pangudi Luhur Jakarta through communication and interaction with parents. Communication and interaction conducted by SLB B Pangudi Luhur Jakarta as an effort to establish good relationship with parents is a form of customer relationships management function. This study aims to find out how SLB B Pangudi Luhur Jakarta implement customer relationship management activities using a descriptive qualitative approach with constructivism paradigm. Through this approach, researchers see the information given the object of the researcher regarded as reality. The result of this research is SLB B Pangudi Luhur Jakarta implement communication and interaction with parents without based on the preparation and planning strategy, so it can be said that SLB B Pangudi Luhur Jakarta do not apply customer relationships management. But the good relationship created between SLB B Pangudi Luhur Jakarta with parents is a form of customer relationships management function that runs naturally.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiya Puji Lestari
Abstrak :
Efikasi diri orang tua dapat berkontribusi pada pola pengasuhan anak tunarungu yang dapat berdampak pada tingkat ketergantungan perawatan diri pada anak. Orang tua dengan efikasi diri yang rendah menyebabkan ketidakyakinan dalam menyelesaikan tugas pengasuhan pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri orang tua dengan tingkat ketergantungan perawatan diri pada anak tunarungu. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan metode cross sectional dengan pengambilan data menggunakan teknik total sampling berjumlah 100 responden orang tua yaitu ayah atau ibu dengan anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pangudi Luhur Jakarta Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri orang tua dengan tingkat ketergantungan perawatan diri pada anak tunarungu (p = 0,001; α = 0,05). Peneliti merekomendasikan terkait program yang dapat diaplikasikan kepada orang tua anak tunarungu yaitu seperti parent support group yang berfungsi untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan meningkatkan mekanisme koping yang baik pada saat merawat anak berkebutuhan khusus sehingga dapat membantu meningkatkan kemandirian pada anak tunarungu.
Self-efficacy of parents can contribute to the pattern of care for deaf children which can have an impact on the level of self-care dependence on children. Parents with low self-efficacy cause uncertainty in completing parenting tasks for children. This study aims to determine the relationship between self-efficacy of parents with the level of self-care dependence on deaf children. This study used a descriptive design with cross sectional method with data collection using a total sampling technique totaling 100 elderly respondents namely father or mother with deaf children at Pangudi Luhur Special School in West Jakarta. The results of this study indicate that there is a relationship between parents self-efficacy and the level of self-care dependence on deaf children (p = 0.001; α = 0.05). The recommendations of researchers regarding the program that can be applied to parents of deaf children, such as the parent support group which functions to share knowledge, experience, and improve coping mechanisms that are good when treating children with special needs so that they can help increase independence in deaf children.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Rahmiyati Putri
Abstrak :

Kemampuan bahasa semantik adalah kemampuan pemahaman bahasa yang seringkali berkaitan dengan pemahaman mengenai kosakata. Kemampuan ini memiliki peran untuk membantu proses belajar anak. Anak tunarungu menemui hambatan dalam mengembangkan kemampuan bahasa semantiknya, dan hal ini bisa dipengaruhi oleh metode komunikasi yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh gambaran tentang perkembangan bahasa semantik anak tunarungu yang menggunakan tiga metode komunikasi, yaitu oral, bahasa isyarat, dan komunikasi total. Sebanyak 30 anak tunarungu kelas 3-6 SD yang sudah mampu membaca beserta orang tuanya menjadi partisipan dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan secara online menggunakan PPVT 4th ed untuk mengukur kemampuan bahasa semantik dan Kuesioner Metode Komunikasi. Hasil analisis menggunakan exploratory data analysis menunjukkan adanya perbedaan kemampuan bahasa semantik antar kelompok metode komunikasi dengan kemampuan bahasa semantik tertinggi di kelompok bahasa isyarat. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah partisipan, melakukan pengembangan norma PPVT 4th ed dan mengukur variabel lain yang menjadi faktor dalam menjelaskan efektivitas penggunaan metode komunikasi terhadap perkembangan kemampuan bahasa semantik.

 


Semantic language skills is language comprehension skills that are often related to understanding vocabulary. Who has a role to help children's learning processes. Deaf Children have obstacles in developing their semantic language skills, and this can be influenced by their communication methods. This study aims to obtain an overview of the semantic language development of deaf children using three methods of communication, that is oral, sign language, and total communication. A total of 30 deaf children from grade 3-6 elementary school who were able to read and their parents became participants in this study. The study was conducted online using PPVT 4th ed to measure semantic language skills and the Communication Method Questionnaire. The results of exploratory data analysis show that there are differences in semantic language skills between groups of communication methods and the highest semantic language skills in sign language groups. Future studies are suggested to increase the number of participants, make consideration to deveelop PPVT 4th ed norms and measure other variables that possibly become factors in explaining the effectiveness of using communication methods for development semantic languages skill.

 

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wresty Arief
Abstrak :
ABSTRAK Anak tuli prelingual akan kehilangan fungsi mendengar dan bicara, sehingga akan berpengaruh pada komunikasi, psikologis, dan kualitas hidup. Implan koklea hadir sebagai alat habilitasi terutama pada anak dengan tuli derajat berat dan sangat berat. Tesis ini akan membahas mengenai data karakteristik anak 6 ndash; 12 bulan pasca implantasi koklea, evaluasi perkembangan auditori dan bicara anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi hasil keluaran. Penelitian ini bersifat deskriptif potong lintang, menggunakan metode penilaian berupa pengamatan yang bersifat global yaitu Categories Auditory Performance CAP - II dan Speech Intelligibility Rate SIR . Penelitian ini dilakukan pada 36 subjek, median CAP-II pada anak 6 ndash; 12 bulan pasca implantasi koklea ialah 3 skor minimal 2 - maksimal 7 . Penilaian kemampuan bicara dengan menggunakan metode SIR anak pasca 6 -12 bulan implantasi koklea didapatkan median 2 skor minimal 1 dan maksimal 4 . Median waktu saat evaluasi 8,9 bulan dengan pencapaian 33,3 subjek dalam kategori CAP tinggi skor 5 atau lebih , dan 38,89 subjek yang mencapai kategori SIR tinggi skor 3 atau lebih.
ABSTRACT Prelingual deaf children caused the child unable to hear and speak, impacting his or her ability to communicate, psychological growth, and overall life quality of the child. Cochlear implant comes as habilitating device mainly for children with severe and profound deafness. This thesis will discuss and explain in children 39 s characteristic data on 6 ndash 12 months after cochlear implantation, evaluating their speech and auditory development and other influencing factors. This research is descriptive cross sectional study and observe child using global method Categories Auditory Performance CAP II and Speech Intelligibility Rate SIR . This research is conducted on 36 subjects, with median CAP II score of 3 minimum 2 maximum 7 at 6 ndash 12 months post cochlear implantation. Speech ability evaluation using SIR method with median score of 2 minimum 1 maximum 4 . Median hearing age for this study sample was 8,9 months. After 6 12 months cochlear implantation, 33.3 children that reach high CAP scores CAP score of 5 or greater , and only 38.9 reaching high SIR scores SIR score of 3 or greater.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library