Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paulden, Sydney
Toronto: Coles Publishing Company, 1980
658.788 PAU d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Mador M. O. S.
"UU No.13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah memberikan kewenangan untuk melakukan monopoli di sektor angkutan kereta api kepada suatu badan penyelenggara. PT KA dalam hal ini merupakan satu-satunya badan penyelenggara yang didirikan untuk dapat menjalankan kewenangan badan penyelenggara tersebut. Sebagai satu-satunya operator kereta api di Indonesia, PT KA memiliki keunggulan ekonomis, yaitu posisi monopoli terhadap penyediaan jasa angkutan kereta api tersebut, dibandingkan dengan badan usaha lain yang mempergunakan jasa angkutan kereta api tersebut. Dengan kondisi yang tidak seimbang tersebut, badan usaha lainnya yang memilih kereta api sebagai satu-satunya altematif yang paling tepat untuk tujuan pengangkutan, tetap mengadakan hubungan perjanjian dengan PT KA tersebut. Kondisi yang tidak seimbang dalam penutupan perjanjian tersebut melahirkan klausula-klausula yang memberatkan bagi pengguna jasa angkutan dan tidak sesuai dengan kepatutan. Suatu kondisi tidak adanya keseimbangan pelaksanaan hak dan kewajiban antara kreditur dan debitur, adalah tidak sesuai dengan falsafah Pancasila. KUHPER, yang menganut asas kebebasan berkontrak, dengan ketiadaan keseimbangan kondisi ekonomis pada waktu penutupan perjanjian tidaldah rnembuat perjanjian tersebut menjadi langsung tidak sah dan tidak mengikat, akan tetapi dengan adanya akibat pelaksanaan prestasi yang berat sebelah dan tidak sesuai kepatutan oleh pengguna jasa angkutan kereta api tersebut, membuat perjanjian tersebut dapat dimintakan pembatalannya kepada hakim. Berdasarkan praktek yurisprudensi di Indonesia, hakim dapat saja mencari perjanjian yang dimintakan pembatalannya tersebut, dengan membatalkan klausula yang tidak sesuai dengan kepatutan tersebut dan mengubahnya sesuai rasa keadilan hakim yang paling baik (ex aqua et bona) ataupun membatalkan perjanjian tersebut secara keseluruhan.

Law number 13 year of 1992 concerning on Railway provides monopoly authority to a certain coordinator institution in the rail transportation sector. In this case, Railway State-Owned Company (PT KA) is the only institution established in order to maintain the authority. As the only railway operator in Indonesia, PT KA has economical benefit, the monopoly position in providing the railway transportation service, compared to other business entities which also use the railway transportation service. Due to the imbalance position, those business entities, which choose the railway as the only perfect alternative for their transportations, still maintain/is still entitled to maintain their contract with PTKA. The imbalance position in closing the contract has raised severe clauses for the user of the railway transportation, and these are unfair. A condition in which imbalance implementation of the contract's right and obligation exists does not meet the Philosophy of Pancasila. According to the Codification of Civil Law (KUHPER), which consists of the Principle of the Freedom of Contract, the imbalance of economic condition in closing the contract does not make the contract become illegal and invalid, but as the result of the existence of the imbalance in obligation implementation as well as the unfairness raised by the railway transportation user has caused the contract to be terminated by the Judges as long as there is a request to do so. In accordance with the Indonesia Jurisprudence, a Judge could interfere the agreement which has been made by the parties by terminating the unfair clauses and amending them based on the Judge's fairest value (ex aquo et bono), or even completely terminating the contract."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Dewantoro
"ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan tentang pengukuran dan pemetaan kinerja manajemen
rantai pasok menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR)
pada perusahaan studi kasus yaitu gudang distribusi Third-Party Logistics (3PL)
di Jakarta. Model SCOR mengkobinasikan beberapa elemen yakni Business
Process, benchmarking dan aplikasi-aplikasi yang mengarah kepada suatu
kerangka. Secara hierarki, model SCOR supply chain management terdiri dari
proses-proses rantai pasok detail yang saling terintegrasi dari supplier sampai
customer dimana semua proses tersebut searah dengan strategi operasional, kerja
dan aliran informasi perusahaan. Proses pengukuran kinerja didalamnya terdiri
dari perhitungan ukuran dan evaluasi kinerja yang dihitung dalam metrik level 1.
Ukuran-ukuran dapat dihitung berdasarkan definisi–definisi proses dan data
sebenarnya yang diambil dari supply chain pada perusahaan studi kasus.
Pemetaan kinerja sendiri terdiri dari desain dari proses kinerja, metode
pengumpulan data, dan pemetaan hubungan antara ukuran-ukuran kinerja yang
merupakan dasar dari analisis selanjutnya sesuai dengan pemetaan level 1 sampai
level 3. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan struktur dan acuan
aturan yang terdefinisi dengan baik untuk mengukur kinerja dari desain serta
pendekatan benchmark untuk gap analysis dan pendekatan best practice untuk
pengembangan terhadap manajemen rantai pasok pada perusahaan jasa 3PL
dengan pendekatan model yang berfokus pada aktivitas internal dan eksternal
yaitu model SCOR versi 9.0.

ABSTRACT
In this research, it is explained more about the measurement and mapping of
performance supply chain management using the Supply Chain Operations
Reference (SCOR) model in warehouses distribution of Third-Party Logistics
(3PL). SCOR model combining a few elements of the Business Process,
benchmarking and applications that lead to a framework. Hierarchically, the
SCOR model consists of the supply chain management processes are integrated
with each other details of the supplier to the customer where all the processes in
line with operational strategy, work and information flow of the company.
Performance measurement process involves a series of calculations of the size and
performance evaluation metrics were calculated in level 1. Measures can be
calculated by the definitions and actual data taken from the company's supply
chain case study. Mapping the performance itself consists of the design of process
performance, data collection methods, and mapping the relationship between
performance measures that are the basis of the subsequent analysis according to
the mapping level 1 to level 3. The purpose of this reasearch to obtain a reference
structure and well-defined rules for measuring the performance of the design as
well as approaches for gap analysis benchmarks and best practice approach to the
development of supply chain management in the 3PL company's with a model
approach is SCOR model version 9.0. that focuses on internal and external
activity"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Rahmawati
"
Ekonomi sirkular merupakan pendekatan sistem ekonomi yang mengoptimalkan penggunaan sumber daya atau produk guna mengurangi limbah yang dihasilkan. Di Indonesia sendiri, konsep ekonomi sirkular mulai mendapatkan perhatian yang signifikan dan pemerintah mulai membuat beberapa inisiatif dan regulasi yang mendukung penerapannya. Selain itu, beberapa perusahaan Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) juga sudah menerapkan ekonomi sirkular pada operasi bisnis dan rantai pasokan perusahaan. Hal tersebut dipicu oleh keadaan saat ini dimana perusahaan FMCG masih menjadi kontributor sampah plastik tertinggi karena hampir semua produknya dikemas menggunakan kemasan dengan material plastik. Namun, karena konsepnya yang masih tergolong baru, belum ada standar acuan dalam penerapan ekonomi sirkular di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja ekonomi sirkular pada tiga perusahaan FMCG dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Metode AHP digunakan untuk menghitung bobot indikator penilaian yang digunakan. Hasil perhitungan AHP menunjukkan bahwa indikator jumlah sampah kemasan post-consumption didaur ulang memiliki bobot yang paling tinggi. Lalu, penilaian kinerja dilakukan dengan metode TOPSIS dan hasilnya adalah perusahaan dengan kinerja terbaik yaitu PT Y.

Circular economy is an economic system approach that optimizes the use of resources or products to reduce the waste generated. In Indonesia, the concept of circular economy began to get significant attention as the government began to make several initiatives and regulations that support its implementation. Some Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) companies have also implemented the circular economy concept in their business operations and supply chains. FMCG companies are still the highest contributor to plastic waste because almost all of their products are packaged using packaging with plastic material. However, because this concept is still relatively new, there is no reference standard in implementing circular economy in Indonesia. Therefore, this study was conducted to measure the performance of the circular economy in three FMCG companies using the Analytical Hierarchy Process (AHP) and Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) methods. The AHP method is used to calculate the weight of the assessment indicators. The results of the AHP calculation show that the indicator of the amount of post-consumption packaging waste recycled has the highest weight. Then, performance appraisal is carried out using the TOPSIS. The calculation shows that the company with the best performance is PT Y.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Harris Michael
"

Dengan berkembangnya industri jasa pelayaran dan bongkar muat kapal yang dikarenakan semakin banyaknya kebutuhan kegiatan pengiriman kargo/hasil tambang antar pulau melalui transportasi laut pastinya akan bertambah juga jumlah Perusahan kompetitor penyedia jasa angkutan laut. Oleh karena itu agar usaha tetap bisa berkembang suatu Perusahaan perlu merencanakan strategi-strategi yang dapat membantu Perusahaan dalam bersaing dan mengembangkan bisnisnya Dalam mengembangkan bisnisnya, Perusahaan perlu memutuskan langkah strategis, tentunya pengambilan keputusan strategi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, baik secara internal maupun eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi alternatif yang dapat membantu Perusahaan penyedia jasa pelayaran angkutan laut kargo/hasil tambang dalam mengembangankan bisnisnya dan cocok untuk diterapkan pada kondisi lingkungan internal dan eksternal Perusahaan saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi dari analisis SWOT, Analytic Hierarchy Process (AHP), dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Metode analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal Perusahaan, yang kemudian dapat dikelompokkan menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Perusahaan. Kemudian, sub-faktor dari faktor SWOT tersebut digunakan untuk Menyusun strategi alternatif pengembangan bisnis menggunakan analisis matriks TOWS. Pendekatan AHP digunakan untuk mendapatkan bobot faktor dan sub-faktor SWOT perusahaan dan QSPM dilakukan untuk memperoleh total nilai ketertarikan strategi berdasarkan faktor dan subfaktor SWOT terbobot. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa, strategi ST1 (Memenuhi permintaan kebutuhan jasa angkutan kargo dan hasil tambang dari perusahaan holding dan BUMN) memiliki nilai Total TAS (Total Attractivenes Score) yang paling besar dengan nilai 3,14. Hal ini juga menunjukkan bahwa strategi ST1 dapat mencapai sasaran faktor yang paling mempengaruhi perusahaan dan terdapat hubungan yang kuat antara kepentingan key factor Perusahaan dengan karakteristik strategi ST1.


With the development of the shipping and loading and unloading service industry due to the increasing need for inter-island cargo/mine product shipping activities via sea transportation, the number of competing companies providing sea transportation services will certainly increase. Therefore, in order for a business to continue to grow, a company needs to plan strategies that can help the company compete and develop its business. This study aims to design alternative strategies that can help companies providing sea freight shipping services for cargo/mining products in developing their business and are suitable for application to the Company's current internal and external environmental conditions. The method used in this study is a combination of SWOT analysis, Analytic Hierarchy Process (AHP), and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The SWOT analysis method is used to identify the Company's internal and external factors, which can then be grouped into the Company's strengths, weaknesses, opportunities and threats. Then, the sub-factors of the SWOT factors are used to develop alternative business development strategies using the TOWS matrix analysis. The AHP approach is used to obtain the weight of the company's SWOT factors and sub-factors and QSPM is carried out to obtain the total value of strategic interest based on the weighted SWOT factors and sub-factors. From this study it shows that the ST1 strategy (fulfilling the demand for cargo and mining product transportation services from holding companies and BUMN) has the highest Total Attractiveness Score (TAS) with a value of 3.14. This also shows that the ST1 strategy can achieve the target factors that most influence the company and there is a strong relationship between the interests of the company's key factors and the characteristics of the ST1 strategy.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradieqta Uli Paramesywarie
"Kenaikan permintaan produk tertentu, seperti produk pelumas menyebabkan kenaikan pada mobilitas kendaraan pengangkutnya. Semakin banyak permintaan maka semakin banyak juga kedatangan kendaraan pengangkut ke tempat penyimpanan atau warehouse. Kapasitas warehouse yang terbatas untuk melayani aktivitas bongkar muat kendaraan pengangkut membentuk sebuah antrian kendaraan di area warehouse. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperbaiki waktu antrian kendaraan pengangkut di dalam warehouse melalui rancangan model simulasi. Metode simulasi sistem diskrit digunakan dalam penelitian untuk menggambarkan kegiatan kendaraan di dalam warehouse saat sebelum dan sesudah melakukan bongkar muat. Dua skenario diuji untuk memperbaiki waktu antrian kendaraan pengangkut sehingga dapat membantu PT X untuk membuat keputusan dalam memilih solusi perbaikan. Dua skenario yang diuji untuk mengurangi waktu antrian kendaraan pengangkut antara lain simultaneous 5-gate service dan appointment scheduling.

The increase in demand for certain products, such as lubricants, has resulted an increase in the mobility of the transport vehicles. The more requests, the more the arrival of transport vehicles to the storage or warehouse. The limited capacity of the warehouse to serve loading and unloading activities for transport vehicles forms a queue of vehicles in the warehouse area. This study aims to improve the queuing time of transport vehicles in a warehouse through a simulation model design. The discrete event simulation method is used in this research to describe vehicle activities in the warehouse before and after loading and unloading. Two scenarios were tested to improve the queuing time of transport vehicles so that they can help PT X to make decisions in choosing repair solutions. Two scenarios were tested to reduce the queue time for transport vehicles, namely simultaneous 5-gate service, and appointment scheduling.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Stefanus Jacob
"

Biaya logistik memiliki dampak yang signifikan terhadap daya saing perusahaan. Bagi perusahaan, biaya logistik memiliki pengaruh langsung terhadap penetapan harga jual produk akhir. Semakin efisien biaya logistik dalam proses rantai pasok, maka harga produk akhir akan semakin kompetitif. Penentuan rute merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi biaya logistik. Pada industri makanan cepat saji, terdapat jumlah cabang restoran yang banyak, permintaan yang tinggi, serta dibutuhkan dalam waktu yang singkat sehingga diperlukan metode penentuan rute yang optimal.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan logistik yang mendistribusikan produk bahan makanan restoran cepat saji di Indonesia. Perusahaan ini masih menggunakan sistem penentuan rute pengiriman secara manual atau belum menggunakan model optimasi. Selain itu, perusahaan juga mengalami kendala seperti waktu pendistribusian yang terbatas serta lokasi pelanggan yang banyak dan berjauhan sehingga terkadang menyebabkan kendaraan terlambat untuk melayani pelanggan maupun kembali ke pusat distribusi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Capacitated Vehicle Routing Problem with Time Windows (CVRPTW) dengan tujuan menghasilkan rute yang memiliki total jarak perjalanan terpendek dalam memenuhi permintaan pelanggan sesuai batasan waktu dan kapasitas kendaraan, sehingga dapat meminimalkan biaya distribusi dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan dari segi ketepatan waktu. Perubahan yang dihasilkan dari perhitungan optimasi dapat menurunkan jarak tempuh kendaraan hingga 12,16% dan menghasilkan total penghematan hingga Rp10,266,891 dalam 40 jadwal pengiriman.


Logistics costs are a crucial factor that significantly influences a company's competitiveness. For companies, logistics costs directly impact the selling price of the final product. Logistics costs include all components of expenses involved in the movement of goods throughout the supply chain process. The more efficient the logistics costs within the supply chain process, the more competitive the price of the final product becomes. Vehicle routing is one of the critical components that can affect logistics costs. In the fast-food industry, with numerous restaurant branches, high demand, and the need for prompt delivery, an optimal route determination method is essential.

This research was conducted at a logistic company that distributes products to fast-food restaurant in Indonesia. The company currently uses a manual vehicle routing system and has not yet implemented an optimization model. The company faces challenges such as limited distribution time and numerous distant customer locations, resulting in occasional delays in serving customers or returning to the distribution center. In this research, the researcher adopts the Capacitated Vehicle Routing Problem with Time Windows (CVRPTW) approach with the aim of generating routes with the shortest total travel distance while meeting customer demands within time constraints and vehicle capacity. This approach aims to minimize distribution costs and improve service quality to customers in terms of timeliness. The optimization calculations produced significant changes, reducing vehicle travel distances by up to 12,16% and resulting in total savings of up to Rp10,266,891 across the 40 delivery schedules."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Permatasari Sujatmiko
"Penggunaan container pada arsitektur microservice merupakan sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk mempermudah proses delivery sistem. Container dalam sistem pun lebih mudah diatur dengan Kubernetes sehingga sistem dapat berjalan secara seamless. Hal tersebut memungkinkan deployment sistem yang cepat dan portable. Salah satu strategi deployment yang dapat digunakan untuk men-deploy sistem yang menggunakan container pada arsitektur microservice adalah canary deployment, dimana sebagian traffic diarahkan ke sekelompok kecil pengguna terlebih dahulu untuk menguji aplikasi di production. Pada dasarnya, canary deployment dapat dilakukan secara native dengan Kubernetes, namun cara ini masih memiliki masalah, yaitu traffic distribution dan replica deployment yang tidak independen. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan service mesh. Hal ini dikarenakan service mesh memiliki fitur traffic management yang dapat melakukan intelligent routing untuk melakukan canary deployment. Isu independensi ini memengaruhi proses deployment dan kebutuhan bisnis, dimana dengan menggunakan service mesh, jumlah replika pods yang digunakan untuk men-deploy aplikasi tidak berubah bagaimanapun aturan traffic routing-nya. Hal ini berbeda dengan sistem yang tidak menggunakan service mesh, dimana jumlah replika pods-nya berubah-ubah menyesuaikan aturan traffic routing yang telah ditentukan. Tanpa service mesh, rasio replika pods perlu diatur secara manual dengan konfigurasi yang redundan. Di sisi lain, konfigurasi sistem dengan service mesh mudah diatur dengan memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan oleh service mesh itu sendiri, khususnya fitur traffic management. Selain itu, penggunaan service mesh dalam proses canary deployment pada aplikasi berbasis Kubernetes juga dapat membuat proses deployment menjadi lebih efisien dalam jumlah resource (pods).

The use of containers in the microservice architecture is an approach that can be used to simplify the system delivery process. Containers in the system are also easier to manage with Kubernetes so that the system can run seamlessly. This allows for fast and portable system deployment. One deployment strategy that can be used to deploy systems that use containers on a microservices architecture is canary deployment, where some traffic is directed to a small group of users first to test the application in production. Basically, canary deployment can be done with Kubernetes natively, but this method still has problems, namely traffic distribution and replica deployment which are not independent. One solution that can be done to solve this problem is to use a service mesh. This is because the service mesh has a traffic management feature that can perform intelligent routing to perform canary deployments. This independence issue affects the deployment process and business needs, where by using a service mesh, the number of replica pods used to deploy applications does not change regardless of the traffic routing rules. This is different from a system that does not use a service mesh, where the number of replica pods varies according to predetermined traffic routing rules. Without a service mesh, the ratio of pod replicas needs to be set manually with redundant configurations. On the other hand, system configuration with service mesh is easy to manage by utilizing the features provided by the service mesh itself, especially the traffic management feature. In addition, the use of service mesh in the canary deployment process for Kubernetes-based applications can also make the deployment process more efficient in terms of the number of resources (pods)."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sania Angelita
"Pandemi Covid-19 berdampak tidak hanya pada aspek kesehatan tetapi juga pada ekonomi Indonesia, baik dari permintaan maupun penawaran. Masalah dalam pemerintahan Indonesia, seperti kurangnya peralatan medis dan fasilitas pendukung dalam menangani pandemi Covid-19, telah memicu kebutuhan akan tiba-tiba (mendesak / darurat). Di sisi lain, masih ada banyak perusahaan distributor yang tidak memiliki pengalaman dalam menangani keadaan darurat. Salah satu dampaknya adalah pengiriman barang yang tidak tepat waktu / terlambat. Untuk menyelesaikan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bisnis proses di perusahaan distributor dengan proses yang lebih efektif dan efisien dengan melibatkan antar perusahaan untuk meningkatkan ketepatan waktu pengiriman kepada pelanggan. Kami mengusulkan menggunakan BPR (Rekayasa Proses Bisnis) dan simulasi untuk memodelkan dan menganalisis proses saat ini dan mendesain ulang proses perbaikan. Hasilnya diperoleh, dengan pengadaan barang rata -rata menurun sebesar 46%.

Pandemic Covid-19 has had an impact not only on health aspects but also on the economy of Indonesia, both from demand and supply. Problems in Indonesia’s government, such as the lack of medical equipment and supporting facilities in handling Covid-19 pandemics, have triggered the need for a sudden (urgent / emergency). On the other hand, there are still many distributor companies that have no experience in handling emergencies. One of the impacts is the delivery of goods that are not on time / late. To solve the problem, this study aims to get a process business in a distributor company with more effective and efficient processes by involving intercompany to increase the timeliness of delivery to customers. We propose using BPR (Business Process Reengineering) and simulation to model and analyze the current process and redesign the repair process. The results were obtained, with the average procurement of goods decreased by 46%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Wisnu Krisnantio
"The Pickup & Delivery Problem With Time Windows (PDPTW) merupakan permasalahan umum yang sering terjadi dalam industri jasa logistik untuk pengambilan dan pengantaran barang. PDPTW bersifat Non Polynominal-hard (NP-hard) yang berarti kompleksitas dalam penyelesaian permasalahan meningkat secara eksponensial apabila semakin banyak data dan parameter yang diukur, sehingga menjadi sulit untuk dipecahkan dengan menggunakan metode eksak. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian dalam memecahkan masalah PDPTW dengan mempertimbangkan ketepatan hasil solusi dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Kendala umum yang terjadi dalam industri jasa logistik berupa keterbatasan jumlah kurir, kapasitas kendaraaan serta jumlah permintaan pelanggan yang dinanis. Model permasalahan PDPTW yang diangkat dalam penelitian ini merupakan kondisi nyata yang terjadi pada PT X sebagai perusahaan penyedia jasa logistik. Dari hasil perhitungan dan pengolahan data diperoleh bahwa algoritma Tabu Search cukup efektif untuk memecahkan masalah PDPTW. Hasil penelitian menunjukkan rute yang optimal sehingga diperoleh penurunan jarak tempuh dari seluruh kendaraan sebesar 147.01 km (25.23%) dan penurunan total waktu dari seluruh armada kendaraan sebesar 215.53 menit (12.89%). Penggunaan solusi awal juga berpengaruh pada kecepatan Tabu Search untuk memperoleh hasil akhir. Selain itu Tabu Search juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah kurir yang optimal dalam melayani permintaan pelanggan yang bersifat dinamis.

The Pickup & Delivery Problem With Time Windows (PDPTW) is common problem that often faced by logistics service provider for pick-up and delivery goods. The PDPTW is a Non Polynominal-hard (NP-hard) problem, which means the complexity will increase as the size of the problem grows, and also it will be difficult to solve the problem with exact method. Therefore it is important to do research studying to solve PDPTW with a good accuracy, limited time and resources. General constrains on logistic service provider are limitation of courier number, limited vehicle capacity, and dynamic number of customer demands. The PDPTW models that used in this study is a real condition which is occur on PT X as logistic service provider. The result of this study show that Tabu Search Algorithm is effective for solving PDPTW. Final calculation show an optimal routes with total distance reduction about 147.01 km (25.23%) and also decrease the total time cost for 215.53 minutes (12.89%). Another result of this study show that the use of initial solution take effect on calculating time for Tabu Search algorithm. Beside that, the Tabu Search algorithm can be used to determine the optimal number of couriers to serve dynamic customer demands."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>