Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suriadi
"Ruang lingkup: Pekerja yang mendapatkan pajanan antara lain panas dan lembab tinggi, misalnya pada pekerja usaha makanan seafood kaki lima merupakan kelompok yang mudah terinfeksi tinea kruris. Kebiasaan pekerja tidur bersama-sama, kebersihan diri yang kurang, pendidikan rendah, serta beberapa variabel lain juga diduga merupakan faktor risiko terhadap tinea kruris. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi serta faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian tinea kruris. Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang yang merupakan populasi terjangkau. Data diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan sediaan langsung KOH untuk memastikan diagnosis tinea kruris. Juga dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian : Didapatkan prevalensi tinea kruris pada pekerja usaha makanan seafood kaki lima di Kecamatan Taman Sari sebesar 33,3%. Faktor-faktor risiko seperti umur, jenis kelamin, pendidikan rendah, kebersihan diri, kontak erat dengan penderita tinea kruris, serta status gizi tidak terbukti rnerupakan faktor risiko untuk terjadinya tinea kruris pada pekerja usaha makanan seafood kaki lima. Ditemukan faktor risiko yang cenderung memiliki hubungan yang cukup kuat dengan tinea kruris, yaitu kebersihan diri (p= 0,052; OR= 7,30; 95% CI= 0,90-158,4). Kesimpulan dan Saran : Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi tinea kruris pada pekerja usaha makanan seafood kaki lima di Kecamatan Taman Sari ternyata tinggi dibandingkan dengan prevalensi pada komunitas pekerja lainnya. Karena kelemahan metode pada penelitian ini, panas dan lembab belum dapat dibuktikan berpengaruh terhadap kejadian tinea kruris. Kebersihan diri mempunyai kecenderungan hubungan yang kuat dengan tinea kruris. Penelitian selanjutnya untuk mengetahui pengaruh panas dan lembab terhadap tinea kruris, diperlukan pengelompokan populasi yang jelas berada pada dua tempat yang iklim kerjanya berbeda, atau dengan menggunakan analisis tugas (job analysis) pada 2 kelompok populasi yang iklim kerjanya tidak berbeda. Untuk mengetahui apakah kebersihan diri merupakan faktor risiko terhadap tinea kruris, diperlukan jumlah sampel yang seimbang untuk 2 kelompok yang diteliti. Penelitian hendaknya menggunakan kasus-kontrol sebagai desain penelitian."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Arimurti
"Ketombe (Pityriasis capitis) adalah pengelupasan korneosit lebih cepat dan berlebihan di kulit kepala, tampak sebagai serpihan kecil berwarna putih.6 Penyebab adalah jamur Malassezia sp, aktivitas kelenjar sebasea, dan kerentanan individu. Cara menanggulangan dengan menurunkan produksi sebum dan jumlah jamur penyebab.5-6 Sampo yang mengandung zinc pyrithione (ZPT) dan selenium sulfida (SeS2) berperan untuk membersihkan kulit kepala, menghambat pembelahan korneosit, menurunkan sebum dan membunuh jamur penyebabnya. Penelitian bertujuan untuk uji efikasi sampo selenium sulfida 1% dan sampo zinc pyrithione 1% terhadap Malassezia globosa secara in vitro.
Metode eksperimental. Jenis sampo SeS2 1%, sampo ZPT 1%, dan sampo kombinasi SeS2 1% + ZPT 1 %, dan Basis sampo dengan pengenceran 2X, 4X, dan 6X dengan waktu kontak 3 menit dan 5 menit selain itu akuades steril digunakan sebagai kontrol. Jamur yang diuji adalah Malassezia globosa (CBS 7966 ATCC 96807) dengan konsentrasi 3-5 x 104 sel/ml. Medium inokulasi adalah sabouraud dextrose agar (SDA ) + minyak zaitun 2%. Biakan diinkubasi pada suhu kamar, selama 5 hari dan dihitung jumlah koloni jamur M. globosa yang tumbuh. Data dianalisis dengan uji Anova (p<0,05) dan uji Fisher?s LSD (p<0,05).
Hasil penelitian uji efikasi sampo SeS2 1%, ZPT 1% dan kombinasi SeS2 1% + ZPT 1% menunjukkan jumlah koloni M. globosa yang lebih rendah dibanding jumlah koloni M. globosa yang dikontakkan dengan basis sampo maupun akuades steril. Secara statistik hasil ini menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (P= 0,000). Pada sampo SeS2 1%, sampo ZPT 1% dan sampo kombinasi SeS2 1% + ZPT 1% dengan pengenceran 2X, 4X, dan 6X jumlah koloni yang tumbuh tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, hasil yang sama diperoleh pada waktu kontak yaitu 3 menit dan 5 menit yaitu tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Secara in vitro sampo SeS2 1%, ZPT 1% dan kombinasi SeS2 1% + ZPT 1% mempunyai daya hambat yang sangat kuat terhadap M. globosa baik pada pengenceran 2X, 4X, dan 6X maupun pada waktu kontak 3 menit dan 5 menit.

Dandruff (Pityriasis capitis) is the excessive flaking of the scalp epithel, appear as white flakes. Malassezia sp has been known as a causatif agent of dandruff. 5 One of the method to treat dandruff is reduce the production of sebum, and the number of fungi.5-6 Shampoo containing zinc pyrithion (ZPT) and selenium sulfide (SeS2) is known as an anti-dandruff shampoo. Despite the widely usage of this shampoo, its effectivenes against the fungi In Vitro has not been known. The aim of this study is determine the efficacy of shampoo containing selenium sulfide and zinc pyrithion against Malassezia globosa In Vitro.
The method of this study was experimental. Three types of shampoo were tested (Shampoo containing 1% SeS2, shampoo containing 1% ZPT, shampoo containing combination of 1% SeS2 and 1% ZPT), Basic shampoo with three dilution level (two times, four times and six times) and two level of contact time (3 minutes and 5 minutes), and sterile distilled water were used as control. The sample was Malassezia globosa (CBS 7966 ATCC 96807) with a concentration of 3-5 x 104 cells/ml. We used sabouraud dextrose agar (SDA) and 2% olive oil as a medium. Inoculated cultures were incubated at room temperature and observed for 5 days. Than the number of M. globosa colonies were counted. Data were analyzed using ANOVA test (p <0.05) and Fisher's LSD test (p <0.05).
The results showed that the number of colonies of M. globosa that have been contacted with the shampoo containing 1% SeS2, the shampoo containing 1% Zinc Pyrithion and the shampoo containing combination of 1% SeS2 and 1% ZPT have a strong inhibitory to M. globosa than control. This result showed statistically significant (P = 0.000). There is no significant within the shampoo containing SeS2 1%, the shampoo containing 1% ZPT and the shampoo containing combination of 1% SeS2 and 1% ZPT in all level of dilution. The contact time also did not show any statistical significant.
Conclusion: Shampoo containing 1% SeS2, shampoo containing 1% ZPT, and shampoo containing combination of both have strong inhibition to M. globosa In Vitro in all dilution level and contact time."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library