Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Warini
"Komplikasi diabetes melitus terjadi pada makrovaskuler yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atheroslerosis, akibatnya menyebabkan ulkus diabetikum. Penelitin ini bertujuan untuk membandingkan instrumen bates jensen antara langsung dan tidak langsung. Desain penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dan penelitian Crosssectional. Intrumen penelitian yang digunakan skala Bates Jensen berbentuk skala deskriptif. Penelitian ini dilakukan di RS Husada, RSPI Sulianti Saroso dan Wocare Clinic Bogor berjumlah 52 responden, hasil penilaian BWAT direct ratarata 31,59 dengan standar devisiasi 9,212 (95% CI 29,03-34,16), hasil penilaian indirect observer I rata-rata 31,76 dengan standar devisiasi 8,7 (095% CI 29,3-34,1), sedangkan hasil penilaian indirect observer II rata-rata 29,4 dengan standar devisiasi 9,1 (95% CI 26,9-32,01). Dengan uji anova disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penilaian direct indirect. Penelitian ini merekomendasikan penilaian indirect sebagai alat untuk berkonsultasi pengobatan ulkus diabetikum.

Complications of diabetes mellitus that occurs in macrovascular complications of the larger arteries, causing atheroslerosis, consequently causing diabetic ulcers. This research is aimed to compare the instruments bates jensen between direct and indirect. The study design used quantitative descriptive and cross-sectional studies. Scale research instruments used Jensen Bates shaped descriptive scale. This study was conducted at Hospital Husada, Sulianti Saroso and Wocare Clinic Bogor totaled 52 respondents, direct assessment results bwat 31.59 average with standard deviation 9.212 (95% CI 29.03 to 34.16), the results of the first observer indirect assessment an average of 31.76 with a standard deviation of 8.7 (095% CI 29.3 to 34.1), while the indirect assessment observer II average of 29.4 with a standard deviation 9.1 (95% CI 26.9 -32.01). With ANOVA test concluded there was no significant difference between direct and indirect assessment. The study recommends indirect assessment as a tool to consult the treatment of diabetic ulcer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guruh Aryo Cahyo
"Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit tidak menular yang disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah dan disertai gangguian kandungan karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat kurang berfungsinya insulin. Perencanaan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular khususnya diabetes mellitus sangat diperlukan. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan pemantauan pada Kota Depok secara menyeluruh maka dapat dilakukan pengecekan kesehatan dan deteksi dini oleh petugas kesehatan, agar penyebaran penyakit tidak menular tidak bertambah pesat setiap saatnya. Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus secara etiologis terbagi menjadi kedalam empat tipe, diantaranya adalah DM Tipe 1, DM Tipe 2, DM Tipe Gestasional, dan DM Tipe Lainnya. Namun IDF pada tahun 2011 hanya mengklasifikasikannya kedalam 3 tipe utama, yaitu DM Tipe 1, DM Tipe2, dan DM Tipe Gestasional. Faktor risiko pada Diabetes mellitus, dibagi menjadi faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah meliputi berat badan, pola hidup, dan status kesehatan. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin, tinggi badan, dan riwayat keluarga. Diharapkan faktor risiko dan deteksi dini dapat memudahkan petugas dalam menganalisis persebaran penyakit Diabetes Mellitus dan memantau perkembangannya, menjadikan sarana untuk merekam dan menyimpan informasi mengenai demografi, populasi, dan tren perilaku, mengidentifikasi dan menyelidiki hubungan dan komplikasi antar penyakit tidak menular, seerta sebagai bahan perencanaan untuk mengetahui hubungan Hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus dan menangani masalah kesehatan di masyarakat.

Diabetes Mellitus is a non-communicable disease caused by a chronic metabolic disorder with multiple etiologies characterized by high blood sugar levels and is accompanied by disturbances in carbohydrate, lipid, and protein content as a result of the lack of functioning of insulin. Planning in the prevention and control of non-communicable diseases, especially diabetes mellitus, is needed. Therefore, to be able to carry out monitoring in Depok City as a whole, health checks and early detection can be carried out by health workers, so that the spread of non-communicable diseases does not increase rapidly every time. According to the American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus is etiologically divided into four types, including type 1 diabetes, type 2 diabetes, gestational type diabetes, and other types of diabetes. However, in 2011 IDF only classified it into 3 main types, namely DM Type 1, DM Type 2, and DM Type Gestational. Risk factors for Diabetes mellitus, are divided into risk factors that can be changed and risk factors that cannot be changed. Modifiable risk factors include body weight, lifestyle, and health status. While risk factors that cannot be changed include age, gender, height, and family history. It is hoped that risk factors and early detection can facilitate officers in analyzing the spread of Diabetes Mellitus and monitoring its progress, making it a means to record and store information on demographics, population and behavior trends, identify and investigate relationships and complications between non-communicable diseases, as well as planning materials. to determine the relationship of hypertension with the incidence of Diabetes Mellitus and to handle health problems in the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan: Mengumpulkan informasi mengenai penanganan dan komplikasi diabetes, serta kesadaran pengendalian
diri sendiri penderita diabetes di Indonesia. Studi ini juga mengevaluasi perspektif dokter, aspek psikologis, dan
kualitas hidup pasien.
Metode: Studi non-intervensi, potong lintang, merekrut 1832 pasien dari pusat kesehatan sekunder dan tersier
di Indonesia. Data mengenai demografi , riwayat medis, faktor resiko, dan laporan pemeriksaan klinis termasuk
laboratorium dikumpulkan dari rekam medis pasien. Sampel darah dikumpulkan untuk pengukuran HbA1c yang
tersentralisasi.
Hasil: Di antara 1832 pasien, 1785 individu memenuhi syarat untuk dianalisis. Rata-rata usia adalah 58,9+9,6
tahun. Lamanya menderita diabetes 8,5+7,0 tahun. Mayoritas pasien (97,5%) menderita diabetes tipe 2.67,9% pasien
memiliki kontrol diabetes yang buruk (A1c: 8,1 ± 2,0%). 47,2% pasien memiliki kadar Glukosa Plasma Puasa >130
mg/dL (161,6±14,6 mg/dL). Dislipidemia dilaporkan pada 60% pasien (834/1390) dan 74% (617/834) di antaranya
mendapatkan obat hipolipidemik. Neuropati merupakan komplikasi paling umum (67.2%); komplikasi diabetes
lainnya antara lain: katarak: 14.5% Retinopati diabetik non-proliferatif: 8.3%, kreatinin serum>2 mg/dl: 3.6%,
ulkus yang sudah sembuh: 3.8%, angina pectoris 9.9% dan stroke 5.6%. Sekitar 81.3% pasien menerima terapi obat
hipoglikemik oral (OHO) (± insulin), 37,7% pasien menerima terapi insulin (±OHO). Penggunaan biguanide diikuti
oleh sulfonylurea. Mayoritas pasien menggunakan insulin manusia 73,2%, regimen premiks 58,5%, insulin analog
24,9%. Mayoritas respon indeks kesehatan WHO-5 jatuh dalam teritori positif.
Kesimpulan: Kontrol glikemik yang buruk pada mayoritas pasien diabetes perlu diperhatikan. Terdapat kebutuhan untuk
penyesuaian terapi dari sebagian besar pasien menuju terapi farmakologis yang lebih intensif dan pendekatan multidisipliner
harus digunakan. Temuan studi ini perlu dikomunikasikan kepada pembuat kebijakan dan dokter untuk membantu
mereka memberikan perawatan kesehatan dan fasilitas yang baik.

Abstract
Aim: To collect information on diabetes management, diabetes complications, and awareness of self-control in
diabetic population of the country. This study also evaluated the physician perspectives, psychological aspects, and
quality of life of diabetic patients.
Methods: This was a non-interventional, cross-sectional study, which recruited 1832 patients from secondary and
tertiary medical centers across Indonesia. Data on demography, medical history, risk factors and clinical examination
reports including laboratory assessments were collected from medical records of patients. Blood samples of all patients
were collected for centralized HbA1c measurements.
Results: Among 1832 patients, 1785 individuals were eligible for analysis. The mean age of the patients was 58.9+9.6
years. The mean duration of diabetes was 8.5+7.0 years. Majority (97.5%) of the patients had type 2 diabetes. 67.9%
had poor control of diabetes (A1c:8.1 ± 2.0%). 47.2% had FPG>130 mg/dL (161.6±14.6 mg/dL). Dyslipidemia was
reported in 60% (834/1390) and 74% (617/834) of those received lipid lowering treatment. Neuropathy was most common
complication (63.5%); other complications were: Diabetic retinopathy 42%, nephropathy 7.3%, severe late complications
16.9%, macrovascular complications 16%, microvascular complications 27.6%. About 81.3% of patients were on OADs
(± insulin), 37.7% were on insulin (±OADs). Majority used biguanides followed by sulfonylureas. Human insulin was used
by 73.2%, premix regimen 58.5%, analogues usage was 24.9%. Majority of the WHO-5 well being index responses fell in
positive territory.
Conclusion: Poor glycaemic control in majority of patients is a concern. There is a need for a large proportion of
patients to be adjusted to more intensive pharmacotherapy and a multi-disciplinary approach for management should
be adopted. The study fi ndings should be communicated to policymakers and physicians to help them provide proper
healthcare and its facilities in Indonesia."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemberian antibiotik di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung didasarkan pada hasil tes sensitivitas dan terapi empiris ulkus diabetik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dari berbagai macam antibiotik berdasarkan hasil tes sensitivitas terhadap clinical outcome yang dicapai dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi clinical outcome tersebut. Di samping itu, dilakukan juga evaluasi total resistensi penggunaan antibiotik empiris yang digunakan dengan melihat pola kuman dan pola sensitivitas kuman isolat pus pasien ulkus diabetik terhadap beberapa antibiotik. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. H. Abdul Moeloek pada bulan April-Juli 2008 dengan menerapkan metode cross sectional
secara retrospektif. Data yang didapat diperoleh dari medical record
pasien ulkus diabetik yang diobati sejak 1 Januari 2005 sampai 30 Mei 2009. Persyaratan pasien yang diikutsertakan adalah pasien dengan infeksi ulkus diabetik, menerima resep antibiotik, antibiotik yang diberikan berdasarkan hasil tes sensitivitas, pasien diobati sampai mendapatkan pesetujuan dokter untuk dipulangkan. Penelitian yang mengikutsertakan 98 pasien menunjukkan clinical outcome
dari pasien ulkus diabetik yang diberikan antibiotik berdasarkan hasil tes sensitivitas dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan usia pasien.

Abstract
The administration of antibiotic at RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung is based on sensitivity test result and empirical therapy on diabetic ulcer. Therefore, the objective of the research is to analyze the effectivity of various antibiotics administration based on the sensitivity test result on clinical outcome reached by considering influenced factors. On the other hand, total evaluation of the resistances of empirical antibiotic used by considering germ and sensitivity test feature was done. The research was conducted at dr. H. Abdul Moeloek Regional Hospital from April - July 2008 by applying cross sectional design retrospectively. Data was taken by the
diabetic ulcer patients medical record which were treated from January 1st 2005 to Mei 30, 2009. Requirement of patient inclution are patient with diabetic ulcer infection, receiving antibiotic recipe, antibiotic given is based on sensitivity test result, patient was cured until getting the doctor approval to go home. The research
which involved 98 patient inclution showed that clinical outcome of diabetic ulcer patient who was administered antibiotic based on sensitivity test result was influenced by chronic level of patient and age."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Abdul Moeloek Lampung], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Amalul Fadly
"Klien luka diabetes dapat mengalami perubahan bentuk dan fungsi pada organ yang mengalami luka. Perubahan tersebut dapat menyebabkan gangguan citra tubuh pada klien tersebut jika klien menyikapinya secara negatif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran citra tubuh klien tersebut. Desain penelitian ini deskriptif dengan teknik total sampling terhadap 13 klien Rumah Perawatan Luka Bekasi. Hasilnya sebanyak 53,8% klien mengalami gangguan citra tubuh. Perawat luka disarankan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan citra tubuh selain perawatan pada luka diabetes klien agar gangguan citra tubuh klien teratasi dengan baik sehingga klien dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

Clients with diabetic ulcer might experience changes of structure and function of damaged skin. The changes could cause body image disturbance of clients if they adapt negatively. This study aims to describe the body image of clients with diabetic ulcer. Design of this study is descriptive with total sampling to 13 clients in Rumah Perawatan Luka, Bekasi. The result was 53,8 % clients have body image disturbance. Ulcers nurses are recommended to give nursing intervention related to body image in order to resolve body image disturbance properly, so that the client can adapt better with the changes that in the body.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Aisyah
"ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis seumur hidup yang dapat
menyebabkan komplikasi pada berbagai sistem tubuh. Salah satu komplikasi yang
sering terjadi adalah ulkus kaki diabetik yang dapat dipicu oleh kepatuhan yang
rendah dalam melakukan perawatan kaki diabetik, sehingga memerlukan suatu
strategi untuk meningkatkan kepatuhan tersebut dengan memberikan edukasi
kelompok.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas program edukasi kelompok
terhadap kepatuhan melakukan perawatan kaki pada pasien DMT2. Desain
penelitian ini adalah quasi experimental pre-post test with control group, masingmasing
kelompok terdiri dari 19 responden dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan consecutive sampling. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya
perbedaan kepatuhan dalam melakukan perawatan kaki pada kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan, dimana pada kelompok perlakuan memiliki kepatuhan
yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol setelah diberikan edukasi kelompok
(p=0,032). Metode edukasi kelompok ini dapat digunakan sebagai alternatif
metode edukasi untuk pasien DMT2 oleh perawat yang bertugas di ruang rawat
dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a longlife chronic disease that can cause complications
in a several of body systems. One of the most common complications is diabetic
foot ulcers which induced by non-adherence of foot care, therefore it requires a
strategy to improve adherence by means group education program.
This study aimed to identify the effectiveness of group education program to
foot care adherence among type 2 diabetic patients. The study design was a
quasy experimental pre-post test with control group, consisted of 19 respondents
for each group, recruited uses consecutive sampling. The result of the Chi Square
analysis showed there was significant difference on foot care adherence in the
control group and the treatment group, whereas in the treatment group indicated
higher adherence compared with the control group after given group education
program (p = 0.032). This group educational method can be used as an
alternative method of education for T2DM patients to improve the quality of
nursing care."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
"Latar Belakang: Sindrom renal-retinal diabetes (SRRD) merupakan koinsidensi nefropati dan retinopati diabetik yang menimbulkan komplikasi serius berupa penurunan kualitas hidup dan peningkatan mortalitas dengan risiko kardiovaskular sebesar 4,15 kali lipat. Sementara itu, angka deteksi dini retinopati dan nefropati masih rendah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD pada penyandang DMT2 di Indonesia belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom renal-retinal diabetes pada DMT2 di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang yang dilakukan pada 157 subjek DMT2 berusia > 18 tahun. Data karakteristik subjek didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan foto fundus retina, dan pengambilan sampel darah dan urin. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD dianalisis secara bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 21.0.
Hasil: Sebanyak 157 pasien terlibat dalam penelitian ini. Prevalensi SRRD adalah 28,7%, dengan rerata usia 56 (27-76) tahun, rerata IMT 25,7 (21,3-33,8) kg/m, median durasi DM 12 (1-25) tahun dengan HbA1c 8,6 (4,8-15,8) %, prevalensi hipertensi 86,7%, prevalensi dislipidemia 91%, 76,4% pasien tidak merokok, 33,3% pasien albuminuria derajat A2 dan 66,7% derajat A3. Pada SRRD, prevalensi derajat nefropati berdasarkan klasifikasi adalah 0% risiko rendah, 13,3% risiko sedang, 20% risiko tinggi, dan 66,7% risiko sangat tinggi dan prevalensi derajat retinopati diabetik adalah 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME, dengan angka deteksi dini retinopati dan nefropati adalah sebesar 20% dan 17,8%. Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara durasi DM (p=0,001) dan albuminuria (p=0,008) dengan kejadian SRRD.
Simpulan: Proporsi SRRD pada penyandang DMT2 cukup tinggi (28,7%) dan pada studi ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SRRD pada DMT2 adalah durasi DM dan albuminuria.

Backgrounds: Diabetic renal-retinal syndrome (DRRS) is a coincidence of diabetic nephropathy and retinopathy that cause serious complications as decreased quality of life and increased mortality with cardiovascular event risk 4,15 times higher. Meanwhile, early detection rate of retinopathy and nephropathy are still low and associated factors of DRRS among Indonesian type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients has not been known.
Objective: To obtain the factors related to DRRS among T2DM patients in Cipto Mangunkusumo hospital.
Methods: This was a cross-sectional study involving 157 T2DM subjects aged 18 characteristics were obtained from anamnesis, physical examination, retinal fundus, and blood and urine sample. Bivariate and multivariate analysis using statistical package for the social sciences (SPSS) version 21.0 was used to analyze the factors related to DRRS.
Results: 157 patients were included in this study. The prevalence of DRRS was 28,7% with median age was 56 (27-76) year old, mean BMI was 25,7 (21,3-33,8) kg/m2, median duration of DM was 12 (1-25) year old and HbA1c 8,6% (4,8-15,8%), prevalence of hypertension was 86,7%, prevalence of dyslipidemia was 91%, 76,4% patients were not smoker, 33,3% patients with albuminuria grade A2 and 66,7% patients with grade A3. In DRRS, the prevalence of nephropathy was classified as 0% low risk, 13,3% moderate risk, 20% high risk, and 66,7% very high risk and the the prevalence of diabetic retinopathy was 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME with early detection rate of retinopathy and nephropathy were 20% and 17,8%. Bivariate and multivariate analysis showed significant correlation with duration of DM (p=0,001) and albuminuria (p=0,008) with DRRS.
Conclusions: DRRS proportion in T2DM was high (28,7%) and this study showed that duration of DM and albuminuria were correlated with DRRS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Perdana Kesuma
"Kontrol glikemik yang baik berhubungan dengan menurunnya komplikasi diabetes. Penyandang DM yang teratur mengontrol gula darah menunjukkan presentase hasil penurunan risiko komplikasi sebesar 35% dengan kata lain kontrol gula darah rutin menurunkan resiko komplikasi. Data penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepatuhan penyandang DM dalam mengontrol gula darah masih sangat rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi penyandang DM tipe 2 melakukan pemeriksaan gula darah. Penelitian ini menggunaan desain deskriptif analitik dengan pendekatancross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 100 penyandang DM Tipe 2 yang diambil dengan cara purposivesampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor psikososial (persepsi (p=0.001), efikasi diri (0.027) dan social incentive (p= 0.014)) dengan keaptuhan monitoring gula darah. Semakin positif persepsi dan social incentive maka akan meningkatkan keaptuhan monitoring gula darah pada penyandang DM tipe 2. Semakin baik efikasi diri maka akan semakn meningkatkan keaptuhan monitoring gula darah pada penyandang DM tipe 2

Good glycemic control is associated with reduced diabetes complications. People with DM regularly control blood glucose showed a good percentage reduce the risk of complications by 35%. Result of previous research data showed that adherence of DM in controlling blood glucose is still very low. The purpose of this study is to know the factors that affect people with type 2 diabetes to check blood glucose. This research uses descriptive analytic design with cross sectional approach. The sample of this study amounted to 100 people with Type 2 DM taken by purposivesampling. The results showed there was a correlation between psychosocial factor (perception (p = 0.001), self efficacy (0.027) and social incentive (p = 0.014)) with compliance monitoring of blood sugar and HbA1c. The more positive the perception and social incentive will improve compliance monitoring of blood glucose in type 2 diabetes mellitus. The better self efficacy will be to improve compliance monitoring blood glucose in people with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliano, Joseph
New York: John Wiley & Sons, 1998
616.462 JUL w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Wahyu Cahya Ningsih
"Diabetes mellitus merupakah salah satu masalah kesehatan yang terjadi di daerah perkotaan. Salah satu komplikasi serius pada diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetik yang dapat mengakibatkan infeksi. Infeksi yang tidak tertangani dapat menyebar ke seluruh tubuh dan berakhir dengan kematian. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisa intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan ulkus kaki diabetik diantaranya pengontrolan glukosa darah, perawatan luka, dan perawatan kaki. Hasil dari intervensi pada pasien tersebut terbukti dapat meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengendalikan perburukan penyakit. Rekomendasi penulisan ini adalah agar perawat mengajarkan pengontrolan glukosa darah, perawatan luka, dan perawatan kaki kepada pasien dengan ulkus kaki diabetik untuk menurunkan risiko amputasi kaki.

Diabetes mellitus is one of the health problem in urban area. Diabetic foot ulcer has become one of the serious complication in diabetes mellitus which may cause an infection. The uncontrolled infection is probability spread systematically to all body parts, thus can be the leading cause of death. This article is aimed to analyze nursing intervention programmed to the patient with diabetic foot ulcer, those are blood glucose control, wound dressing, and diabetic foot care. The results proved that these nursing interventions effectively improve the patient’s and family’s ability to manage disease deterioration. It is recommended for the next writer to educate the patient about how to control blood glucose, wound dressing, and diabetic foot care in order to minimize the risk for lower limb amputation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>