Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Warini
Abstrak :
Komplikasi diabetes melitus terjadi pada makrovaskuler yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atheroslerosis, akibatnya menyebabkan ulkus diabetikum. Penelitin ini bertujuan untuk membandingkan instrumen bates jensen antara langsung dan tidak langsung. Desain penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dan penelitian Crosssectional. Intrumen penelitian yang digunakan skala Bates Jensen berbentuk skala deskriptif. Penelitian ini dilakukan di RS Husada, RSPI Sulianti Saroso dan Wocare Clinic Bogor berjumlah 52 responden, hasil penilaian BWAT direct ratarata 31,59 dengan standar devisiasi 9,212 (95% CI 29,03-34,16), hasil penilaian indirect observer I rata-rata 31,76 dengan standar devisiasi 8,7 (095% CI 29,3-34,1), sedangkan hasil penilaian indirect observer II rata-rata 29,4 dengan standar devisiasi 9,1 (95% CI 26,9-32,01). Dengan uji anova disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penilaian direct indirect. Penelitian ini merekomendasikan penilaian indirect sebagai alat untuk berkonsultasi pengobatan ulkus diabetikum. ...... Complications of diabetes mellitus that occurs in macrovascular complications of the larger arteries, causing atheroslerosis, consequently causing diabetic ulcers. This research is aimed to compare the instruments bates jensen between direct and indirect. The study design used quantitative descriptive and cross-sectional studies. Scale research instruments used Jensen Bates shaped descriptive scale. This study was conducted at Hospital Husada, Sulianti Saroso and Wocare Clinic Bogor totaled 52 respondents, direct assessment results bwat 31.59 average with standard deviation 9.212 (95% CI 29.03 to 34.16), the results of the first observer indirect assessment an average of 31.76 with a standard deviation of 8.7 (095% CI 29.3 to 34.1), while the indirect assessment observer II average of 29.4 with a standard deviation 9.1 (95% CI 26.9 -32.01). With ANOVA test concluded there was no significant difference between direct and indirect assessment. The study recommends indirect assessment as a tool to consult the treatment of diabetic ulcer.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Aisyah
Abstrak :
ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis seumur hidup yang dapat menyebabkan komplikasi pada berbagai sistem tubuh. Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah ulkus kaki diabetik yang dapat dipicu oleh kepatuhan yang rendah dalam melakukan perawatan kaki diabetik, sehingga memerlukan suatu strategi untuk meningkatkan kepatuhan tersebut dengan memberikan edukasi kelompok. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas program edukasi kelompok terhadap kepatuhan melakukan perawatan kaki pada pasien DMT2. Desain penelitian ini adalah quasi experimental pre-post test with control group, masingmasing kelompok terdiri dari 19 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya perbedaan kepatuhan dalam melakukan perawatan kaki pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dimana pada kelompok perlakuan memiliki kepatuhan yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol setelah diberikan edukasi kelompok (p=0,032). Metode edukasi kelompok ini dapat digunakan sebagai alternatif metode edukasi untuk pasien DMT2 oleh perawat yang bertugas di ruang rawat dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a longlife chronic disease that can cause complications in a several of body systems. One of the most common complications is diabetic foot ulcers which induced by non-adherence of foot care, therefore it requires a strategy to improve adherence by means group education program. This study aimed to identify the effectiveness of group education program to foot care adherence among type 2 diabetic patients. The study design was a quasy experimental pre-post test with control group, consisted of 19 respondents for each group, recruited uses consecutive sampling. The result of the Chi Square analysis showed there was significant difference on foot care adherence in the control group and the treatment group, whereas in the treatment group indicated higher adherence compared with the control group after given group education program (p = 0.032). This group educational method can be used as an alternative method of education for T2DM patients to improve the quality of nursing care.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
Abstrak :
Latar Belakang: Sindrom renal-retinal diabetes (SRRD) merupakan koinsidensi nefropati dan retinopati diabetik yang menimbulkan komplikasi serius berupa penurunan kualitas hidup dan peningkatan mortalitas dengan risiko kardiovaskular sebesar 4,15 kali lipat. Sementara itu, angka deteksi dini retinopati dan nefropati masih rendah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD pada penyandang DMT2 di Indonesia belum diketahui. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom renal-retinal diabetes pada DMT2 di RSCM. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang yang dilakukan pada 157 subjek DMT2 berusia > 18 tahun. Data karakteristik subjek didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan foto fundus retina, dan pengambilan sampel darah dan urin. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD dianalisis secara bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 21.0. Hasil: Sebanyak 157 pasien terlibat dalam penelitian ini. Prevalensi SRRD adalah 28,7%, dengan rerata usia 56 (27-76) tahun, rerata IMT 25,7 (21,3-33,8) kg/m, median durasi DM 12 (1-25) tahun dengan HbA1c 8,6 (4,8-15,8) %, prevalensi hipertensi 86,7%, prevalensi dislipidemia 91%, 76,4% pasien tidak merokok, 33,3% pasien albuminuria derajat A2 dan 66,7% derajat A3. Pada SRRD, prevalensi derajat nefropati berdasarkan klasifikasi adalah 0% risiko rendah, 13,3% risiko sedang, 20% risiko tinggi, dan 66,7% risiko sangat tinggi dan prevalensi derajat retinopati diabetik adalah 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME, dengan angka deteksi dini retinopati dan nefropati adalah sebesar 20% dan 17,8%. Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara durasi DM (p=0,001) dan albuminuria (p=0,008) dengan kejadian SRRD. Simpulan: Proporsi SRRD pada penyandang DMT2 cukup tinggi (28,7%) dan pada studi ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SRRD pada DMT2 adalah durasi DM dan albuminuria. ......Backgrounds: Diabetic renal-retinal syndrome (DRRS) is a coincidence of diabetic nephropathy and retinopathy that cause serious complications as decreased quality of life and increased mortality with cardiovascular event risk 4,15 times higher. Meanwhile, early detection rate of retinopathy and nephropathy are still low and associated factors of DRRS among Indonesian type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients has not been known. Objective: To obtain the factors related to DRRS among T2DM patients in Cipto Mangunkusumo hospital. Methods: This was a cross-sectional study involving 157 T2DM subjects aged 18 characteristics were obtained from anamnesis, physical examination, retinal fundus, and blood and urine sample. Bivariate and multivariate analysis using statistical package for the social sciences (SPSS) version 21.0 was used to analyze the factors related to DRRS. Results: 157 patients were included in this study. The prevalence of DRRS was 28,7% with median age was 56 (27-76) year old, mean BMI was 25,7 (21,3-33,8) kg/m2, median duration of DM was 12 (1-25) year old and HbA1c 8,6% (4,8-15,8%), prevalence of hypertension was 86,7%, prevalence of dyslipidemia was 91%, 76,4% patients were not smoker, 33,3% patients with albuminuria grade A2 and 66,7% patients with grade A3. In DRRS, the prevalence of nephropathy was classified as 0% low risk, 13,3% moderate risk, 20% high risk, and 66,7% very high risk and the the prevalence of diabetic retinopathy was 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME with early detection rate of retinopathy and nephropathy were 20% and 17,8%. Bivariate and multivariate analysis showed significant correlation with duration of DM (p=0,001) and albuminuria (p=0,008) with DRRS. Conclusions: DRRS proportion in T2DM was high (28,7%) and this study showed that duration of DM and albuminuria were correlated with DRRS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Amalul Fadly
Abstrak :
Klien luka diabetes dapat mengalami perubahan bentuk dan fungsi pada organ yang mengalami luka. Perubahan tersebut dapat menyebabkan gangguan citra tubuh pada klien tersebut jika klien menyikapinya secara negatif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran citra tubuh klien tersebut. Desain penelitian ini deskriptif dengan teknik total sampling terhadap 13 klien Rumah Perawatan Luka Bekasi. Hasilnya sebanyak 53,8% klien mengalami gangguan citra tubuh. Perawat luka disarankan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan citra tubuh selain perawatan pada luka diabetes klien agar gangguan citra tubuh klien teratasi dengan baik sehingga klien dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. ...... Clients with diabetic ulcer might experience changes of structure and function of damaged skin. The changes could cause body image disturbance of clients if they adapt negatively. This study aims to describe the body image of clients with diabetic ulcer. Design of this study is descriptive with total sampling to 13 clients in Rumah Perawatan Luka, Bekasi. The result was 53,8 % clients have body image disturbance. Ulcers nurses are recommended to give nursing intervention related to body image in order to resolve body image disturbance properly, so that the client can adapt better with the changes that in the body.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Perdana Kesuma
Abstrak :
Kontrol glikemik yang baik berhubungan dengan menurunnya komplikasi diabetes. Penyandang DM yang teratur mengontrol gula darah menunjukkan presentase hasil penurunan risiko komplikasi sebesar 35% dengan kata lain kontrol gula darah rutin menurunkan resiko komplikasi. Data penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepatuhan penyandang DM dalam mengontrol gula darah masih sangat rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi penyandang DM tipe 2 melakukan pemeriksaan gula darah. Penelitian ini menggunaan desain deskriptif analitik dengan pendekatancross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 100 penyandang DM Tipe 2 yang diambil dengan cara purposivesampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor psikososial (persepsi (p=0.001), efikasi diri (0.027) dan social incentive (p= 0.014)) dengan keaptuhan monitoring gula darah. Semakin positif persepsi dan social incentive maka akan meningkatkan keaptuhan monitoring gula darah pada penyandang DM tipe 2. Semakin baik efikasi diri maka akan semakn meningkatkan keaptuhan monitoring gula darah pada penyandang DM tipe 2 ......Good glycemic control is associated with reduced diabetes complications. People with DM regularly control blood glucose showed a good percentage reduce the risk of complications by 35%. Result of previous research data showed that adherence of DM in controlling blood glucose is still very low. The purpose of this study is to know the factors that affect people with type 2 diabetes to check blood glucose. This research uses descriptive analytic design with cross sectional approach. The sample of this study amounted to 100 people with Type 2 DM taken by purposivesampling. The results showed there was a correlation between psychosocial factor (perception (p = 0.001), self efficacy (0.027) and social incentive (p = 0.014)) with compliance monitoring of blood sugar and HbA1c. The more positive the perception and social incentive will improve compliance monitoring of blood glucose in type 2 diabetes mellitus. The better self efficacy will be to improve compliance monitoring blood glucose in people with type 2 diabetes mellitus.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan: Mengumpulkan informasi mengenai penanganan dan komplikasi diabetes, serta kesadaran pengendalian diri sendiri penderita diabetes di Indonesia. Studi ini juga mengevaluasi perspektif dokter, aspek psikologis, dan kualitas hidup pasien. Metode: Studi non-intervensi, potong lintang, merekrut 1832 pasien dari pusat kesehatan sekunder dan tersier di Indonesia. Data mengenai demografi , riwayat medis, faktor resiko, dan laporan pemeriksaan klinis termasuk laboratorium dikumpulkan dari rekam medis pasien. Sampel darah dikumpulkan untuk pengukuran HbA1c yang tersentralisasi. Hasil: Di antara 1832 pasien, 1785 individu memenuhi syarat untuk dianalisis. Rata-rata usia adalah 58,9+9,6 tahun. Lamanya menderita diabetes 8,5+7,0 tahun. Mayoritas pasien (97,5%) menderita diabetes tipe 2.67,9% pasien memiliki kontrol diabetes yang buruk (A1c: 8,1 ± 2,0%). 47,2% pasien memiliki kadar Glukosa Plasma Puasa >130 mg/dL (161,6±14,6 mg/dL). Dislipidemia dilaporkan pada 60% pasien (834/1390) dan 74% (617/834) di antaranya mendapatkan obat hipolipidemik. Neuropati merupakan komplikasi paling umum (67.2%); komplikasi diabetes lainnya antara lain: katarak: 14.5% Retinopati diabetik non-proliferatif: 8.3%, kreatinin serum>2 mg/dl: 3.6%, ulkus yang sudah sembuh: 3.8%, angina pectoris 9.9% dan stroke 5.6%. Sekitar 81.3% pasien menerima terapi obat hipoglikemik oral (OHO) (± insulin), 37,7% pasien menerima terapi insulin (±OHO). Penggunaan biguanide diikuti oleh sulfonylurea. Mayoritas pasien menggunakan insulin manusia 73,2%, regimen premiks 58,5%, insulin analog 24,9%. Mayoritas respon indeks kesehatan WHO-5 jatuh dalam teritori positif. Kesimpulan: Kontrol glikemik yang buruk pada mayoritas pasien diabetes perlu diperhatikan. Terdapat kebutuhan untuk penyesuaian terapi dari sebagian besar pasien menuju terapi farmakologis yang lebih intensif dan pendekatan multidisipliner harus digunakan. Temuan studi ini perlu dikomunikasikan kepada pembuat kebijakan dan dokter untuk membantu mereka memberikan perawatan kesehatan dan fasilitas yang baik.
Abstract
Aim: To collect information on diabetes management, diabetes complications, and awareness of self-control in diabetic population of the country. This study also evaluated the physician perspectives, psychological aspects, and quality of life of diabetic patients. Methods: This was a non-interventional, cross-sectional study, which recruited 1832 patients from secondary and tertiary medical centers across Indonesia. Data on demography, medical history, risk factors and clinical examination reports including laboratory assessments were collected from medical records of patients. Blood samples of all patients were collected for centralized HbA1c measurements. Results: Among 1832 patients, 1785 individuals were eligible for analysis. The mean age of the patients was 58.9+9.6 years. The mean duration of diabetes was 8.5+7.0 years. Majority (97.5%) of the patients had type 2 diabetes. 67.9% had poor control of diabetes (A1c:8.1 ± 2.0%). 47.2% had FPG>130 mg/dL (161.6±14.6 mg/dL). Dyslipidemia was reported in 60% (834/1390) and 74% (617/834) of those received lipid lowering treatment. Neuropathy was most common complication (63.5%); other complications were: Diabetic retinopathy 42%, nephropathy 7.3%, severe late complications 16.9%, macrovascular complications 16%, microvascular complications 27.6%. About 81.3% of patients were on OADs (± insulin), 37.7% were on insulin (±OADs). Majority used biguanides followed by sulfonylureas. Human insulin was used by 73.2%, premix regimen 58.5%, analogues usage was 24.9%. Majority of the WHO-5 well being index responses fell in positive territory. Conclusion: Poor glycaemic control in majority of patients is a concern. There is a need for a large proportion of patients to be adjusted to more intensive pharmacotherapy and a multi-disciplinary approach for management should be adopted. The study fi ndings should be communicated to policymakers and physicians to help them provide proper healthcare and its facilities in Indonesia.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pemberian antibiotik di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung didasarkan pada hasil tes sensitivitas dan terapi empiris ulkus diabetik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dari berbagai macam antibiotik berdasarkan hasil tes sensitivitas terhadap clinical outcome yang dicapai dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi clinical outcome tersebut. Di samping itu, dilakukan juga evaluasi total resistensi penggunaan antibiotik empiris yang digunakan dengan melihat pola kuman dan pola sensitivitas kuman isolat pus pasien ulkus diabetik terhadap beberapa antibiotik. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. H. Abdul Moeloek pada bulan April-Juli 2008 dengan menerapkan metode cross sectional secara retrospektif. Data yang didapat diperoleh dari medical record pasien ulkus diabetik yang diobati sejak 1 Januari 2005 sampai 30 Mei 2009. Persyaratan pasien yang diikutsertakan adalah pasien dengan infeksi ulkus diabetik, menerima resep antibiotik, antibiotik yang diberikan berdasarkan hasil tes sensitivitas, pasien diobati sampai mendapatkan pesetujuan dokter untuk dipulangkan. Penelitian yang mengikutsertakan 98 pasien menunjukkan clinical outcome dari pasien ulkus diabetik yang diberikan antibiotik berdasarkan hasil tes sensitivitas dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan usia pasien.
Abstract
The administration of antibiotic at RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung is based on sensitivity test result and empirical therapy on diabetic ulcer. Therefore, the objective of the research is to analyze the effectivity of various antibiotics administration based on the sensitivity test result on clinical outcome reached by considering influenced factors. On the other hand, total evaluation of the resistances of empirical antibiotic used by considering germ and sensitivity test feature was done. The research was conducted at dr. H. Abdul Moeloek Regional Hospital from April - July 2008 by applying cross sectional design retrospectively. Data was taken by the diabetic ulcer patients medical record which were treated from January 1st 2005 to Mei 30, 2009. Requirement of patient inclution are patient with diabetic ulcer infection, receiving antibiotic recipe, antibiotic given is based on sensitivity test result, patient was cured until getting the doctor approval to go home. The research which involved 98 patient inclution showed that clinical outcome of diabetic ulcer patient who was administered antibiotic based on sensitivity test result was influenced by chronic level of patient and age.
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Abdul Moeloek Lampung], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Hotlina
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Komplikasi diabetes pada jantung dapat terjadi oleh karena produksi reactive oxygen spesies (ROS) berlebih. Beberapa studi menunjukkan stres oksidatif berperan dalam patogenesis komplikasi diabetes seperti kardiomiopati. Kurkumin telah terbukti memiliki khasiat sebagai antioksidan dan kardioprotektif. Tetapi kurkumin memiliki bioavailabilitas yang rendah didalam tubuh. Oleh karena itu kurkumin dibuat dalam bentuk nanokurkumin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nanokurkumin terhadap stres oksidatif pada jantung tikus yang di induksi diabetes. Metode: Tikus Sprague-Dawley jantan di induksi diabetes dengan nikotinamide (NA) 100 mg/kgBB dan streptozotocin (STZ) 55 mg/kgBB secara intraperitoneal dan dosis tunggal. Terdapat 4 kelompok tikus antara lain, kelompok normal (tikus yang tidak di induksi), kelompok kontrol diabetes (CMC 0,5%), kelompok tikus diabetes yang diberi kurkumin oral 100mg/kg/hari dan kelompok tikus diabetes yang diberi nanokurkumin oral 100mg/kg/hari. Pengamatan dilakukan selama 30 hari. Kadar glukosa darah, aktivitas enzim creatine kinase myocardial band (CKMB), kadar malondialdehid (MDA), aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan histopatologi otot jantung dianalisis dengan statistik menggunakan uji ANOVA, perbedaan dianggap bermakna secara statistik bila p<0.05. Hasil: Pemberian nanokurkumin dan kurkumin tidak mempengaruhi kadar glukosa darah dan cenderung menurunkan aktivitas CKMB pada serum. Nanokurkumin menurunkan kadar MDA jantung. Selain itu, nanokurkumin dan kurkumin dapat meningkatkan aktivitas enzim GPx tetapi tidak mempengaruhi aktivitas enzim SOD. Kurkumin memperbaiki kerusakan otot jantung dan lebih baik dibanding nanokurkumin. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa induksi diabetes dan pengamatan selama 30 hari belum memicu kondisi stres oksidatif yang nyata. Nanokurkumin tidak mampu memperbaiki kerusakan otot jantung tetapi mempunyai efek menekan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas GPx.
ABSTRACT Background: Complications of diabetic in the heart may occur due to the excess production of reactive oxygen spesies (ROS). Previous studies showed that oxidative stress played a role in the pathogenesis of diabetic complications such as cardiomyopathy. Curcumin has potential and efficacy as an antioxidant and cardioprotective agent. However, curcumin has low bioavailability in the body. In the present study we investigate the effects of curcumin in the form of nanocurcumin against oxidative stress in the heart from streptozotocinnicotinamide- induced diabetic rats. Methods: Sprague-Dawley rats were induced diabetes with nicotinamide 100mg/kg and streptozotocin55 mg/kg intraperitoneally. Rats were divided into nondiabetic group, diabetic control group (CMC 0,5 %) and two treated groups which were orally given curcumin at a dose of 100 mg/kg/day and nanocurcumin at a dose of 100 mg/kg/day, respectively. After 30 days of observation, the blood glucose levels, activity of the enzyme creatine kinase myocardial band (CKMB), levels of malondialdehyde (MDA), activity of the enzyme superoxide dismutase (SOD), glutathione peroxidase (GPx) and histopathology of the heart muscle were analyzed and the data were assessed using ANOVA test with the level of significancy of p <0.05. Results: Nanocurcumin and curcumin did not decrease blood glucose levels and tended to reduce the activity of CKMB in serum. Nanocurcumin reduced cardiac MDA. Nanocurcumin and curcumin enhanced the activity of GPx enzyme, but did not influence the activity of SOD enzyme. Curcumin appeared to be able to repair injured heart muscle and was better than nanocurcumin. Conclusion: The results of studyindicate that induction of diabetes by streptozotocin-nicotinamide did not result in severe oxidative stress in the rats. Nanocurcumin is not able to repair injured heart muscle but could suppress MDA levels and increase the activity of GPx.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Kusuma Anggraeni
Abstrak :
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penurunan fungsi dengan salah satu mekanisme melibatkan glycogen synthase kinase-3β (GSK-3β) Inhibisi GSK-3 oleh fosforilasi Ser9 diperlukan untuk pembentukan LTP bergantung NMDA yang penting untuk plastisitas sinap. Pemberian Hibiscus sabdariffa Linn. (HSL) dapat memperbaiki fungsi memori, namun apakah HSL dapat HSL dapat mempengaruhi GSK-3β dan NMDAR di hipokampus masih belum jelas. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh pemberian HSL terhadap fungsi memori, aktivitas GSK-3β, dan ekspresi NMDAR hipokampus mencit DM. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan mencit DDY berusia 9-11 minggu yang dibagi menjadi lima kelompok: kontrol (K), kontrol DM (DM), kontrol positif DM dengan quercetin (DM-Que), DM dengan HSL dosis 200 mg/kgBB (DM-Hib2), DM dengan HSL dosis 400 mg/kgBB (DM- Hib4). Hewan coba mendapat perlakuan selama empat minggu. Fungsi memori dinilai dengan uji Y-Maze forced alternation dan Y-Maze spontaneous alternation sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengetahui memori spatial. Analisis kadar total pGSK-3β) didapatkan dengan metode ekspresi gen NR2A dan NR2B menggunakan RT-PCR. Hasil penelitian ini menunjukan penurunan fungsi memori pada kelompok DM yang disertai dengan penurunan kadar pGSK-3β, serta penurunan ekspresi gen NR2A dan NR2B pada hipokampus. Pemberian quercetin sebagai kontrol positif dan HSL dapat mempertahankan fungsi memori pada mencit DM yang berkaitan dengan pemulihan pGSK-3β serta ekspresi gen NR2A dan NR2B. Temuan ini menunjukan bahwa pemberian HSL dapat berpotensi memperbaiki fungsi memori dan berkaitan dengan aktivitas GSK-3β dan ekspresi NR2A dan NR2B. ......Diabetes mellitus (DM) is a risk factor for memory impairment with one mechanism involving glycogen synthase kinase-3β (GSK-3β). Inhibition of GSK-3 by phosphorylation of Ser9 is required for the formation of LTP dependent NMDA which is important for synaptic plasticity and memory function. Previous study showed Hibiscus sabdariffa Linn. (HSL) improves memory function. However, the effect of HSL on GSK-3β activity and NMDAR in the hippocampus is still unclear. The aim of the study is to investigate the effect of HSL administrating on memory function, GSK-3β activity, and NMDAR expression in DM mice. This study is an experimental study using DDY mice aged 9-11 weeks which were divided into five groups: control (K), DM control (DM), positive control DM with quercetin (DM- Que), DM with HSL at a dose of 200 mg/kgBW (DM-Hib2), DM with HSL at a dose of 400 mg/kgBW (DM-Hib4). Experimental animals were given treatment for four weeks. All groups performed Y-Maze forced alternation and Y-Maze spontaneous alternation before and after treatment to determine it’s memory function. Analysis of GSK-3β total and pSer21/9 GSK-3β levels used ELISA while analysis of NR2A and NR2B gene expression used RT-PCR. The results of this study showed a decrease in memory function in the DM group accompanied by a decrease in pGSK-3β levels, as well as a decrease in the expression of NR2A and NR2B genes in the hippocampus. Administration of quercetin as a positive control and Hibiscus sabdariffa Linn. can maintain memory function in DM mice related to the restoration of pGSK-3β levels and the expression of NR2A and NR2B genes. These findings indicate that administration of Hibiscus sabdariffa Linn can improve memory function by increasing pGSK-3β and NR2A and NR2B expression.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dian Puspita
Abstrak :
Masalah kesehatan di masyarakat perkotaan terkait erat dengan gaya hidup tidak sehat. Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit kronis yang cenderung terjadi pada lansia perkotaan komunitas. Diabetes jika tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi seperti tukak diabetik. Tugas Akhir Ilmiah ini berfokus pada pasien diabetes lansia dengan kesehatan yang rentan risiko tingkah laku. Intervensi dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan dalam keluarga, yaitu dengan intervensi pijatan kaki untuk mencegah terjadinya ulkus diabetes. Kaki Pijatan bisa mengembalikan sensasi kaki seperti yang dibuktikan dengan hasil pre-test dan posttest menggunakan monofilamen. Dengan kunjungan rumah tujuh kali, pijat kaki rutin dilakukan bersama teknik yang tepat dan durasi 15 hingga 30 menit setidaknya seminggu sekali selama sebulan dapat meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien diabetes. Perawatan kaki dengan pijat kaki bisa meningkatkan sirkulasi darah kaki penderita diabetes seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan sensitivitas kaki dan bisa langsung mencegah terjadinya ulkus diabetik.
Health problems in urban communities are closely related to unhealthy lifestyles. Diabetes mellitus is a chronic disease that tends to occur in urban elderly the community. Diabetes if left untreated can cause complications such as diabetic ulcers. This Scientific Final Project focuses on elderly diabetes patients with risk-prone health behavior. Interventions conducted to overcome nursing problems in the family, namely with foot massage intervention to prevent diabetes ulcers. Legs Massage can restore foot sensation as evidenced by the results of the pre-test and post-test using monofilament. With seven home visits, regular foot massage is done together proper technique and duration of 15 to 30 minutes at least once a week for a month can increase foot sensitivity in diabetic patients. Foot care with foot massage can improve blood circulation in diabetics as indicated by an increase sensitivity of the foot and can directly prevent the occurrence of diabetic ulcers.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>