Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Hadi Susanto
"Latar Belakang: Penyakit ginjal diabetik (PGD) merupakan komplikasi mikrovaskular yang paling sering terjadi pada diabetes melitus. Podositopati merupakan kunci utama dari kerusakan glomerular pada PGD. miRNA-21 merupakan regulator epigenetik yang mempunyai peran dalam kerusakan podosit pada PGD, namun hasil dari penelitian yang sudah ada sebelumnya masih menyisakan kontroversi tentang peran miRNA-21 pada patogenesis PGD. Tujuan: Mengetahui korelasi antara kadar miRNA-21 dengan kadar nefrin urin, podosin urin, dan rasio albumin kreatinin urin pada pasien PGD. Metode: Studi potong lintang terhadap 42  pasien PGD di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta selama periode April sampai Juli 2023. Uji korelasi dilakukan untuk menilai hubungan miRNA-21 dengan nefrin, podosin, dan rasio albumin kreatinin urin. Regresi linier dilakukan untuk menilai variabel perancu terhadap hubungan tersebut. Hasil: Didapatkan hasil rerata ekspresi relatif miRNA-21 0,069 (0,024) , median nefrin 35,5 (15,75 – 51,25)ng/ml, median podosin 0,501 (0,442– 0,545) ng/mL, dan rasio albumin kreatinin urin 150 (94,56 – 335,75) ng/ml.Ditemukan korelasi antara miRNA-21 dengan nefrin (r = 0,598; p = <0,0001). Ditemukan korelasi antara miRNA-21 dengan rasio albumin kreatinin urin (r = 0,604; p = <0,0001). Tidak didapatkan korelasi antara miRNA-21 dengan podosin. Simpulan: Terdapat korelasi positif antara miRNA-21 dengan nefrin dan rasio albumin kreatinin urin namun tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara miRNA-21 dengan podosin urin.

Diabetic kidney disease (DKD) is the most common microvascular complication in diabetes mellitus. Podocytopathy is a key component of glomerular damage in DKD. miRNA-21 is an epigenetic regulator that plays a role in podocyte damage in DKD, however, the results of previous studies have not resolved the controversy about the role of miRNA-21 in the pathogenesis of DKD. Objective: The aim is to investigate the correlation between miRNA-21 levels and the urinary nephrin, urinary podosin, and urinary albumin-creatinine ratio (uACR) in patients with DKD.  Methods: A cross-sectional study of 42 patients with DKD was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta from April to June 2023. A correlation test was performed to assess the association of miRNA-21 with the nephrin, podosin, and uACR. A linear regression test was performed to assess the confounding variables in these relationships. Results: The mean relative expression of miRNA-21 was 0.069 (0.024), the median nephrin was 35.5 (15.75 - 51.25) ng/ml, the median podocin was 0.516 (0.047 - 0.620) ng/ml, and the uACR was 150 (94.56 - 335.75) ng/ml. There was a correlation between miRNA-21 and nephrin (r = 0.598; p = <0.0001). There was a correlation between miRNA-21 and the uACR (r = 0.604; p = <0.0001). No correlation was found between miRNA-21 and podocin. Conclusions: There was a positive correlation between miRNA-21 and nephrin and urinary albumin-creatinine ratio, but no significant correlation between miRNA-21 and urinary podocin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhonna Dwi Safitri
"ABSTRAK
Dalam satu dekade terakhir, para peneliti berfokus dalam upaya penemuan biomarker proteindan peptida untuk penyakit ginjal diabetik. Reviewini bertujuan untuk menelusuri, menelaah, dan mensintesisterkaitperkembangan terkini protein dan peptida sebagai biomarker untuk penyakit ginjal diabetik. Penelusuranliteratur dilakukan secara sistematis dengan melakukan penelusuran studi observasionalpada databaseseperti Sciencedirect, Springerlink, dan PubMed yang dipublikasikan dari Januari 2018 hingga April 2020. Setelah melakukan proses penyaringan, terdapat 20 artikel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Berdasarkan literatur tersebut, biomarker protein dan peptida yang ditemukan menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk memprediksi penyakit ginjal diabetik. Biomarker baru diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan peran biomarker dalam mekanisme patogenesis penyakit ginjal diabetik, seperti biomarker pada glomerulus (ANGPTL4, beta-2 microglobulin, Smad1, dan glypican-5), biomarker inflamasi (MCP-1 dan adiponectin), dan biomarker pada tubulus (NGAL, VDBP, megalin, sKlotho, dan KIM-1). Selain itu, pengembangan panel biomarker diduga memiliki potensi yang lebih baik dibandingkan biomarker tunggaldalam diagnosis penyakit ginjal diabetik. Semua biomarker yang dibahas pada review ini menunjukkan hubungan dengan albuminuria dan nilai eLFG. Namun, belum ada biomarker baru yang memiliki kemampuan prognosismelebihi albuminuria ataupun nilai eLFG. Hingga saat ini penggunaan biomarker protein dan peptida baru pada praktik klinis masih sangat terbatas.

ABSTRACT
In the past decade, researchers are focused on the discovery of protein and peptide biomarkers for diabetic kidney disease (DKD). This paper aims to search, analyze, and synthesizethe current updates regarding the development of proteins and peptides as biomarkers for DKD. We systematically searched ScienceDirect, Springerlink, and PubMed (January 2018 until April 2020) databases for observational studies of protein and peptide biomarkers in patients with diabetes mellitus. Following the screening process, only 20 research articles met the inclusion criteria. Protein and peptide biomarkers found showed promising results for predicting DKD. These biomarkers include glomerular biomarkers (ANGPTL4, beta-2microglobulin, Smad1, and glypican-5), inflammatory biomarkers (MCP-1 and adiponectin), and tubular biomarkers (NGAL, VDBP, megalin,sKlotho,and KIM-1). Besides, the developmentof a panel biomarker showed a more promising result than a single biomarker at diagnosing DKD. All biomarkers discussed in this review correlate with albuminuria and eGFR. However, there's still no biomarker that has a prognostic value beyond albuminuria or eGFR. Until now, the use of biomarker proteins and peptides in clinical practice is still very restricted."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pringgodigdo Nugroho
"Background: Diabetic kidney disease (DKD), as a common cause of end-stage renal disease (ESRD), is a chronic complication of diabetes mellitus (DM). It has been established that vitamin D deficiency is one of DKD risk factors, which may be related to vitamin D receptor (VDR) polymorphisms. This study aimed to analyze the association between VDR polymorphisms and DKD in Indonesian population, also risk factors that influence it. Methods: a cross-sectional study was conducted in Type 2 DM patients who visited internal medicine outpatient clinic at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, from November 2014 until March 2015. Data collection includes characteristics of subjects and laboratory examination, including BsmI polymorphisms in the vitamin D receptor gene. Patients with acute and severe disease were excluded from the study. Bivariate and multivariate analyses were done. Results: of 93 DM subjects, 42 (45.2%) subjects were without DKD and 51 (54.8%) subjects had DKD. Most of the subjects had the Bb genotype (89.2%), with no subject having the BB genotype. The proportions of the B and b alleles were 44.6% and 55.4%, respectively. There is no association between BsmI polymorphisms in the vitamin D receptor gene and DKD (OR = 1.243; CI 95% 0.334-4.621; p value = 0.751). Conclusion: the profile of BsmI polymorphisms in the vitamin D receptor gene in the Indonesian population were genotypes Bb (89.2%) and bb (10.8%). There was no association between BsmI polymorphisms in the vitamin D receptor gene and DKD. Duration of DM more than five years influenced the association between those variables."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2021
610 UI-IJIM 53:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Melia
"ABSTRAK
Penyakit ginjal diabetes merupakan komplikasi mikrovaskuler yang menyerang pasien diabetes melitus tipe 2. Dalam perkembangan penyakit ginjal diabetes, sistem renin-angiotensin intrarenal merupakan faktor yang berperan penting.. Hal ini menjadikan angiotensinogen sebagai salah satu komponen sistem renin-angiotensin yang berpotensi menjadi penanda kerusakan ginjal. Article review ini bertujuan untuk menelusur dan menelaah penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kadar angiotensinogen dalam urin sebagai penanda klinis penyakit ginjal diabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penyusunan article review dilakukan dengan mengumpulkan jurnal-jurnal penelitian pada pangkalan data daring, yaitu ScienceDirect, Pubmed, dan Scopus. Penelusuran menghasilkan tujuh jurnal penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Studi artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki korelasi positif yang signifikan dengan ekspresi mRNA angiotensinogen, kreatinin urin, dan faktor terkait spesi oksigen reaktif. Angiotensinogen juga menunjukkan korelasi negatif yang signifikan terhadap estimasi laju filtrasi glomerulus. Hasil telaah beberapa artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki performa yang baik dalam menggambarkan kondisi ginjal subjek penelitian. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi yang signifikan antara angiotensinogen dengan parameter-parameter lain yang terlibat dalam patofisiologi penyakit ginjal diabetes melitus yang terdiri dari estimasi laju filtrasi glomerulus, ekspresi mRNA angiotensinogen, kadar faktor spesi oksigen reaktif, dan kadar albumin kreatinin urin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enda Safitri
"Penyakit ginjal diabetik adalah suatu komplikasi yang disebabkan oleh diabetes melitus. Perkembangan penyakit ini mengarah kepada penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) dan kardiovaskular yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Hal ini menunjukkan pentingnya manajemen terapi pada penyakit ginjal diabetik. Saat ini kontrol glikemik dan tekanan darah adalah manajemen utama pada penyakit ginjal diabetik. Walaupun demikian, diketahui beberapa pasien tetap mengalami progresivitas menjadi ESRD. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukannya terapi baru untuk penyakit ginjal diabetik. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan penelitian – penelitian untuk menemukan target terapi baru yang berpotensi untuk terapi penyakit ginjal diabetik. Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri, menelaah dan mensintesis hasil studi perkembangan terbaru untuk terapi penyakit ginjal diabetik pada golongan obat inhibitor sodium-glucose cotransporter 2 (SGLT2 inhibitor), agonis glucagon-like peptide-1 (GLP-1 agonist), antagonis endothelin-1 receptor (ET-1 antagonist) dan antagonis nonsteroidal mineralocorticoid receptor. Penelusuran literatur dilakukan dengan sistematik pada pusat data Pubmed, ScienceDirect, dan SpringerLink dan dipilah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Efektivitas obat dievaluasi melalui kadar albuminuria dan estimasi laju filtrasi glomerulus. Berdasarkan hasil studi literatur 3 tahun terakhir, diperoleh hasil bahwa inhibitor SGLT2 dan agonis GLP-1 terbukti memiliki efek perlindungan ginjal dan kardiovaskular pada pasien diabetes melitus tipe 2. Kedua golongan tersebut juga dapat menurunkan tekanan darah dan berat badan. Studi saat ini juga menunjukkan antagonis ET-1 dan antagonis nonsteroidal mineralocorticoid receptor juga memiliki potensi sebagai terapi penyakit ginjal diabetik dikarenakan efeknya yang dapat mengurangi albuminuria pasien diabetes melitus tipe 2. Namun demikian untuk memastikan efikasi dan keamanan obat harus dilakukan uji klinis lebih lanjut.

Diabetic kidney disease is a complication caused by diabetes mellitus. The development of the disease leads to end-stage renal disease (ESRD) and cardiovascular disease which increases patient’s morbidity and mortality. This show the importance of therapeutic management in diabetic kidney disease. Nowadays, glycemic control and blood pressure are the main management of diabetic kidney disease. However, it is known that some diabetes patients still progress to ESRD, highlighting the need to identify novel therapies for diabetic kidney disease. The last few years research has been carried out to find new therapeutic targets for therapy diabetic kidney disease. This article review aims explore, examine, and synthesize to new therapeutic studies for diabetic kidney disease in sodium-glucose cotransporter 2 (SGLT2) inhibitor, glucagon-like peptide-1 (GLP-1) agonist, endothelin-1 receptor (ET-1) antagonist, dan nonsteroidal mineralocorticoid receptor antagonist. Literature searches were carried out systematically in Pubmed, ScienceDirect, and SpringerLink data centers and sorted according to inclusion and exclusion criteria. Efficacy of the drug was evaluated through the levels of albuminuria and estimated glomerular filtration rate (eGFR). Recent study showed that SGLT2 inhibitors and GLP-1 agonist have renal and cardiovascular protective effects in patient with type 2 diabetes mellitus. Both groups can also reduced blood pressure and body weight. Current studies show that ET-1 antagonists and nonsteroidal mineralocorticoid receptor antagonists also have the potential to treat diabetic kidney disease because of their effect on reducing albuminuria in patient with type 2 diabetes mellitus. However, to ensure efficacy and safety of the drug further clinical trials must be carried out"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library