Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Neni Irianty
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan ultrasonografi sebagai pemeriksaan pelengkap mamografi dalam mendeteksi awal kelainan payudara berdasarkan perbedaan densitas payudara pada mamografi. Rumusan Masalah Kepadatan payudara menurunkan tingkat kepekaan mamografi sehingga dapat terjadi false negatif pada mamografi. Sehingga diperlukan pemeriksaan yang non invasif dan relatif murah seperti ultrascnografi untuk meningkatkan kepekaan mamografi. Berdasarkan uraian dalani latar belakang masalah di alas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian antara lain : 1. Gradasi berapa pada mamogram yang memerlukan ultrasonografi sebagai pemeriksaan tambahan mamografi, 2. Berapa peningkatan kepekaan mamogram yang tidak ditemukan massa dengan penggunaan ultrasonografi sebagai pemeriksaan pelengkap dalam mengevaluasi kelainan payudara.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Tunggamoro
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas Ultrasonografi Doppler Berwarna (USG DB) dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening (KGB) aksila level I pada pasien karsinoma payudara (KPD). Saban dan Metode: Pemeriksaan USG DB dilakukan pada 39 KGB aksila dari 17 pasien yang memenuhi kriteria penerimaan. USG DB menilai KGB dengan B-mode, Color mode clan Doppler mode untuk kemudian dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi, Pemeriksaan dilakukan menggunakan transduser linear frekuensi 10 MHz (GE, Logiq 3). Hasil penelitian: Pada pemeriksaan USG Doppler mode didapatkan sensitivitas 73,3%, spesifisitas 87,5%, yang bennakna secara statistik. Pemeriksaan USG Co/or mode mempunyai nilai kappa dan spesifisitas yang rendah, meskipun bermakna secara statistik. Pemeriksaan USG lainnya (B-mode maupun kombinasi) tidak memberikan hasil yang bermakna. Kesimpulan: Pemeriksaan USG Doppler mode mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang baik dan bermakna secara statistik. Hal ini diharapkan dapat membantu klinisi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening aksila secara non-invasif. ...... Objective: To establish sensitivity and specificity of Color Doppler Ultrasound (CDU) in the assessment of level ! axillary lymph nodes metastases in breast cancer patients. Material and methods:. CDU was performed in 39 aril/my lymph nodes from 17 patients, to evaluate B-mode, Color erode dan Doppler mode images in comparison with histopathologic finding of metastases. CDU examination was performed using linear transducers 1OMHz (GE, Log-4 3). Results: The sensitivity and specificity of Doppler mode in CDU were 73,3% and 87,5%, and they were statistically significant. Although color mode evaluation was statistically significant, its specificity and kappa value are low. Other evaluations such as B-mode or combination mode gave unsignificant results, Conclusion: Doppler mode in CDU examination has a good sensitivity and specificity in detecting axillary lymph nodes metastases. It is considered useful for the clinicians in evaluating lymph nodes status using non-invasive procedure.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Imaduddin
Abstrak :
Ultrasonografi (USG) merupakan alat diagnostik pencitraan yang berguna untuk mendeteksi dan menganalisis struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia, salah satuya mendeteksi atau menganalisis biometri janin. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengukur biometri janin dari citra hasil scanning alat USG. Citra janin yang dideteksi dan diukur meliputi besar diameter kepala dan panjang tulang paha. Proses deteksi dan pengukuran dilakukan melalui beberapa tahap yaitu cropping objek dan non-objek, ekstraksi fitur, seleksi fitur, dan pengukuran besaran dari organ janin. Untuk ekstraksi fitur menggunakan Haar-like Feature, untuk pendeteksian menggunakan Adaboost Classifier, dan untuk metode pengukuran biometri menggunakan Randomized Hough Transform. Pada penelitian ini, digunakan 300 data citra biparietal kepala dan 200 data citra tulang paha. Dari hasil pengolahan data, didapatkan hasil deteksi biparietal kepala janin sebanyak 44 gambar dengan error rata-rata sebesar 0,0388 dan correlation coefficient yang dihasilkan sebesar 0,984. Sementara hasil untuk deteksi tulang paha janin sebanyak 18 dengan error rata-rata sebesar 0,554 dan correlation coefficient yang dihasilkan sebesar 0,788. Dengan metode yang diajukan pada penelitian ini, diperlukan adanya pengembangan metode yang lebih optimal sehingga tahapan dalam pengintegrasian sistem ke dalam sebuah alat pengukuran organ janin dapat diaktualisasikan. Tentunya dengan sistematika pemakaian alat yang lebih sederhana dan harga yang lebih terjangkau. ...... Ultrasonography (USG) is a diagnostic tool for detecting and analyzing organ structure in human body. One of the example usage of USG is to detect and analyze biometric features of a fetus. This study aims to detect and measure features of fetus from scanned image offetalhead (biparietal diameter) and femur length using ultrasound equipment. The detection and measurement process have several steps. It consists of cropping object and non-object, extracting features, selecting features, and measuring the fetal organs sizes. In this study, Haar-like feature is used to extract the feature meanwhile AdaBoost classifier is used for object detection and Randomized Hough Transform is applied for biometry measurement. In this research, we used 300 biparietal head image data and 200 image data of femur. After the data processing stage, we obtained the detection of biparietal as many as 44 images with an average error of 0.0388 and Correlation Coefficient result of 0,984, while the results for the detection of fetal femur error as many as 18 with an average of 0,554 and Correlation Coefficient result of 0,788. The result of this research can be optimized further to realize a fully integrated system that can detect and measure fetal organ with usable user interaction and affordable price.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soni, Nilam J.
Abstrak :
This book will be a welcome resource for any physician or health care practitioner looking to further their knowledge and skills in point-of-care ultrasound.
Oxford: Saunder Elsevier, 2015
616.075 43 SON p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stuttgart: Thieme, 2015
R 616.7 INT
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sorindah Molina
Abstrak :
Penelitian ini memanfaatkan peristiwa ozonasi yang menghasilkan ozon dari udara bebas sebagai disinfektan untuk proses disinfeksi alternatif Salmonella sp. Untuk melakukan signifikansi proses disinfeksi ini, digunakan pembangkitan fenomena kavitasi ultrasonik dengan variasi intensitas gelombang ultrasonik sebesar 30, 60 dan 100%. Pada laju alir air 4 LPM (liter per menit) proses disinfeksi Salmonella sp. menunjukkan hasil yang terbaik dengan menggunakan peristiwa ozonasi maupun kombinasi kedua metode tersebut. Pada laju alir air 4 LPM pula dengan intensitas gelombang ultrasonik 100%, proses disinfeksi menggunakan ozonasi dan kavitasi ultrasonik menghasilkan pengurangan jumlah koloni bakteri paling cepat dibandingkan menggunakan konfigurasi lain dimana konsentrasi awal yang digunakan pada kisaran 105 CFU/mL berkurang hingga mencapai 0 CFU/mL dalam waktu 15 menit. Selain itu terbukti bahwa penggunaan kavitasi ultrasonik dapat meningkatkan kelarutan ozon di dalam air yang dibuktikan melalui perhitungan jumlah ozon residual. Peningkatan laju alir dan intensitas gelombang ultrasonik secara garis besar meningkatkan laju disinfeksi Salmonella sp pada penelitian ini.
This study utilizes ozonation that produce ozone from the free air as a disinfectant for Salmonella sp. disinfection alternatives process. To achieve the significance of this disinfection process , ultrasonic cavitation phenomenon with variations in the intensity of ultrasonic waves of 30, 60 and 100% will be used . On the water flow rate 4 LPM (liters per minute) Salmonella sp. disinfection showed the best results by using ozonation or a combination of both methods. On the water flow rate 4 LPM also with ultrasonic waves intensity 100% , disinfection using ozonation and ultrasonic cavitation produce reduction in the number of bacterial colonies the fastest compared to other configurations in which the initial concentration used in the range of 105 CFU / mL decrease until it reaches 0 CFU / mL within 15 minutes. In addition it is evident that the use of ultrasonic cavitation can increase the solubility of ozone in water as showed by calculating the amount of residual ozone. Increased flow rate and the intensity of the ultrasonic waves can increase the rate of disinfection of Salmonella sp.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Wijayanti
Abstrak :
Hasil-hasil tentang pengaruh destruksi ultrasonik terhadap pembentukan nanopartikel material SrO.6Fe2-xMnx/2Tix/2O3 (x = 0.0; 0.5; dan 1.0) dibicarakan dalam skripsi ini. Seluruh material dipersiapkan melalui teknik pemaduan mekanik dimana semua prekursor yang diperlukan dipadukan bersama dalam alat planetary ball mill menghasilkan serbuk halus. Serbuk kemudian dikonsolidasi dalam bentuk bakalan muda dan menjalani tahapan sintering pada temperatur 1200°C selama 3 jam menghasilkan sampel kristalin berfasa tunggal. Serbuk material kristalin didapat melalui penghalusan kembali secara mekanik sampel kristalin selama 10 jam. Hasil evaluasi ukuran partikel menunjukkan ketiga sampel dengan komposisi berbeda memiliki ukuran rata-rata partikel berbeda masing-masing ~ 723 nm untuk x = 0.0, 293 nm untuk x = 1.0 dan 192 nm untuk x = 0.5. Partikel-partikel ini kemudian menjalani tahapan destruksi ultrasonik menggunakan transduser yang dioperasikan pada amplitudo 35, 45 dan 55 μm selama 5 jam. Ternyata, ukuran-ukuran partikel dapat berkurang secara efektif dengan bertambahnya daya transduser. Partikel-partikel material x = 0.0 awalnya memiliki ukuran sampai ~ 1500 nm menjadi mengecil sampai dibawah ukuran 300 nm pada penggunaan transduser dengan amplitudo 35 mikron. Ukuran partikel ini menjadi lebih halus lagi pada penggunaan transduser dengan amplitudo 55 mikron. Namun, hal ini berbeda dengan hasil evaluasi ukuran kristalit dimana tidak ditemukan pengaruh yang berarti pada proses destruksi ultrasonik. Pada partikel material x = 0.0, awalnya memiliki ukuran kristalit 143 nm hanya mengecil menjadi 85 nm paska destruksi ultrasonik mengunakan transduser dengan amplitudo 55 mikron. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa teknik destruksi mekanik yang dilanjutkan dengan destruksi ultrasonik terhadap partikel dapat menjadi salah satu cara untuk pembuatan partikel-partikel berukuran nanometer. Dari hasil penelitian ini telah diperoleh partikel yang tersusun oleh 1 sampai dengan 3 buah kristalit material SrO.6Fe2-xMnx/2Tix/2O3 (x = 0.0; 0.5; dan 1.0).
Results on effects of ultrasonic destruction to nanoparticles formation of SrO.6Fe2-xMnx/2Tix/2O3 (x = 0.0; 0.5; and 1.0) materials are reported. Materials were prepared through a mechanical alloying technique in which all precursors were co-milled into fine particles in a planetary ball mill. Sintering of 1200°C for 3 hours was introduced to the green compact which resulting in a single phase crystalline material. Crystalline particles were then obtained after re-milling the sintered samples for 10 hours. Particle size evaluations showed that the three compositions have different value of mean particle sizes respectively ~ 723 nm for x = 0.0, 293 nm for x = 1.0 and 192 nm for x = 0.5. These particles were then subjected to further refining by means of ultrasonic destruction employing 3 different amplitudes respectively 35, 45, and 55 μm for 5 hours each. It was found that the particle sizes were reduced effectively as the amplitude of transducer hence the transducer power increased. For material with x = 0.0, the particles with size up to ~ 1500 nm were reduced significantly to below 300 nm after ultrasonic destruction by a 35 μm transducer and reduced further to 100 nm by a 55 μm transducer. However, for Mn and Ti containing particles, the particle sizes were larger in which for x =1.0, the particles with sizes up to 300 nm were only obtained after ultrasonic destruction by 55 μm transducer. Referring to results of crystallite sizes evaluation for the particles, there is no significant effect to the reduction of crystallite sizes. The mean crystallite size of particles for x = 0.0 was initially 143 nm reduced to only 85 nm after ultrasonic destruction by a 55 μm transducer. It is concluded that the mechanical alloying assisted with ultrasonic destruction has proven to be an alternative route for nanoparticles fabrication. Particles containing up to 3 nano crystallites can be obtained in Mn and Ti substituted Strontium Hexaferrites.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tempkin, Betty Bates
St. Louis: Elsevier Saunders, 2015
616.075 TEM s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This book presents some of the recent advances in Ultrasound imaging technology covering several organs and techniques in a Biomedical Engineering (BME) perspective. The focus of the book is in the algorithms, methodologies and systems developed by multidisciplinary research teams of engineers and physicians for Computer-Aided Diagnosis (CAD) purposes. Cardiovascular and Cancer, the most common life-threatening diseases in western countries, are two of the most important topics focused in the book. However, other advanced issues are also presented such as Intravascular Ultrasound, 3D US and Ultrasound in Computer-Aided Surgery (CAS). Some chapters are direct contributions from medical research groups where Ultrasound has also received great attention in the last decade. By this, new techniques based on Ultrasound were introduced in the clinical practice for diagnosis and therapeutics, mainly in hospital facilities.
New York: Springer, 2012
e20401849
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Moses Hanky JR. Tandayu
Abstrak :
Latar Belakang : Deteksi infark pada populasi sindroma koroner akut non elevasi segmen ST (SKA-NEST) pada praktik klinis sulit dan menyebabkan kegagalan stratifikasi risiko yang tepat. Pemeriksaan enzim jantung tidak tersedia secara luas, memiliki waktu tunggu yang lama, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tujuan : Mengetahui akurasi dasar dan akurasi paska training kecerdasan buatan Learning Intelligent for Effective Sonography (LIFES) dalam mendeteksi infark miokard pada populasi SKA-NEST berdasarkan gambaran ekokardiografi Metode : Penelitian ini merupakan studi diagnostik yang mengevaluasi kemampuan kecerdasan buatan berbasis deep learning LIFES dalam mendeteksi infark miokard pada pasien SKA-NEST di RSJPDHK pada tahun 2019-2023 berdasarkan gambaran ekokardiografi. Dilakukan transfer learning menggunakan dataset penelitian dan cross validation untuk mengetahui tingkat akurasi model baru paska transfer learning. Hasil : Sebanyak 721 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari tahun 2019-2023. 310 diantaranya adalah pasien infark miokard non elevasi segmen ST (IMA-NEST). Sebanyak 67,8 % subjek adalah laki-laki dengan median usia 61 tahun. Median waktu dilakukan ekokardiografi dari admisi adalah tiga hari. Terdapat perbedaan signifikan pada beberapa parameter ekokardiografi pada kelompok infark vs non infark berupa median FEVKi 53% vs 63 % (p < 0,001), median LVEDD 48,8 mm vs 44,6 mm (p < 0,001), median rerata E/E’ 12,0 vs 9,8 (p < 0,001) dan median LAVI 30 ml/m2 vs 26 ml/m2 (p < 0,001). Performa diagnostik LIFES terhadap infark didapatkan paling baik pada tampilan PLAX dengan sensitivitas 88,7 % dan spesifisitas 20,4 % AUC 0,55 pada LIFES fase 2 model 1. Paska transfer learning, model LIFES-MI menghasilkan akurasi terbaik pada tampilan A4C dengan sensitivitas 41,3 % dan spesifisitas 83,7% AUC 0,61. Kesimpulan Model kecerdasan buatan LIFES fase 2 model 1 memiliki sensitivitas yang baik untuk deteksi infark miokard, sedangkan model LIFES-MI memiliki spesifisitas yang baik dalam mendeteksi infark miokard berdasarkan gambaran ekokardiografi pada populasi SKA-NEST. ......Background: Detecting myocardial infarction in the non-ST segment elevation acute coronary syndrome (NSTEACS) population in clinical practice is challenging and leads to failure in appropriate risk stratification. Cardiac enzyme assays are not widely available, have long waiting times, and incur significant costs. Objective: To determine the baseline accuracy and post-training accuracy of the Learning Intelligent for Effective Sonography (LIFES) artificial intelligence in detecting myocardial infarction in the NSTEACS population based on echocardiographic findings. Method: This study is a diagnostic study that evaluates the ability of deep learning-based artificial intelligence LIFES in detecting myocardial infarction in NSTEACS patients at RSJPDHK from 2019 to 2023 based on echocardiographic videos.. Transfer learning was performed using the research dataset and cross-validation to determine the accuracy level of the new model post-transfer learning. Results: A total of 721 subjects met the inclusion and exclusion criteria from 2019 to 2023. Among them, 310 were non-ST segment elevation myocardial infarction (NSTEMI) patients. 67.8% of the subjects were male with a median age of 61 years. The median time from admission to echocardiography was three days. There were significant differences in several echocardiographic parameters between the infarct and non-infarct groups, including median EF% 53% vs 63% (p < 0.001), median LVEDD 48.8 mm vs 44.6 mm (p < 0.001), median mean E/E' 12.0 vs 9.8 (p < 0.001), and median LAVI 30 ml/m2 vs 26 ml/m2 (p < 0.001). LIFES diagnostic performance for infarction was best achieved in the PLAX view with sensitivity of 88.7% and specificity of 20.4%, AUC 0.55 in LIFES phase 2 model 1. Post-transfer learning, the LIFES-MI model produced the best accuracy in the A4C view with sensitivity of 41.3% and specificity of 83.7%, AUC 0.61. Conclusion: The Learning Intelligent for Effective Sonography (LIFES) phase 2 model 1 has good sensitivity for detecting myocardial infarction, while the LIFES-MI model has good specificity in detecting myocardial infarction based on echocardiographic findings in the NSTEACS population.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>