Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krisna
"ABSTRAK
Latar belakang : Disfungsi diafragma sering ditemukan di ICU pada pasien dengan ventilasi mekanik, dan diasosiasikan dengan waktu perawatan yang lebih lama serta morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. USG diafragma dengan pengukuran jarak ekskursi dan ketebalan menjadi metode diagnostik yang ideal karena dapat dilakukan secara bedside, tetapi memiliki kelemahan berupa banyaknya variasi teknik dan studistudi yang relatif heterogen. Tujuan : Menentukan parameter-parameter USG ekskursi dan ketebalan diafragma yang berbeda signifikan antara pasien pasca laparotomi elektif dan sukarelawan sehat. Metode : Studi potong lintang komparatif menggunakan data primer dari pasien pasca laparotomi elektif di ICU dan sukarelawan sehat dengan temuan jarak ekskursi saat pernapasan tidal, dalam dan manuver sniff, serta ketebalan saat pernapasan tidal dan dalam di kedua hemidiafragma. Dilakukan juga perbandingan parameter turunan yakni TI, indeks ET dan DTF.
Hasil : Jumlah subjek penelitian adalah 23 orang (11 pasca laparotomi, 12 kontrol). Didapatkan perbedaan signifikan pada parameter jarak ekskursi saat pernapasan dalam dan tidal, serta ketebalan dan DTF di kedua hemidiafragma saat pernapasan dalam. Parameter lainnya tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara kedua kelompok atau inkonsisten di antara kedua hemidiafragma. Kesimpulan : Dalam melakukan pengukuran dan melaporkan ekskursi maupun ketebalan diafragma secara USG dengan teknik dan populasi pasien yang digunakan dalam penelitian ini, parameter yang sebaiknya digunakan adalah jarak ekskursi dan ketebalan diafragma saat pernapasan dalam.

Background : Diaphragm dysfunction often occurs to mechanically ventilated ICU patients, and is associated with longer length of stay, increased morbidity and mortality. Because it can be done at bedside, diaphragmatic US measuring excursion distance and thickness is the ideal diagnostic method; however the wide variety of techniques used and the heterogeneity of studies prevent its widespread use. Aims : To determine which diaphragm US excursion and thickness parameters show significantly significant differences between post elective laparotomy patients and healthy volunteers. Metode : Comparative cross-sectional study using primary data from elective laparotomy patients in the ICU and healthy volunteers, measuring excursion distance at tidal, deep breathing and sniffing maneuvers and thickness during tidal and deep breathing in both hemidiaphragms. Derived parameters including TI, ET index and DTF were also measured.
Hasil : 23 subjects (11 post laparotomy, 12 controls) were evaluated. There was a significant difference in excursion distance during tidal and deep breathing, and thickness and DTF of both hemidiaphragms during deep breathing. Other parameters either did not show significant differences or was inconsistent between both hemidiaphragms. Conclusion : In measuring and reporting diaphragm excursion and thickness using the described US technique and study population, we recommend using the parameters of excursion distance and diaphragm thickness during deep breathing."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harinaldi
1992
S36704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Agustina Br
"Latar Belakang: Ventilasi mekanik diperlukan pasien kritis di unit perawatan intensif dengan tujuan menormalkan kadar gas darah arteri dan menyeimbangkan kadar asam basa, namun penggunaan ventilasi mekanik yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya Ventilator Associated Pneumonia, cedera paru, infeksi nosokomial, dan sepsis. Ketebalan diafragma memiliki korelasi signifikan dengan lama penggunaan ventilasi mekanik. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor-faktor risiko dengan ketebalan diafragma pasien kritis di ICU, sehingga dapat membantu untuk memprediksi lamanya penggunaan ventilasi mekanik.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional terhadap 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan selama periode September 2018- Desember 2018 di Ruang Perawatan Intensif RSUP Dr. Mohammad Hoesin. Ketebalan diafragma pasien kritis yang menggunakan ventilasi mekanik diukur pada hari ke-0, ke-3, ke-5 dan kemudian dibandingkan.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ventilasi mekanik didominasi oleh laki-laki (63,33 %), usia 40-70 tahun (63,33%), dengan status nutrisi kategori tidak obes (90%). Penurunan ketebalan diafragma signifikan terjadi pada hari ke-3 (nilai P = 0,026). Penurunan ketebalan diafragma memiliki hubungan yang bermakna dengan RNL (nilai P = 0,003), kadar prealbumin (nilai P = 0,025), IMT (nilai P = 0,015), sepsis (nilai P = 0,010), dan pemberian albumin artifisial (nilai P = 0,013). Sedangkan usia (nilai P = 0,603), jenis kelamin (nilai P = 0,906), opioid (nilai P = 0,315), dan kadar glukosa (nilai P = 0,303) menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik.
Simpulan: Penurunan ketebalan diafragma terjadi pada subjek yang menggunakan ventilasi mekanik dipengaruhi oleh RNL, kadar prealbumin serum, IMT, sepsis, dan penggunaan albumin intravena, namun tidak dipengaruhi usia, jenis kelamin, penggunaan opioid, dan pemberian infus albumin intravena.

Background: Mechanical ventilation required by critical patients in intensive care unit to normalizing arterial blood gas and balancing acid-base levels, but prolonged use of mechanical ventilation can cause ventilator associated pneumonia, lung injury, nosocomial infections, and sepsis. Diaphragm thickness has a significant correlation with the duration of mechanical ventilation uses. This study aims to analyze the relations of risk factors with the thickness of the diaphragm of critical patients in the ICU. Hopefully it can help to predict the length of the mechanical ventilation uses.
Methods: This study was an observational analytic study of 30 research subjects who met the acceptance criteria during the period September 2018-January 2019 in the Intensive Care Unit of Dr. Mohammad Hoesin Hospital. The diaphragm thickness of critical patients using mechanical ventilation was measured on the 0th, 3rd, 5th and then compared by days.
Results: The study showed that the use of mechanical ventilation was dominated by men (63.33%), ages 40-70 years (63.33%), with nutritional status in the category of not obese (90%). A significant decrease in the thickness of the diaphragm occurred on the 3rd day (p-value = 0.026). The decrease in diaphragm thickness has a significant relations with RNL (p-value = 0.003), prealbumin level (p-value = 0.025), BMI (p-value = 0.015), sepsis (p-value = 0.010), and artificial albumin (p-value = 0.013). Whereas age (p-value = 0.603), gender (p-value = 0.906), opioid (p-value = 0.315), and glucose level (p-value = 0.303) showed a relations that did not reach statistical significance.
Conclusion: The decrease in diaphragm thickness occurred in subjects using mechanical ventilation affected by RNL, serum prealbumin levels, BMI, sepsis, and intravenous albumin uses, but were not affected by age, sex, opioid use, and intravenous albumin infusion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Nugroho
"Latar Belakang : Penyapihan dari ventilasi mekanik adalah hal yang penting dalam merawat pasien kritis dan mendapatkan ventilasi mekanik. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui ketepatan parameter fraksi penebalan diafragma, nilai CRP, jumlah balans kumulatif dan nilai Rapid Shallow Breathing Index dalam memprediksi kemudahan penyapihan ventilasi mekanik pada pasien kritis di ICU. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif dengan subjek penelitian adalah pasien dewasa yang dirawat menggunakan ventilasi mekanik. Dilakukan pemeriksaan fraksi penebalan diafragma, nilai CRP, jumlah balans kumulatif dan nilai Rapid Shallow Breathing Index pada saat 24 jam pertama di ICU dan pada saat ventilasi mekanik mode PS<8 atau T-Piece sampai maksimal hari ketujuh perawatan di ICU atau pada hari ketujuh bila belum berhasil disapih. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan ketidakbermaknaan secara statistik antara fraksi penebalan diafragma terhadap kemudahan penyapihan ventilasi mekanik (p=0,071) pada uji bivariat. Pada analisis bivariat, pengaruh CRP terhadap kemudahan penyapihan ventilasi mekanik didapatkan hasil yang tidak bermakna secara statistik (p=0,724). Balans kumulatif dan nilai RSBI juga didapatkan hasil yang tidak bermakna secara statistik untuk memprediksi kemudahan penyapihan ventilasi mekanik (p=0,510 dan p=0,116). Kesimpulan: Fraksi Penebalan Diafragma, Nilai CRP, Jumlah Balans Kumulatif dan Nilai Rapid Shallow Breathing Index secara statistik tidak tepat untuk memprediksi kemudahan penyapihan ventilasi mekanik pada pasien kritis di ICU.

Background: Weaning from mechanical ventilation is essential in caring for critically ill patients and obtaining mechanical ventilation. The purpose of this study was to determine the accuracy of diaphragm thickening fraction, CRP, cumulative fluid balance and Rapid Shallow Breathing Index in predicting the ease of weaning mechanical ventilation in critical patients in the ICU. Method: This study is a prospective cohort study in which the subjects were adult patients wo were treated using mechanical ventilation. The diaphragm thickening fraction, CRP value, cumulative fluid balance and Rapid Shallow Breathing Index value were examined during the first 24 hours in the ICU and during mechanical ventilation in PS <8 or T-Piece mode until a maximum of the seventh day of the treatment in the ICU or on the seventh day if have not been successfully weaned. Result: in this study, it was found that there was no statistical significance between the diaphragm thickening fraction and the ease of weaning from mechanical ventilation (p=0.071) in both bivariate. In bivariate analysis, the effect of CRP on the ease of weaning on mechanical ventilation was not statistically significant (p=0.724). The cumulative balance and RSBI values were also not statistically significant to predict the ease of mechanical ventilation weaning (p=0.510 and p=0.116) Conclusion: the diaphragm thickening fraction, CRP value, cumulative fluid balance and Rapid Shallow Breathing Index statistically not accurate to predict the ease of weaning mechanical ventilation in critical patients in the ICU. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Darma Putra
"Penggunaan ventilasi mekanis pada pasien kritis tidak dapat dihindarkan namun dapat menyebabkan ventilator-induced lung injury (VILI) dan ventilator-induced diaphragm dysfunction (VIDD). Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara volume tidal rendah (6 ml/kgBB) dan tinggi (10 ml/kgBB) terhadap disfungsi diafragma. Penelitian ini merupakan sebuah randomized controlled trial yang dilakukan di ruang perawatan intensif, RS Cipto Mangunkusumo. Pasien secara random masuk ke kelompok volume tidal 6 ml/kgBB dan 10 ml/kgBB, dan diikuti selama 72 jam (3 hari) untuk dinilai adanya disfungsi diafragma. Disfungsi diafragma dinilai menggunakan alat ultrasonografi, menggunakan kriteria ekskursi dan fraksi ketebalan diafragma. Variabel lain yang dinilai dalam penelitian ini ialah kadar interleukin-6.Sebanyak 52 pasien dilakukan randomisasi. Sebanyak total 45 pasien menyelesaikan studi. Tidak terdapat perbedaan karakteristik dasar sampel pasien pada kedua kelompok volume tidal. Sebanyak 37.8% pasien mengalami disfungsi diafragma pada hari ketiga. Tidak terdapat perbedaan proporsi disfungsi diafragma pada kedua kelompok volume tidal baik menggunakan kriteria ekskursi, fraksi ketebalan, maupun salah satunya. Terdapat perbedaan rerata interleukin-6 hari nol antara kelompok dengan dan tanpa disfungsi diafragma hari ketiga sebesar 332.29 pg/mL (p=0.024). Sebagai kesimpulan, volume tidal 6 ml/kgbb dan 10 ml/kgbb tidak berbeda dalam mencegah disfungsi diafragma pada pasien kritis. Interleukin-6 memiliki pengaruh terhadap disfungsi diafragma.

The use of mechanical ventilation is inevitable for critically ill patients yet it causes tremendous side effect of ventilator-induced lung injury (VILI) and ventilator-induced diaphragm dysfunction (VIDD). This study is aimed to examine the effect of low tidal volume (6 ml/kgBW) and high tidal volume (10 ml/kgBW) to diaphragm dysfunction. This is a randomized controlled trial conducted at intensive care unit (ICU) of Cipto Mangunkusumo Hospital. Patients were randomly allocated to tidal volume of 6 ml/kgBW or 10 ml/kgBW and were followed for 72 hours (3 days). At the end of the 72 hours, patients were assessed for diaphragm dysfunction. Diaphragm dysfunction is assessed by ultrasonography with excursion and thickness fraction criteria. Interleukin-6 was also examined. Of 52 patients who were randomized, 25 were on 6 ml/kgBW group and 27 were on the other. There were 45 patients finishing the study. The baseline characteristics of the sample was not different among the two groups. We found 37.8% patients with diaphragm dysfunction on day-3 but no significant proportion difference among the two groups. Diaphragm dysfunction was assessed with excursion, fraction of thickness criteria. We found 332.29 pg/mL mean difference between interleukin-6 on patients with and without diaphragm dysfunction on day-3 (p=0.024). In conclusion, tidal volume of 6 ml/kgBW and 10 ml/kgBW is not different in preventing diaphragm dysfunction on critically ill."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saga Malela Aria Sabara
"Paralisis diafragma pasca operasi penyakit jantung bawaan dapat meningkatkan mortalitas dan morbitas pasien. Penegakkan diagnosa kelainan ini menjadi kunci untuk pengambilan keputusan tindak lanjut seperti plikasi diafragma. Fluoroskopi sebagai baku emas memiliki keterbatasan untuk dilakukan pada pasien pasca operasi penyakit jantung bawaan. Dari 2.287 operasi penyakit jantung yang dilakukan di RSJPDHK terdapat 41 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Median usia pasien 10 (1-119) bulan dan 43,9% berjenis kelamin laki-laki. Terdapat perbedaan bermakna pada jenis operasi yang dijalani. Dari hasil perhitungan didapatkan sensitivitas dan spesifisitas USG diafragma dibandingkan fluoroskopi pada subjek penelitian sebesar 100%(95%CI 82,35%-100%) untuk sensitivitas, dan 95.5%(95% CI 77,16%-99,88%) untuk spesifisitas. Lebih lanjut dilakukan perhitungan nilai prediksi positif dengan hasil 95%(95%CI 73,68%-99,27%) dan nilai prediksi negatif 100% (95% CI 83,89%-100%). Ultrasonografi memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik dibandingkan fluoroskopi sebagai metode diagnostik pada populasi dengan kecurigaan paralisis diafragma pasca operasi penyakit jantung bawaan dengan sensitivitas 100% dan spesifisitas 95.5%.

Diaphragmatic paralysis after congenital heart disease surgery can increase patient mortality and morbidity. Establishing a diagnosis of this disorder is key for making follow-up decisions such as diaphragm plication. Fluoroscopy as the gold standard has limitations for performing post-surgical patients with congenital heart disease.This study is a comparative diagnostic study that evaluates the ability of diaphragmatic ultrasound to diagnose diaphragmatic paralysis in patients with suspected diaphragmatic paralysis after surgery for congenital heart disease at RSJPDHK from June 2022 to May 2024. Each diaphragmatic ultrasound result was recorded and compared with the findings on fluoroscopy examination. Of the 2,287 heart surgery performed at RSJPDHK, there were 41 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The median patient age was 10 (1-119) months and 43.9% were male. There are significant differences in the type of surgery undertaken. From the calculation results, it was found that the sensitivity and specificity of diaphragm ultrasound compared to fluoroscopy in research subjects was 100% (95% CI 82.35% - 100%) for sensitivity, and 95.5% (95% CI 77.16% - 99.88%) for specificity. Furthermore, the positive predictive value was calculated with results of 95% (95% CI 73.68%-99.27%) and negative predictive value of 100% (95% CI 83.89%-100%). Ultrasonography has good sensitivity and specificity compared to fluoroscopy as a diagnostic method in the population with suspected diaphragmatic paralysis after surgery for congenital heart disease with a sensitivity of 100% and a specificity of 95.5%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library