Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fety Fathimah Al Mubarokah
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita 6-59 bulan di wilayah Indonesia Tengah, yang diwakili oleh provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan menggunakan data IFLS 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sample 1079 balita. Diketahui sebanyak 16,8% balita di wilayah Indonesia Tengah mengalami diare, dengan persentase terbesar 17,75% di Nusa Tenggara Barat. Usia balita merupakan faktor dominan kejadian diare pada balita 6-59 bulan di wilayah Indonesia Tengah setelah dikontrol variabel pemberian vaksin rotavirus dan daerah tinggal. Penguatan pemahaman dan komitmen pengimplementasian PIS-PK diperlukan agar informasi kesehatan terkait diare dan faktor yang dapat meningkatkan imunitas balita sebagai pencegah penyakit diare. ......This study was conducted to determine the factors associated with the incidence of diarrhea in children aged 6-59 months in Central Indonesia, represented by the provinces of Bali, West Nusa Tenggara, South Kalimantan and South Sulawesi using 2014 IFLS data. The research design used was cross. sectional with a sample size of 1079 toddlers. It is known that 16.8% of children under five in Central Indonesia experience diarrhea, with the largest percentage being 17.75% in West Nusa Tenggara. The age of under five is the dominant factor in the incidence of diarrhea in children aged 6-59 months in Central Indonesia after controlled for the variable of giving rotavirus vaccine and living area. Strengthening the understanding and commitment to implementing PIS-PK is needed so that health information related to diarrhea and factors that can increase the immunity of children as a prevention of diarrhea disease can be conveyed properly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Rahmat
Abstrak :
Diare merupakan masalah global karena menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Diare yang belangsung 7 - 13 hari disebut diare melanjut, dan akan meningkatkan risiko terjadinya diare persisten 6 kali lebih tinggi.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor risiko terjadinya diare melanjut pada anak < 2 tahun, membuat dan menerapkan sistem skor untuk memprediksi kejadian diare melanjut, dan mengetahui apakah faktor etiologi diare persisten telah ditemukan pada diare melanjut.Suatu penelitian operasional dengan rancangan nested case control, pada anak < 2 tahun dengan diare akut yang dirawat di ruang rawat inap RSUP Fatmawati. Subjek direkrut dengan metode consecutive sampling pada September 2015 - Maret 2016. Subjek dieksklusi bila mendapat pengobatan imunosupresi, menderita HIV, penyakit metabolik, penyakit keganasan, mengalami disentri, mengalami diare saat dirawat di rumah sakit, ada penyakit penyerta, dan subjek pasca mengalami operasi pada organ saluran cerna. Evaluasi luaran penelitian dilakukan sejak subjek masuk perawatan di rumah sakit sampai subjek pulang rawat.Sebanyak 62 subjek untuk tiap kelompok kasus dan kontrol mengikuti penelitian. Seluruh faktor risiko dianalisis secara bivariat dan multivariat regresi logistik. Faktor risiko terjadinya diare melanjut yang didapatkan adalah riwayat penggunaan antibiotik, defisiensi seng, leukosit tinja, peningkatan kadar AAT tinja dan malnutrisi. Model skor prediksi diare melanjut terdiri dari 2 model. Model 2 lebih dapat diterapkan di fasilitas kesehatan primer. Sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif, dan rasio kemungkinan negatif dari validasi skoring model 2 berturut-turut adalah 73, 95, 94, 76, 14,6, dan 0,28. Area di bawah kurva ROC pada validasi 0,898. Faktor etiologi diare persisten telah ditemukan pada diare melanjut intoleransi laktosa, malabsorpsi lemak, dan infeksi Clostridium difficile .Sebagai simpulan, faktor risiko terjadinya diare melanjut pada anak < 2 tahun dengan diare akut yang berperan paling bermakna adalah riwayat penggunaan antibiotik, defisiensi seng, leukosit tinja, peningkatan kadar AAT tinja dan malnutrisi. Selain itu, faktor etiologi diare persisten telah ditemukan pada diare melanjut, dan model skor yang dibuat dapat dipertimbangkan digunakan dalam praktek klinik sehari-hari. ...... Diarrhea has been a global problem since it has high morbidity and mortality rate in infants and children. Diarrhea lasting for 7 ndash 13 days is called prolonged diarrhea, and the risk of progressing into persistent diarrhea will be 6 times higher. The aim of this study was to assess the risk factors for prolonged diarrhea in children below 2 years old, to establish and apply a scoring system to predict the occurence of prolonged diarrhea, and to determine whether the etiologic factor of persistent diarrhea have already been found in prolonged diarrhea. An operational study with a nested case control design, in children 2 years old with acute diarrhea hospitalized in the inpatient wards of Fatmawati Hospital. Subjects were recruited using the consecutive sampling method from September 2015 to March 2016. Subjects were excluded when they were receiving immunosupressive treatment, suffering from HIV, metabolic disease, malignancy, dysentery, just had diarrhea during hospitalization, comorbidities, and had underwent digestive surgery. Evaluation of the research outcome was started when the subject admitted to the hospital until the subject being discharged. The number of subjects included was 62 for each case and control group. All risk factors were analyzed using bivariate and multivariate logistic regression. We found that the risk factors for the occurrence of prolonged diarrhea are history of antibiotic use, zinc deficiency, fecal leukocytes, elevated level of stool AAT, and malnutrition. The prolonged diarrhea prediction score model had 2 models. Model 2 is more applicable in primary health care. The sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value, positive likelihood ratio, and negative likelihood ratio of scoring model 2 validation were 73, 95, 94, 76, 14.6, and 0.28 respectively. The area under the ROC curve for validation is 0.898. The etiologic factor of persistent diarrhea have already been found in prolonged diarrhea lactose intolerance, fat malabsorption, Clostridium difficile infection. In conclusion, the most significant risk factors for prolonged diarrhea in children below 2 years old are the history of antibiotic use, zinc deficiency, fecal leukocytes, elevated levels of stool AAT, and malnutrition. In addition, etiologic factors of persistent diarrhea have already been found in prolonged diarrhea and scoring model can be considered be used in daily clinical practice.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathonah Sholihah Farizal
Abstrak :
Penyakit diare berada di posisi peringkat tertinggi ke-8 penyebab kematian di kelompok semua umur, dan peringkat ke-5 pada kelompok umur balita. Diare merupakan penyakit endemis berbasis lingkungan yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan analisis univariat dan bivariat. Sumber data penelitian merupakan data primer yang diambil langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner mewawancarai ibu atau pengasuh yang membawa balita berkunjung ke Poli Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta. Sampel yang didapatkan sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor balita yaitu variabel status imunisasi (p-value 0,007) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita. Kemudian faktor perilaku ibu yang terdiri dari 3 variabel, perilaku cuci tangan pakai sabun (p-value 0,002) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan perilaku pembuangan tinja balita (p-value 0,299) dan pengelolaan sampah (p-value 0,382) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Selanjutnya faktor sanitasi yang terdiri dari 3 variabel, tempat sampah (p-value 0,000) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan sumber air minum (p-value 1,000) dan jamban keluarga (p-value 0,717) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Pemerintah diharapkan terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi ......Diarrheal disease ranks as the 8th highest cause of death in the all-age group, and ranks 5th in the toddler age group. Diarrhea is an environmentally based endemic disease that has the potential to become an Extraordinary Event (KLB). The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of diarrhea in toddlers in the work area of the Cengkareng District Community Health Center in 2022. This study used a cross-sectional research design with univariate and bivariate analysis. The source of the research data is primary data taken directly by researchers using questionnaires interviewing mothers or caregivers who bring toddlers to visit the Sick Toddler Poly at the Cengkareng District Community Health Center, Jakarta. The sample obtained was 100 respondents. The results showed that the toddler factor, namely the immunization status variable (p-value 0.007) had a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers. Then the mother’s behavior factor consisting of 3 variables, handwashing behavior with soap (p-value 0.002) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the behavior of toddler fecal disposal (p-value 0.299) and waste management (p-value 0.382) is not related to the incidence of diarrhea in toddlers. Furthermore, the sanitation factor consisting of 3 variables, the trash can (p-value 0.000) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the source of drinking water (p-value 1,000) and family latrine (p-value 0.717) are not related to the incidence of diarrhea in toddlers. The government is expected to continue to increase public awareness of the importance of immunization.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Purnama Sari
Abstrak :
Pada tahun 2018, KLB diare di DKI Jakarta sebanyak 124 kasus yang tersebar di beberapa Kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan menganalisis secara statistik faktor lingkungan, permukiman kumuh dan bantaran sungai, kepadatan penduduk dengan kasus KLB diare di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan yakni studi ekologi dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari data Potensi Desa Tahun 2018 dan data Kependudukan yang berasal dari Dinas Dukcapil Provinsi DKI Jakarta dan menampilkan hasil dengan analisis spasial, meliputi variabel-variabel kasus KLB diare, pembuangan sampah, tempat pembuangan sampah sementara (TPS), jamban keluarga, tempat pembuangan akhir tinja, pembuangan limbah cair, sumber air bersih dan air minum, permukiman kumuh dan bantaran sungai, dan kepadatan penduduk. Hasil penelitian ini ditemukan hubungan signifikan antara permukiman kumuh dengan kasus KLB diare tahun 2018 di DKI Jakarta. Secara spasial mengindikasikan adanya hubungan antara keberadaan TPS, sumber air minum, permukiman kumuh, permukiman bantaran sungai dan kepadatan penduduk dengan kejadian KLB diare. Kesimpulan dari penelitian ini yakni kondisi sanitasi secara umum di DKI Jakarta memiliki kondisi yang lebih baik dari angka nasional, namun tingkat kepadatan peduduk di DKI Jakarta melebihi tingkat kepadatan nasional. Daerah tingkat kerawanan terjadi KLB diare yang tinggi terdapat pada 5 kecamatan.  .....In 2018, outbreaks of diarrhea in DKI Jakarta were 124 cases spread across several districts. This research aims to provide an overview and statistically analyze environmental factors, slums and riverbanks, population density with the case of diarrhea outbreaks in DKI Jakarta in 2018. The design of the study uses an ecological study using secondary data from Potensi Desa BPS 2018 data and Population data and presented the result with spatial analysis, including case variables Outbreaks of diarrhea, waste management, temporary landfills (TPS), family latrines, fecal landfills, disposal waste water, clean water, drinking water, slums, riverbank settlements, and population density. The results from this research found a significant association between slums and diarrhea outbreaks in 2018 in DKI Jakarta. Spatially indicate a relationship between the existence of temporary landfills, drinking water sources, slums, riverbank settlements and population density with the occurrence of diarrhea outbreaks.The conclusion from this research is that sanitation conditions in DKI Jakarta have better conditions than the national rate, but the population density in DKI Jakarta exceeds the national density level. Areas with high levels of vulnerability occur outbreaks of diarrhea that are high in 5 districts.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiyatuz Zahrah
Abstrak :
Pendahuluan: Sebagian besar kematian pada balita di negara berkembang diakibatkan oleh penyakit diare. Indonesia sebagai negara berkembang juga berpotensi mengalami kejadian ini. Kejadian diare yang dialami balita dapat dicegah dengan pola hidup bersih dan sehat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan mencuci tangan pada ibu yang memiliki balita pertama dengan kejadian diare pada balita di kecamatan Cimanggis. Metode pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan responden sebanyak 378 orang di kecamatan Cimanggis yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan tingkat pengetahuan mencuci tangan cukup pada ibu sebanyak 106 (28%) dengan 101 (26.7%) balitanya mengalami kejadian diare. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian diare pada balita (p-value < 0.05). Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang cuci tagan pada ibu. ......Introduction: Most deaths in children under five years old in developing countries are caused by diarrheal diseases. Indonesia as a developing country also has the potential to experience this incidence. The incidence of diarrhea experienced by children under five years old can be prevented by a clean and healthy lifestyle. This study aimed to see the relationship between the level of knowledge of hand washing in mothers who have their first children under five years old with the incidence of diarrhea in children under five years old in Cimanggis sub-district. Method This study used a cross sectional design with 378 respondents in Cimanggis sub-district who were selected using purposive sampling method. The results showed that the level of knowledge of sufficient handwashing in mothers was 106 (28%) and was 101 (26.7%) children under five years old experienced diarrhea. There was a significant relationship between level of knowledge and the incidence of diarrhea in children under five years old (p-value < 0.05). Future research are expected to further analyze the factors that influenced the level of knowledge of knowledge of washing hands in mothers.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Mardhiah
Abstrak :
ABSTRAK
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang belum terselesaikan di Indonesia. Rendahnya cakupan personal hygiene, yaitu kebiasaan cuci tangan dan makanan yang tidak higienis menjadi salah satu faktor risiko terjadinya diare pada anak sekolah dasar. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir terbukti efektif menghilangkan bakteri di tangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah dasar dengan kejadian diare di SDN 01 Ciputat, Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan besar sampel 105 siswa kelas 4,5, dan 6. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-April 2018. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Variabel confounding dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, status gizi, tempat membeli jajanan, frekuensi jajan, kontaminasi E. coli pada jajanan, kebiasaan membawa bekal, sumber air minum, dan kebersihan jamban di rumah. Uji kontaminasi E. coli menunjukkan hasil negatif pada jajanan es, ketoprak, dan soto. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa anak yang tidak biasa cuci tangan pakai sabun berisiko untuk diare 1,21 kali dibandingkan anak yang biasa cuci tangan pakai sabun, setelah dikontrol variabel frekuensi jajan dan kebiasaan membawa bekal. Perlu dilakukan pengendalian risiko kontaminasi makanan di sekolah dengan penyediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun di sekolah untuk anak dan pedagang di kantin.
ABSTRACT
Diarrheal disease is still an unresolved public health problem in Indonesia. The Less implementation of personal hygiene, handwashing habits and unhygienic foods are risk factors for diarrhea suffered by children in in primary school. Hand washing with soap and flowing water proves to effectively remove bacteria in the hands. This study aims to explain the relationship of handwashing with soap in primary school children with the incidence diarrhea in SDN 01 Ciputat, South Tangerang. Design of this study is cross sectional with 105 sample of students grade 4,5, and 6. Data collection was conducted in March April 2018. The results showed no significant relationship between handwashing with soap and incidence diarrhea. The confounding variables used in this study are gender, nutritional status, place to buy snack, frequency of snack, E. coli contamination on snack, habit of bringing food supplies, drinking water source, and toilet clean at home. The E. coli contamination test showed negative results on ice cube, ketoprak, and soto. The results of the analysis showed that children who are not always wash their hands with soap at risk for diarrhea 1.21 times than children who always wash their hands, after controlled by variable frequency of snacks and the habit of bringing food supplies. It is necessary to control and reduce the risk of food contamination in schools with providing of handwashing facilities with soap for children and seller in the canteen.
2018
T50709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Uli Rohati
Abstrak :
Diare merupakan penyebab utama kematian kedua di dunia setelah penyakit pneumonia. Penularan diare bisa dilakukan dengan cara transmisi fecal to oral. Penularan fecal to oral pada diare dilakukan dengan perantara siklus zoonotik telah menganggap serangga lalat sebagai agen mekanik potensial untuk penularan penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan keberadaan bakteri Eschericia coli pada lalat Musca domestica terhadap kejadian diare balita di pemukiman penduduk sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Jakarta Utara. Merupakan studi cross sectional pada 97 ibu/pengasuh balita, 97 sampel lalat Musca domestica. Uji chi square menunjukkan bahwa Eschericia coli pada lalat Musca domestica mempunyai hubungan yang signifikan (p=0.007) dan berisiko menyebabkan diare pada anak balita dengan OR : 3.822 (95% CI : 1.511 – 9.672). Variabel tingkat kepadatan lalat, imunisasi dan perilaku ibu/pengasuh balita membuang tinja merupakan variabel yang paling berpengaruh. Disarankan untuk melakukan tindakan penyehatan lingkungan dengan mengurangi kepadatan lalat di sekitar rumah dengan melenyapkan tempat-tempat pembiakan lalat baik secara fisik, biologi maupun kimia. Selain itu penyediaan sarana sanitasi yang layak dan peningkatan pengetahuan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Diarrhea Of Children Under Five Years Old (Toddler) In Population Settlements Around The Location Of Processing Of is the second leading cause of death in the world after pneumonia. Transmission of diarrhea can be done by means of fecal to oral transmission. Fecal to oral transmission of diarrhea carried out by intermediate zoonotic cycles has considered insect flies to be potential mechanical agents for transmission of the disease. This study aims to analyze the relationship between the presence of E. coli bacteria in Musca domestica flies on the incidence of toddler diarrhea in residential areas around the Traditional Fisheries Products Processing Site (PHPT) Muara Angke, North Jakarta. It was a cross sectional study on 97 mothers / caregivers of toddlers, 97 samples of Musca domestica flies. The chi square test showed that Escherichia coli in Musca domestica flies had a significant relationship (p = 0.007) and risked causing diarrhea in children under five years old with OR: 3,822 (95% CI: 1,511-9,672). Variables in the level of fly density, immunization and behavior of mothers/caregivers of toddlers dispose of feces are influential variables. It is recommended to take environmental sanitation measures by reducing the density of flies around the house by eliminating physical, biological and chemical fly breeding sites. In addition, the provision of proper sanitation facilities and increased public knowledge for clean and healthy life behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Kurniawati
Abstrak :
Diare merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh balita. Feses yang berbentuk cair pada anak dapat menyebabkan cedera kulit akibat seringnya kontak berulang, sehingga dapat merusak jaringan perianal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak edukasi perawatan perianal dan pemberian VCO pada anak balita dengan diare terhadap risiko kerusakan integritas kulit di RSUD Lampung. Desain penelian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi experiment dengan pre-post test without control grup design dengan 48 responden dipilih menggunakan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menujukkan adanya perbedaan selisih yang bermakna antara pengetahuan dan risiko kerusakan integritas kulit setelah perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p<0,05). Berdasarkan hasil ini maka edukasi perawatan perianal dan pemberian VCO dapat direkomendasikan menjadi salah satu alternatif asuhan keperawatan dalam mengatasi masalah risiko kerusakan integritas kulit. ......Diarrhea is one of the diseases that are often suffered by toddlers. Liquid feces in children can cause skin injuries due to frequent repeated contact, which can damage the perianal tissue. This study aims to identify the impact of perianal care education and the provision of VCO in children under five with diarrhea against the risk of skin integrity damage in RSUD Lampung. The research design used in this research is quasi experiment with pre-post test without control group design with 48 respondents selected using consecutive sampling technique. The results showed a significant difference between the knowledge and the risk of skin integrity damage after treatment in the control group and the intervention group (p <0.05). Based on these results, perianal care education and VCO administration can be recommended to be an alternative nursing care in addressing the risk of skin integrity damage.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dion Darius Samsudin
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Diare akut merupakan masalah kesehatan yang penting dengan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Perubahan komposisi mikrobiota usus pada diare akut ditandai dengan menurunnya komposisi bakteri yang menguntungkan bagi tubuh, yaitu Bifidobacterium dan Lactobacillus, dan peningkatan bakteri patogen seperti Enterobacter dan Clostridium. Kondisi ini disebut disbiosis. Pemberian probiotik pada kasus diare akut dapat mengatasi disbiosis, mempercepat masa penyembuhan, dan mengurangi komplikasi. Sampai saat ini, belum terdapat penelitian di Indonesia mengenai pemberian probiotik untuk mengatasi disbiosis pada diare akut. Tujuan: Membuktikan bahwa terjadi disbiosis pada diare akut, yang dapat diseimbangkan dengan pemberian probiotik. Metode: Studi uji klinis, kontrol plasebo, dilakukan di RSUD Budhi Asih Jakarta, sejak Januari hingga Maret 2018. Penelitian melibatkan 36 orang anak berusia 6-48 bulan yang datang dengan keluhan diare akut. Spesimen tinja diperiksa menggunakan teknik non culture real time PCR untuk mendeteksi jumlah Lactobacillus, Bifidobacterium, Enterobacter, Clostridium dan all bacteria, kemudian dilakukan pemberian probiotik atau plasebo selama 5 hari, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiota kembali 2-3 minggu kemudian. Hasil: Jumlah bakteri Lactobacillus lebih tinggi pada kelompok diare akut dibandingkan anak sehat yaitu dalam median jarak interkuartil : 1,52x103 1,22x104 vs 6,87x10 2,41x102 p
ABSTRACT
Background Acute diarrhea is an important health problem with high morbidity and mortality. During acute diarrhea, changes in gut microbiota is marked by decreased of beneficial microbes such as Bifidobacterium and Lactobacillus, and increase of pathogenic bacteria such as Enterobacter and Clostridium, which is also known as dysbiosis. Treatment with probiotic may help to repair dysbiosis, quickens healing time, and decrease complications. Currently there is no research to investigate dysbiosis in acute diarrhea in Indonesia.Objective To prove that there is dysbiosis during acute diarrhea, and can be normalize by giving probiotic.Methods Placebo controlled, unblinded clinical trial was performed in RSUD Budhi Asih, Jakarta from January until March 2018. 36 children age 6 48 months with acute diarrhea were enrolled. Fecal specimen was taken and analyzed using non culture real time PCR to detect the presence of Lactobacillus, Bifidobacterium, Enterobacter, Clostridium, and all bacteria. Children were then given probiotic or placebo for 5 days. Second fecal sample was taken 2 3 weeks afterwards.Results Higher amount of Lactobacillus are observed in children with acute diarrhea vs healthy control with a median interquartile range 1,52x103 1,22x104 vs 6,87x10 2,41x102 p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library