Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eggi Arguni
"Latar belakang: Difteri merupakan penyakit infeksi endemis dan menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2017 kejadian luar biasa difteri terjadi di beberapa provinsi di Indonesia.
Tujuan: Untuk mengetahui prediktor kematian difteri klinis pada anak di Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang selama kejadian luar biasa tahun 2017-2018.
Metode: Penelitian kohort retrospektif dilakukan di lima rumah sakit rujukan di DKI Jakarta dan satu di Kabupaten Tangerang periode 1 Januari 2017-31 Agustus 2018. Pasien anak usia 1-18 tahun dengan diagnosis difteri klinis dinilai faktor prediktor yang berhubungan dengan luaran kematian. Uji korelasi chi square dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan luaran. Multivariat analisis dilakukan untuk menentukan prediktor kematian. Analisis data dilakukan dengan program SPSS for Window ver 20,0.
Hasil: Pasien anak dengan difteri klinis sejumlah 283 kasus dengan case fatality rate 3,5%. Riwayat imunisasi dasar (RR 6,967; p 0,003), suara serak (RR 7,611; p 0,035), stridor (RR 16,963; p<0,001), bullneck (RR 28,456; p<0,001), limfadenopati (RR 3,838; p 0,045), komplikasi miokarditis (p<0,001), leukositosis >15.000sel/mm3 (RR 7,500; p 0,004), trombositopenia (RR 35,549; p<0,001), kultur C. diphtheriae positif (RR 6,587; p 0,04) berhubungan dengan kematian. Analisis multivariat menunjukkan stridor (HR 11,951; p 0,006), lekositosis (HR 11,425; p 0,01), dan trombositopenia (HR 44,199; p<0,001) berhubungan dengan kematian.
Simpulan: Stridor, lekositosis dan trmbositopenia merupakan faktor prediktor kematian pada difteri klinis anak.

Background: Diphtheria is endemic in Indonesia. In 2017 diphtheria outbreak has taken place in several provinces.
Objective: To identify predictors of mortality of pediatric patients with clinical diphtheria during 2017-2018 outbreak in the Province of Jakarta and Tangerang District.
Methods: A retrospective cohort study has been held at five referral hospitals in the Province of Jakarta and one in Tangerang District during January 2017 and 31 August 2018. The study group is children age group of 1-18 years old admitted with sign and symptoms and discharge as clinical diphtheria. All details that is demographic data, clinical features, immunization status, complication and laboratory profiles and outcome were analysed. Variables were compared among survivors and non survivors to determine the predictors of mortality. A chi square test and cox regression was done to assess association between variables and outcome. Data were analysed using SPSS for Window ver 20,0.
Results: A total of 283 pediatric patients with clinical diphtheria were included in the study group with case fatality rate of 3.5%. Basic immunization status (RR 6.967; p0.003), hoarseness (RR 7.611; p0.035), stridor (RR 16.963; p<0.001), bullneck (RR 28.456; p<0.001), limphadenopaty (RR 3.838; p0.045), myocarditis (p<0,001), leukocytosis >15,000 cell/mm3 (RR 7.500; p0.004), thrombocytopenia <150,000 cell/mm3 (RR 35.549; p<0.001), C. diphtheriae positive culture (RR 6.587; p0.04) were found correlated to mortality. Multivariat analysis showed that stridor (HR 11.951; p0.006), leukocytosis (HR 11,425; p0,01), and thrombocytopenia (HR 44.199; p<0.001) correlated to death.
Conclusion: Diphtheria is fatal disease with increased mortality. Presence of stridor, leukocytosis and thrmbocytopenia are important predictors of mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Masfufah
"Difteri merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian. Di Indonesia, Difteri merupakan masalah endemis dimana tingkat kematian Difteri selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu sebesar 1,8% pada tahun 2018 menjadi 8,5% pada tahun 2022. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa riwayat vaksinasi dan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) merupakan faktor independen yang mempengaruhi kematian akibat Difteri, namun efek gabungan kedua faktor tersebut belum banyak diketahui. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan riwayat vaksinasi Difteri dan riwayat pemberian ADS dengan kejadian kematian Difteri di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan menggunakan data sekunder dari laporan surveilans Difteri Kementerian Kesehatan tahun 2018-2022. Hasil penelitian menunjukkan risiko gabungan pada mereka yang tidak divaksinasi dan tidak diberikan ADS sebesar 4,57 kali (95% CI 2,30-9,09) lebih tinggi dibandingkan kasus Difteri dengan riwayat divaksinasi dan diberikan ADS. Risiko indepeden menunjukkan kelompok yang tidak divaksinasi memiliki risiko kematian 3,03 kali (95% CI 1,93-4,75) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang divaksinasi. Sedangkan kelompok yang tidak diberikan ADS memiliki risiko kematian 0,31 kali (95% CI 0,11- 0,82) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan ADS, namun hasil ini mungkin masih dipengaruhi oleh faktor-faktor perancu yang belum dikontrol dalam penelitian ini, sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa tidak memberikan ADS justru menurunkan risiko kematian akibat Difteri. Sebanyak 45% kejadian kematian Difteri dikaitkan dengan interaksi antara tidak divaksinasi dan tidak diberikan ADS. Oleh karena itu, penting untuk melakukan upaya bersama untuk meningkatkan cakupan vaksinasi dan pemberian ADS secara tepat untuk menurunkan kejadian kematian akibat Difteri.
......Diphtheria is an infectious disease that can cause death. In Indonesia, Diphtheria is an endemic problem with an increasing death rate over the last five years by 1.8% in 2018 to 8.5% in 2022. Previous studies have shown that vaccination and administration of diphtheria antitoxin (DAT) affect mortality, but their combined effect is not widely known. Therefore, a study was conducted to determine the relationship between these two factors and Diphtheria mortality in Indonesia. The research used a case-control design with secondary data from the Ministry of Health's 2018-2022 Diphtheria surveillance report. The findings revealed that individuals who were neither vaccinated nor given DAT had a 4.57 times higher risk of death (95% CI 2.30-9.09) than vaccinated and received DAT group. Unvaccinated individuals had a 3.03 times higher risk of death (95% CI 0.11-0.82) than vaccinated individuals. The risk of death was 0.31 times lower (95% CI 0.11-0.82) in those who did not receive DAT. However, it is important to note that these results may still influenced by uncontrolled factors, thus no conclusion can be drawn regarding the reduction of death risk through withholding DAT. Up to 45% of diphtheria-related mortality were linked to the combination of this two factors. To reduce diphtheria deaths, it is essential to enhance immunization coverage and administer DAT properly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library