Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Romualdo, Libertinus Juan
"Proses reduksi langsung bijih besi menjadi besi spons salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi rotary kiln dimana bijih besi akan dibakar bersamaan dengan reduktor pada temperature tinggi dan akan diputar berlawanan arah jarum jam. Pada penelitian ini reduktor yang digunakan adalah arang batok kelapa. Terdapat beberapa parameter proses reduksi langsung pada rotary kiln salah satunya adalah kecepatan putar. Pada penelitian ini dilakukan investigasi pengaruh kecepatan putar dalam berbagai putaran per menit terhadap senyawa besi yang dihasilkan pada proses reduksi langsung. Kecepatan putar yang dioperasikan antara lain 0.75 rpm, 1.0 rpm, 1.5 rpm, 2.0 rpm, dan 2.5 rpm. Kandungan senyawa besi yang dihasilkan diinvestigasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil pengujian menunjukkan senyawa besi yang terbentuk pada hasil akhir reduksi langsung yaitu hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4). Selain itu didapatkan nilai kecepatan putar optimal pada 1.0 rpm dengan mengukur nilai intensitas hasil karakterisasi XRD.
......Rotary kiln is one of technologies which support the sponge iron making in direct reduction process. Iron lump ore will be burnt together with coconut shell charcoal as reductor at high temperature while rotary kiln rotates in counterclockwise movement. This process has several parameters include rotation speed. This research investigates rotation speed effect to the sponge iron making process. The rotation speed is operated in various numbers that are 0.75 rpm, 1.0 rpm, 1.5 rpm, 2.0 rpm, 2.5 rpm. The iron compounds was investigated by using X-Ray Diffraction (XRD) method. The results showed that direct reduction process produces hematite (Fe2O3) and magnetite (Fe3O4) compound. Furthermore, the optimal rotation speed was determined and investigated by using X-Ray Diffraction with the value of iron compunds as the consideration. The results showed that 1.0 rpm is the most optimal rotation speed to applied in this technology."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ramadhan Putra
"Inovasi terhadap memproses bijih besi sangat banyak. Dalam proses reduksi, banyak orang cenderung memilih bijih besi kadar tinggi. Di Indonesia, bijih besi yang ada memiliki kadar rendah. Dibutuhkan perhatian khusus agar dapat memproses bijih besi ini. Dengan memanfaatkan bijih besi asli Indonesia, kita dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Bijih besi asal Lampung di reduksi dengan memanfaatkan batu bara yang juga berasal dari Indonesia Kalimantan . Proses reduksi dilakukan dengan memvariasikan temperatur dan waktu. Sampel yang sudah dicampur batu bara, bentonite, dan CaCO3, dimasukkan kedalam furnace sampai temperatur yang diinginkan. Setelah sampai pada temperatur yang diinginkan, temperatur ditahan sesuai waktu yang telah ditentukan. Setelah proses reduksi selesai, produk diteliti dengan menggunakan SEM, XRD. Berdasarkan tes XRD, keempat produk sukses membuat metallic iron. Derajat reduksi akan meningkat dengan semakin naiknya temperature. Namun hal ini masih bergantung pada hasil yang didapatkan. Derajat metalisasi sudah sesuai dengan literatur. Semakin naik temperatur, derajat metalisasi semakin bertambah. Yield of metallic iron juga sesuai dengan literatur. Semakin naik temperatur, Yield of metallic semakin bertambah. Mikrostruktur menghasilkan hasil yang seragam, kecuali pada temperature 1400 C dan temperature 30 menit. Waktu dan temperature nampaknya tidak cukup untuk mereduksnya.
......There are many innovations in processing the iron ore. In the reduction process, many people tend to choose high grade iron ore. In Indonesia, the existing iron ore has low grade. Special attention is required in order to process this iron ore. By utilizing the native Indonesian iron ore, we can improve the economy of Indonesia. We use iron ore from Lampung in the reduction by utilizing coal which is also from Indonesia Kalimantan . The reduction process is done by varying the temperature and time. Samples that were mixed with coal, bentonite, and CaCO3, is inserted into the furnace to the desired temperature. Having reached the desired temperature, we hold the temperature in accordance with the predetermined time. After the reduction process is complete, we examine the product using SEM, XRD. Based on XRD tests, four products successfully make metallic iron. The degree of reduction would be increased with the rise of temperature. However, it is still dependent on the results obtained. Metallization degrees are in accordance with the literature. With the increase of temperature, the degree of metallization also increase. The yield of metallic iron is also in accordance with the literature. With the increase of temperature, the increasing yield also increase. All product produce the same microstructure, except for temperatures of 1400 C and holding time 30 minutes. Time and temperature does not seem enough to do the reduction process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komarudin
"Batu besi merupakan salah satu jenis bijih besi yang banyak terdapat di Indonesia. Dengan kadar yang rata-rata 60-80 % batu besi mempunyai prospek yang menjanjikan untuk dikelola sebagai bijih pada proses pembuatan besi-baja di Indonesia. Salah satu teknologi yang dapat mengolah batu besi adalah dengan reduksi langsung.
Reduksi langsung memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi pembuatan besi konvensional (tanur tinggi). Salah satu kelebihannya adalah dari segi efisiensi energi dan kapasitas produksi. Pada proses reduksi langsung terdapat beberapa parameter yang berpengaruh terhadap kinetika dari proses tersebut, salah satunya adalah kadar karbon. Kadar karbon dapat berpengaruh terhadap laju gasifikasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah batu besi bisa direduksi dengan batu bara atau tidak. Selain itu juga bertujuan untuk menentukan kadar karbon yang efektif dan optimum terhadap kinetika reaksi reduksi langsung. Proses reduksi dilakukan dalam Nabertherm furnace dengan temperatur 600 °C, 800 °C, 1000 °C. Waktu proses reduksi selama 5, 10, 20 menit, dan dengan variasi perbandingan antara bijih laterit dengan karbon 1:1, 1:3, 1:5.
Hasil penelitian pada temperatur 600 °C hampir tidak ditemukan intensitas Fe, kecuali hanya pada sampel dengan waktu tahan 20 menit dengan perbandingan batu besi dengan batu bara 1:3 dan waktu tahan 10 menit dengan perbandingan 1:5. Fe tidak terbentuk pada temperatur 600 °C karena belum mencapai titik kritis untuk mereduksi FeO menjadi Fe (700 °C)
Pada temperatur 800 °C dan 1000 °C dan waktu proses reduksi 5, 10, dan 20 menit dapat terlihat bahwa penambahan kadar karbon ke dalam batu besi dapat meningkatkan laju gasifikasi sehingga meningkatkan laju reaksi. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya intensitas Fe hasil reaksi. Pada 800 °C terjadi tren peningkatan intensitas Fe setiap penambahan karbon dengan intensitas Fe optimum terdapat pada perbandingan 1:5. Pada 1000 °C dengan waktu reduksi 5 menit terjadi peningkatan intensitas Fe tiap penambahan karbon dengan Fe optimum pada perbandingan 1:5. Akan tetapi pada waktu reduksi 10 menit dan 20 menit memiliki tren penurunan intensitas Fe. Peristiwa ini menunjukkan adanya sampel yang memiliki kandungan karbon yang sedikit di bagian permukaannya.
......Lump ore is one of iron ore types that exist in Indonesia. With iron rate 60-80 %, lump ore have a promising prospect to be broght off as an ore for iron and steel making process in Indonesia. Technology that can be used to reduce lump ore is direct reduction.
Compared to blast furnace technology, direct reduction has some excesses, especially in effectivity and production capacity. There is some factor which ascendant in direct reduction process, one of it is carbon content. Carbon content can ascendant to the rate of gasification.
Objective from this research is to prove wether lump ore can be reduced with coal or not. Besides, other goal of this research is to determine the most effective and optimum carbon content to the kinetic of direct reduction. Reduction process is done in Nabertherm Furnace with temperature process 600 °C, 800 °C, and 1000 °C. Reduction process time are 5, 10, and 20 minutes with proportion of lump ore and coal are 1:1, 1:3, and 1:5.
Observational result on 600 °C indicated no Fe intensity, except on sample with reduction time 20 minutes with proportion of lump ore and coal 1:3 and sample with reduction time 10 minutes with proportion of lump ore and coal 1:5. On 600 °C Fe can?t be formed because it hasn?t reach the critical temperature to reduce FeO to Fe (700 °C.
On 800 °C and 1000 °C with reduction time 5, 10, and 20 minutes indicated the increase of the added carbon composition has increased the gasification rate, so that the reaction rate is also increase. This is proved by the increase of the Fe intensity as the result of the process. On 800 °C indicate the increase of Fe intensity every added carbon with Fe optimum in proportion 1:5. On 1000 °C with reduction time 5 minutes indicate trend inceases of Fe intensity every increment of carbon content and Fe optimum in proportion 1:5. But, in reduction time 10 minutes and 20 minutes indicate the decrease of Fe intensity. This phenomenon indicate the presence of sample which contain a few of carbon on its surface."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51090
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Triaswinanti
"Bijih besi menjadi salah satu sumber daya mineral yang sangat berpotensial di Indonesia untuk dilakukan proses pengolahan dan diproduksi sehingga menjadi logam mineral yang memiliki nilai guna Proses pengolahan bijih besi sudah banyak dikembangkan dengan cara reduksi langsung maupun reduksi tidak langsung dimana kedua proses tersebut membutuhkan reduktor untuk mereduksi bijih besi menjadi logam murni Reduktor yang digunakan pada proses reduksi bijih besi dalam bentuk padatan seperti batu bara dan kokas maupun dalam bentuk gas seperti gas metana Pada penelitian kali ini dilakukan pengembangan proses reduksi bijih besi menggunakan reduktor biomassa yaitu cangkang kelapa sawit yang merupakan limbah dari hasil perkebunan buah kelapa sawit Dalam penelitian digunakan bijih besi laterit Kalimantan dan cangkang kelapa sawit dari sisa perkebunan di Palangkaraya Kalimantan Tengah Bijih besi direduksi ukurannya hingga membentuk partikel serbuk 18 Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel temperatur reduksi dengan waktu dan rasio massa yang konstan terhadap hasil reduksi bijih besi Variasi temperatur yang diuji dalam penelitian adalah 600oC 700oC 800oC 900oC dan 1 000oC Seluruh sampel diuji dalam waktu 120 menit dan rasio bijih besi dengan cangkang kelapa sawit 1 3 yang dimasukkan ke sebuah krusibel dan perlakuan reduksi langsung dilakukan di dalam muffle furnace Hasil XRD menunjukkan bahwa pada 1 000oC merupakan temperatur optimum dengan waktu reduksi selama 120 menit karena kandungan bijih besi seluruhnya berupa peak Fe metallic tanpa adanya kehadiran peak peak besi oksida lainnya.
......Iron ore become one of minerals source that very pottential in Indonesia for process to have result value metallic mineral Iron steel making process have been developed by direct reduction and indirect reduction process which both of them need solid reducing agent for reduction iron ore like coal and coke or gas reduction agent like methane gas In this research it develop renewable reduction iron ore process use biomass reductor palm kernell shell is waste from palm tree plantation The research was conducted laterite ore from Kalimantan and palm kernel shell from residue plantation in Palangkaraya Central Kalimantan Before reduction process is started iron ore must be crushing to reduce particle size forming powder particles with size about 18 The purpose of the research is to determine the effect of reduction temperature with optimum time and mass ratio to result of reduction iron ore Variation of temperature that be examined is 600oC 700oC 800oC 900oC and 1 000oC All of samples is tested in 120 minutes and mass ratio 1 3 for iron ore and palm kernell shell Mixed samples are put in crucible and reduction process take place in muffle furnace XRD results showed that in 1 000oC is optimum temperature during 120 minutes because all composition of iron ore is Fe metallic peaks without other iron oxide peaks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Claire Ditya Lousiana
"Emas merupakan logam mulia yang memiliki banyak keunggulan dibanding logam lainnya. Karena luasnya bidang aplikasi emas dan seiring berkembangnya teknologi, kebutuhan emas dunia terus meningkat. Peningkatan ini mendorong industri-industri untuk mengembangkan ekstraksi emas selain dari bijih hasil penambangan. Salah satu sumber yang dapat dikembangkan adalah detox sludge emas. Untuk melakukan proses pirometalurgi emas, umumnya digunakan batu bara sebagai pemasok karbon untuk proses reduksi. Namun batu bara merupakan bahan bakar tidak terbarukan yang semakin lama akan semakin menipis. Karena itu dibutuhkan agen pereduksi pengganti batu bara. Salah satu biomassa yang sudah terbukti dapat menggantikan peran batu bara adalah cangkang kelapa sawit. Kandungan fixed carbon dan volatile matter yang ada dalam cangkang kelapa sawit dapat membentuk gas pereduksi oksida logam pada terak emas. Pada penelitian ini dicari tahu temperatur operasi yang cocok dalam proses reduksi logam-logam pengotor di detox sludge emas oleh arang cangkang kelapa sawit. Proses reduksi dilakukan pada muffle furnace selama 60 menit dengan perbandingan masa detox sludge emas dan arang cangkang kelapa sawit sebesar 1:2. Temperatur operasi yang diuji adalah 800oC, 900oC, dan 1000oC. untuk menghitung recovery, detox sludge emas dikarakterisasi dengan X-ray Diffraction (XRD) dan X-ray Fluorescence (XRF) sebelum dan sesudah dilakukannya proses reduksi. Hasil penelitian ini menunjukkan temperatur optimal untuk mendapatkan recovery logam oksida tertinggi didapatkan pada suhu 800oC.
......Gold is a precious metal that has many superiorities over other metals. Due to the wide application field of gold and the development of technology, the world’s demand for gold continues to increase. This increase has encouraged industries to develop gold extraction apart from mining ore. One source that can be developed is gold detox sludge. To carry out the gold pyrometallurgical process, coal is generally used as a supplier for the reduction process. However, coal is a non-renewable fuel that will be depleted over time. So, a renewable reducing agent is needed to replace coal. Biomass is a promising option. One of the proven biomasses that can replace the role of coal is palm kernel shells. The fixed carbon content and volatile matter in the palm kernel shell can form reducing gas for the metal oxides in the gold detox sludge. This research is trying to find the suitable operation temperature for the process of reducing the metal impurities in gold detox sludge by palm kernel shells char. The reduction process is carried out in a muffle furnace for 60 minutes with a ratio of 1:2 gold detox sludge and palm kernel shells char. Operating temperatures to be tested are 800oC, 900oC, and 1000oC. To calculate recovery, gold detox sludge was characterized by X-ray Diffraction (XRD) dan X-ray Fluorescence (XRF), before and after the reduction process. The results of this study indicate that the optimal temperature for obtaining the highest metal oxide recovery is obtained at a temperature of 800oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Arief Putra
"Proses reduksi langsung dilakukan dengan menggunakan bijih besi laterit yang berasal dari Kalimantan serta arang tempurung kelapa sebagai reduktor. Perbandingan rasio massa antara bijih besi dan arang tempurung kelapa masing- masing adalah 1:1, 1:2, 1:3 dan 1:4. Kedua bahan tersebut sesuai dengan rasio massanya dicampur pada wadah tahan api. Kemudian dimasukkan pada dapur muffle pada temperatur yang divariasikan yaitu 700, 800, 900 dan 10000C. Hasil dari proses reduksi langsung ini dilakukan pengujian XRD untuk mengetahui secara kualitatif perubahan yang terjadi terhadap bijih besi.
Hasil XRD menunjukkan bahwa semakin banyak reduktor dan semakin tinggi temperatur yang diaplikasikan pada proses reduksi langsung maka tahapan reduksi yang terjadi akan meningkat. Hasil maksimal yang didapatkan adalah pada rasio massa 1:4 dengan temperatur 10000C selama 30 menit menunjukkan bahwa Fe metallic telah mulai terbentuk. Sehingga disimpulkan bahwa arang tempurung kelapa sebagai pengganti kokas dapat mereduksi bijih besi hingga menjadi Fe metallic.
......Direct reduction is done by laterite ore from Borneo and coconut shell as a reducing agent. Mass ratio between iron ore and coconut shell respectively is 1:1, 1:2, 1:3 and 1:4. Both materials mixed into crucible. Then put on muffle furnace at variated temperatures are 700, 800, 900 and 10000C. Result of this direct reduction to determine qualitatively is used XRD testing.
XRD results showed that the more reductant and the higher temperature is applied to the direct reduction, the reduction phases occurring will increase. Maximum results are obtained at mass ratio 1:4 with temperature 10000C for 30 minutes showed that the metallic Fe. Thus concluded that coconut shell instead of coke to reduce iron ore to be metallic Fe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Rahma Yanti
"Indonesia merupakan negara dengan cadangan sumber daya alam yang melimpah pada bidang mineral salah satuya yaitu bijih besi. Karena itu dibutuhkan proses yang memiliki optimasi yang tinggi untuk mengolah bijih besi tersebut. Salah satunya itu dengan proses reduksi langsung. Pada penelitian kali ini dilakukan proses reduksi langsung bijih besi dengan menggunakan cangkang kelapa sawit sebagai reduktornya sebagai pengganti dari batubara. Bijih besi yang digunakan merupakan bijih besi laterit dari Kalimantan.
Hal yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh rasio massa yang divariasikan antara bijih besi dengan cangkang kelapa sawit, dengan besar variasi rasio yaitu 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, dan 3:1 pada temperatur 10000C dengan waktu tahan selama 2 jam. Bijih besi tersebut dihancurkan terlebih dahulu lalu langsung dicampurkan dengan cangkang kelapa sawit. Hasil XRD menunjukan bahwa rasio 1:3 dengan cangkang kelapa sawit yang lebih banyak akan terbentuk Fe dengan intensitas tertinggi.
......Indonesia is a country which has abundant natural recources in mineral sector especially in iron ore. Therefore we need a process that has high optimization to change the ore into iron. And the process is direct reduction. In this research, direct reduction was done by using palm kernel shell as the reductor as a replacement of coal. Iron ore that used in this research was Laterite from Borneo.
The aim of this research is to know the effect of variation between iron ore and palm kernel shell, and the ratio are 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, and 3:1 in 10000C for 2 hours. That iron has crushed before then directly mix with the palm kernel shell. The result show that in 1:3 ratio will form Fe with highest intensity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S70113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library