Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
The Multi Donor Fund for Aceh and Nias (MDF) and the Java Reconstruction Fund (JRF) have played significant roles in the remarkable recovery of Aceh, Nias and Java, following some of the worst disasters in Indonesia in recent years. The MDF and the JRF, which is patterned after it, are each considered a highly successful model for post-disaster reconstruction. This paper presents the lessons from the MDF and JRF's use of large-scale, government-implemented community driven development programs to deliver reconstruction at the village level in Aceh, Nias and Java. It documents how local level recovery using a community driven approach can result in not only cost effective physical outputs, but also empowered communities with greater capacities and more prepared to face future disasters. The MDF and JRF experiences have demonstrated many less tangible social benefits. These include faster social recovery from the impact of disasters and increased confidence and capacities of local actors to engage in local level planning. Most importantly, the community driven approach to reconstruction empowers victims of natural disaster to become key agents in their own recovery.
Jakarta: Multi Donor Fund, 2012
363.348 ADA I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ferazzi, Gabriel
Abstrak :
The Multi Donor Fund for Aceh and Nias (MDF) and the Java Reconstruction Fund (JRF) have played significant roles in the remarkable recovery of Aceh, Nias and Java, following some of the worst disasters in Indonesia in recent years. The MDF and the JRF, which is patterned after it, are each considered a highly successful model for post-disaster reconstruction. This paper discusses the value of a phased approach to post-disaster reconstruction as a successful means to manage short-term expectations while delivering long-lasting, results of high quality. The natural disasters of late 2004 and early 2005 left a trail of human loss and destruction in Aceh and Nias. In such a scenario, capacity building efforts related to individual and community level investments yielded large returns. Aceh and Nias have emerged from the reconstruction experience in a better position to address these challenges as a result of the capacity building achieved through the recovery process.
Jakarta: JRF Foundation, 2012
363.348 FER b II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The Multi Donor Fund for Aceh and Nias (MDF) and the Java Reconstruction Fund (JRF) have played significant roles in the remarkable recovery of Aceh, Nias and Java, following some of the worst disasters in Indonesia in recent years. The MDF and the JRF, which is patterned after it, are each considered a highly successful model for post-disaster reconstruction. This paper discusses the value of a phased approach to post-disaster reconstruction as a successful means to manage short-term expectations while delivering long-lasting, results of high quality. The natural disasters of late 2004 and early 2005 left a trail of human loss and destruction in Aceh and Nias. There was huge pressure on all actors involved in the reconstruction process to act fast and get projects ready for implementation. The MDF adopted a phased approach to the reconstruction. The implementation of nearly all projects in the roads sub-sector was fully satisfactory, with positive economic benefits attributable to the various projects. Most of the projects under the MDF infrastructure portfolio placed significant emphasis on capacity building to enhance the sustainability of assets created. The MDF's experience in implementing its large-scale infrastructure program offers many lessons for future reconstruction efforts in similar contexts in Indonesia elsewhere.
Jakarta: Multi Donor Fund and Java Reconstruction Fund, 2012
363.348 EFF III
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: MDF-JRF Secretariat, World Bank Office,, 2012
363.348 MOR IV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Signature, exchange of instruments or ratification will be binding if the text provides that these actions are to have that effect. A treaty which merely needs signatures from the parties, it will be legally binding to the parties by signing the treaty. However, for a treaty which needs ratification, signatures of the parties will not have a legal effect to the parties. The parties who have signed the treaty is only bound morally. Thus, the treaty will be legally binding to the parties, if the parties have ratified it.
JHUII 12:29 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Risma Aini
Abstrak :
Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda Banda Aceh dan Sumatera pada 26 Des 2004 telah membuat porak poranda kota kota sepanjang Barat Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Kecamatan Lhokga adalah salah satu wilayah yang mengalami kehancuran berat pada saat Tsunami. Desa Lambaro Seubun adalah salah satu desa di Kecamatan Lhoknga yang mengalami kehancuran total Iahan pertanian yang menjadi sumber kehidupan utama warga setempat. Sebagian besar masyarakat di Desa Lambaro Seubun kehilangan mata pencaharian atau sumber pendapatan keluarga, lahan pertanian di desa tersebut mengalami kerusakan yang parah, ini menyebabkan masyarakat kehilangan mata pencaharian, masyarakat menjadi penganguran yang berdampak mereka tidak mempunyai penghasilan. Mata pencaharian utama masyarakat adalah dan bertani. Saat ini masyarakat memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran mengenai proses pemberdayaan masyarakat melalui rehabilitasi rumah korban tsunami di Desa Lambaro Seubun Kecamatan Lhokga, Kabupaten Aceh Besar. Mengetahui manfaat yang diperoleh masyarakat dan mengkaji proses pemberdayaan yang dilakukan pihak pihak terkait dalam proses rehabilitasi rumah masyarakat yang rusak karena tsunami di Desa Lambaro Seubun Kecamatan Lhokga, Kabupaten Aceh Besar.

Pendekatan penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data diiakukan dengan melakukan wawancara mendalam, melakukan pengamatan dan pemanfaatan dokumen melalui studi kepustakaan. Pengumpulan dan analisa data merupakan proses yang bersamaan. Analisa data dilakukan sejak kegiatan pengumpulan daya dilakukan dan selama proses penelitian berlangsung. Setiap data yang diperoleh dianalisis dan ditafsirkan untuk mengetahui maknanya dan dihubungkan dengan masalah penelitian.

Program rehabilitasi rumah korban gempa dan tsunami di Desa Lambaro Seubun merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat, dengan adanya program pemberdayaan melalui rehabilitasi rumah ini, masyarakat yang kehilangan rumah mendapatkan rumah. Rumah adalah tempat seseorang dapat mengidentifikasi diri secara eksistensial terlindungi Ialu mengatur perencanaan hidup secara benar. Bagi pengungsi, membangun rumah adalah mengembalikan rasa percaya diri, menyembuhkan Iuka batin dan memotivasi kerja lebih kreatif. Penyediaan rumah sebagai salah cara untuk melupakan pengalaman traumatik yang pemah dimiliki, tanpa rumah proyek pemulihan ekonomi kurang sempurna karena seseorang merasa terus dalam dalam kondisi darurat. Bagi masyarakat yang kehilangan mata pencahanan, mereka bisa mendapatkan penghasilan dengan bekerja sebagai tukang atau buruh, paling tidak mereka sudah mempunyai sumber penghasilan walaupun sifatnya sementara. Dengan adanya pekeljaan paling tidak mereka sudah ada kegiatan yang dapat menghasilkan, sehingga mereka Iebih berdaya dan periahan pulih dari trauma akibat bencana yang teiah menimpa.

Proses rehabiiitasi rumah korban tsunami di Desa Lambaro Seubun, memberikan proritas kepada masyarakatnya untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan rumah, dimulai sejak awal dengan dilibatkan masyarakat dalam musyawarah desa, menanyakan pendapat masyarakat tentang model mmah yang diinginkan, menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap proses rehabilitasi rumah korban gempa dan tsunami di desa mereka.

Partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan harus selalu didorong dan dikembangkan. Pentingnya keberlanjutan program pemberdayaan, tidak cukup hanya rehabilitasi rumah, setelah masyarakat memiiiki rumah perlu juga dipikirkan keberianjutan ekonomi masyarakat, karena banyak masyarakat yang kehiiangan mata pencaharian akibat Iahan pertanian mereka hancur, dan mereka juga tidak memiliki modal untuk memulai usaha taninya. Disamping modai untuk usaha tani perlu juga modal untuk menambah pendapatan keluarga yaitu petemakan, pembuatan kue, pembuatan emping melinjo, usaha kerajinan dari bambu dan usaha-usaha lainnya.

Pemberdayaan ekonomi perlu dilakukan sebagai keberlanjutan program pemberdayaan yang sudah ada sebelumnya, tahapan dalam program pemberdayaan ekonomi antara Iain sosialisasi program pemberdayaan ekonomi, mendorong munculnya fasilitator lokal, pendampingan masyarakat terkait pemberdayaan ekonomi, penyaluran bantuan modal dan money (monitoring dan evaluasi) program pemberdayaan ekonomi.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Aceh during the 2004 tsunami was a war-zone, with Indonesia's military engaged in a major operation to crush a separatist rebellion that had been simmering since 1976. Even though the funds had been donated for tsunami relief, any real reconstruction of Aceh had to consider the impact of the conflict on the well-being of the population, as well as governance and administrative capacities.
Singapore: Institute of South East Asia Studies, 2012
e20442425
eBooks  Universitas Indonesia Library