Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Calvin Aryaputra
"Literatur mengenai hubungan upah dan berat badan di Indonesia belum menemukan bukti mengenai diskriminasi upah berdasarkan berat badan. Dengan menggunakan Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5, penelitian ini menganalisis hubungan antara berat badan dan upah serta mengidentifikasi diskriminasi yang dikaitkan dengan weight-wage gap dengan mengontrol berbagai covariate. Hasil menunjukkan bahwa terdapat weight premium untuk pria dan sebagian dari premium tersebut dapat dijelaskan oleh perbedaan modal manusia. Di sisi lain, wanita yang underweight menerima upah lebih rendah dibandingkan yang tidak underweight. Dekomposisi Oaxaca-Blinder mengindikasikan bahwa weight-wage gap yang dialami oleh pria dan wanita disebabkan oleh unexplained differences, yang mengarah pada adanya diskriminasi. Menggunakan model dengan interaksi, saya menemukan bahwa pria dan wanita mengalami statistical discrimination berdasarkan berat badan. Hasil regresi hanya robust untuk model pria menurut heterogeneity analysis, sedangkan coefficient stability test menunjukkan bahwa tidak ada hasil regresi yang robust. Meskipun demikian, analisis menunjukkan bahwa menambahkan covariate dapat mengurangi overestimation dari unexplained factors yang berkaitan dengan weight-wage gap.

Literature on the weight-wage relationship in Indonesia shows inconclusive evidence on the existence of weight-based discrimination. By utilizing the Indonesia Family Life Survey (IFLS) Wave 5, this study examines the relationship between body weight and wages and identifies the discrimination attributed to the weight-wage gap by controlling multiple covariates. The finding shows that weight premium exists for men and some of the premia can be explained by human capital differences. On the other hand, underweight women receive less wages compared to non-underweight women. The Oaxaca-Blinder decomposition indicates that the weight-wage gap for men and women is due to unexplained differences, which pointed to discrimination. Using interaction models, I found that both men and women suffer from weight-based statistical discrimination. The regression results are only robust for men according to heterogeneity analysis, while the coefficient stability test shows that none of the regressions are robust. Nevertheless, the analysis suggests that adding covariates reduces the overestimation of the unexplained factors attributed to the weight-wage gap.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Fitriyanti
"Mengkonsumsi makanan berlebihan sebagai respon emosi negatif yang dapat merugikan kesehatan individu dan mengarah pada kematian. Di masa pandemi muncul suatu trend menerapkan perilaku sehat yang marak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah benar terdapat efek moderasi yang signifikan dari regulasi emosi pada hubungan emotional eating dan perilaku sehat (aktivitas fisik dan konsumsi makanan sehat) di masa pandemi. Desain penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dan cross-sectional. Partisipan penelitian ini merupakan 129 dewasa muda Indonesia berusia 18-25 tahun (64,3% perempuan; Musia = 21,50, SD = 1,37) yang memiliki tingkat BMI minimal 25 kg/m2. Emotional eating di ukur menggunakan Emotional Eating – Revised (EES-R), regulasi emosi diukur menggunakan Difficulties in Emotion Regulation – Short Form (DERS-SF), dan perilaku sehat diukur menggunakan Skala Perilaku Sehat. Melalui analisis moderator menggunakan Hayes PROCESS ditemukan bahwa tidak adanya peran moderator dari regulasi emosi pada hubungan emotional eating dan perilaku sehat (b = 0,002, t(129) = 1,158, p > 0,001). Artinya, pada tiap tingkat regulasi emosi, tidak terdapat perubahan kekuatan hubungan antara emotional eating dan perilaku sehat yang signifikan. Melalui analisis korelasi Pearson ditemukan emotional eating memiliki korelasi positif dan tidak signifikan dengan perilaku sehat (r (129) = 0,10, p > 0,01); emotional eating memiliki hubungan positif secara signifikan dengan regulasi emosi (r(129) = 0,23, p < 0,01) artinya individu dengan skor tinggi pada regulasi emosi cenderung memiliki tingkat emotional eating yang tinggi pula. Terakhir, regulasi emosi memiliki korelasi positif dan tidak signifikan dengan perilaku sehat (r (129) = 0,03, p > 0,01).

Consuming excessive food as a negative emotional response which can be detrimental to individual health and lead to death. During a pandemic, there is a trend to applying healthy behaviors and widely studied. This research aims is to determine whether there is a significant moderating effect of emotional regulation on the relationship between emotional eating and healthy behavior (physical activity and consumption of healthy foods) during pandemic. The research design used was non-experimental and cross-sectional. Participant in this study were 129 Indonesian young adult aged 18-25 years (64.3% women; Mage = 21.50, SD = 1.37) who had a BMI level at least 25 kg/m2. Emotional eating was measured using Emotional Eating – Revised (EES-R), emotional regulation was measured using Difficulties in Emotion Regulation – Short Form (DERS-SF), and healthy behavior was measured by using Skala Perilaku Sehat. Through a moderator analysis using Hayes PROCESS, it was found that there was no moderating role for emotional regulation on the relationship between emotional eating and healthy behavior (b = .002, t (129) = 1.158, p > .001). This means that at each level of emotional regulation, there is no significant change in the strength of the relationship between emotional eating and healthy behavior. Through Pearson correlation analysis, it was found that emotional eating has a positive and not significant correlation with healthy behavior (r (129) = .10, p > .01); emotional eating has a significant positive relationship with emotional regulation (r (129) = 0.23, p < .01) meaning that individuals with high scores on emotional regulation tend to have high levels of emotional eating as well. Finally, emotion regulation has a positive and not significant correlation with healthy behavior (r (129) = 0.03, p > .01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library