Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Ayu Larasati
"ABSTRAK
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk menjadi obat diuretik selain dari obat sintetis yang ada saat ini. Namun belum diteliti secara preklinis bagaimana interaksi dari obat herbal dan obat sintetis yang memiliki khasiat yang sama dalam hal ini sebagai diuretik apabila diminum secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun kumis kucing terhadap efek diuretik furosemid pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Penelitian dilakukan pada 30 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kontrol, ekstrak, furosemid, dan dua kelompok dosis kombinasi antara ekstrak dan furosemid. kelompok diberi perlakuan berupa pemberian ekstrak selama 4 hari kemudian pada hari ke-4 ditambah pemberian furosemid . pengukuran volume urin dilakukan pada hari ke-4, tekanan darah pada hari ke-0 dan ke-4 menggunakan pengukur tekanan dara non invasive CODA, serta pengukuran kadar natrium dan kalium pada hari ke-5 pada urin 24 jam menggunakan spektrofotometer serapan atom. Kemudian, hasil dianalisis menggunakan SPSS dan hasil analisis statistic menunjukan bahwa pada pengukuran volume urin jam ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, kadar natrium, dan tekanan darah sistol terdapat perbedaan secara bermakna antara kelompok kombinasi dengan kelompok kontrol, ekstrak, dan furosemid (α < 0,05) dan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kombinasi 1 (dosis ekstrak 700 mg/kg bb ditambah furosemid 7,2 mg/kg BB) dan kombinasi 2 (dosis ekstrak 350 mg/kg bb ditambah furosemid 7,2 mg/kg BB) (α < 0,05)

ABSTRACT
Indonesia has many kinds of biodiversity that may become a potential drug that has diuretic effect besides synthetic drugs. But there is no preclinic research about interaction between herbal drug and synthetic drug who have same effect as a diuretic drugs and are consumed together. This study aimed to find out the effect of 70% ethanol extract of kumis kucing leaves to diuretic effect of furosemide in white male rats from Sprague Dawley strain. Thirty white male rats divided into five group of six animals each were used and administrative orally for 4 days with CMC 0,5% as control, furosemide, kumis kucing leaves extract, and the rest of the groups are for combination of furosemide and extract. Urine volume is measured in the fourth day, blood pressure is measured on the day before treatment and on the fourth day using CODA non-invasive blood pressure measurement, and, and the level of sodium and potassium are measured the day after urine volume measurement using atom spectrophotometer and the obtained data is processed by SPSS. Statistic analysis results show that there are significantly difference (α < 0,05) on 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th, 6th hour urine volume, sodium levels, and systole blood pressure between control, furosemide, and extract group to 1st combination group (contain 700 mg/kg bw extract and 7,2 mg/200g bw furosemide) and 2nd combination group (contain 350 mg/kg bw extract and 7,2 mg/200g bw furosemide). There is significantly difference between 1st combination group to 2nd combination group (α < 0,05)."
2016
S64411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Pandu Pratama
"Latar belakang: Gagal Jantung Dekompensasi Akut (GJDA) merupakan penyebab utama terjadinya kematian dan kesakitan di dunia. Angka kematian dalam perawatan di dunia adalah sebesar 3-4%, sementara di Indonesia sebesar 11,2% berdasarkan Indonesian Registry of Heart Failure. Tatalaksana menggunakan diuretik loop telah dibuktikan efektif dalam meredakan kongesti, namun penggunaan secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya komplikasi berupa resistensi diuretik. Resistensi diuretik terjadi pada 20-35% pasien dengan GJDA dan telah diketahui sebagai prediktor independen terhadap terjadinya perburukan luaran klinis, kematian segera paska perawatan dan kejadian rawat ulang.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resistensi diuretik pada pasien GJDA brdasarkan penyakit yang mendasari, komorbid, tanda vital, fraksi ejeksi ventrikel kiri dan laboratorium.
Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan pada 535 pasien yang dirawat dengan GJDA selama periode Januari-Desember 2019. Resistensi diuretik didefinisikan sebagai respon diuresis kurang dari 1400ml dalam 24jam pertama setelah pemberian 40mg furosemide intravena (atau setara).
Hasil: Resistensi diuretik terjadi pada 68% pasien. Prediktor independen terhadap terjadinya resistensi diuretik yang diperoleh dari analisa regresi logistik multivariat adalah: riwayat DM (p = 0.013), riwayat penggunaan diuretik loop iv > 6 hari (p = 0.002), dosis diuretik loop oral > 80mg/hari (p = 0.006), FEVKi ≤ 49% (p = 0.002), BUN ≥ 21 mg/dL (p < 0.001) dan klorida serum < 98mmol/L (p < 0.001). Sebagai tambahan, sebuah sistem skoring telah dibuat berdasarkan model akhir tersebut.
Kesimpulan: Kejadian resistensi diuretik dapat diprediksi berdasarkan karakteristik pasien, parameter klinis dan laboratorium. Sistem skoring baru dapat memprediksi kejadian resistensi diuretik pada pasien gagal jantung dekompensasi akut yang menjalani rawat inap.

Background: Acute Decompensated Heart failure (ADHF) is a leading cause of mortality and morbidity in the world. In-hospital mortality rate is 3-4%, while in Indonesia it is 11.2% based on the Indonesian Heart Failure Registry. The management of using loop diuretics has proven effective in relieving congestion yet continuous utilization could lead to the development of diuretic resistance. Diuretic resistance occurs in 20-35% of patients with ADHF and has been shown to be an independent predictor of worsening clinical outcomes, immediate post-treatment death and re-admission events.
Objective: to identify factors that influence the occurrence of diuretic resistance in ADHF patients based on the underlying disease, comorbidities, vital signs, left ventricular ejection fraction and laboratory.
Methods: A cohort retrospective study was conducted on 535 patients treated with ADHF from January-December 2019. Diuretic resistance was defined as a diuresis response of less than 1400ml in the first 24 hours after administration of 40mg of intravenous furosemide (or equivalent).
Results: Diuretic resistance occurs in 68% of patients. Independent predictors obtained from multivariate logistic regression analysis were: history of DM (p = 0.013), history of using iv loop diuretics > 6 days (p = 0.002), oral loop diuretic dose > 80mg/day (p = 0.006), LVEF ≤ 49% (p = 0.002), BUN ≥ 21 mg/dL (p < 0.001)and serum chloride <98mmol/L (p <0.001). In addition, a scoring system has been made from the final model.
Conclusion: Diuretic resistance could be predicted using patient's characteristics, clinical parameters and laboratory findings. A new scoring system could predict diuretic resistance among patients hospitalized with acute decompensated heart failure.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rizka
"Background: Nigella sativa (NS) seed extract shows diuretic activity, inhibits sympathetic nervous system overactivity and increases the production of Nitric Oxide in in vivo studies, thus it has a potential use as an adjuvant antihypertensive for elderly population. This study aimed to determine the effect of Nigella sativa seed extract to systolic blood pressure (SBP) and diastolic blood pressure (DBP) of elderly patients with hypertension.
Methods: a double-blind, randomized controlled trial was conducted on elderly subjects with hypertension in three outpatient clinics in Cipto Mangunkusumo National Hospital Jakarta Indonesia from June to September 2011. Subjects were divided into intervention group given 300 mg Nigella sativa seed extract twice daily for 28 days and into another group which was given placebo. Blood pressure were measured on day 1 and 28. Intention o treat analysis using unpaired t-test to compare blood pressure after intervention between the two groups was performed. Results: of a total of 85 patients, 76 subjects fulfilled the study criteria and were randomized into 2 groups, with 38 subjects in each group. Both groups were comparable in all important prognostic factors. The mean systolic blood pressure of the NS group was decreased from 160.4 (SD 15.7) mmHg to 145.8 (SD 19.8) mmHg, and from 160.9 (16.3) mmHg to 147.53 (SD 22.0) mmHg in the placebo group (p=0.36). The mean diastolic blood pressure in the NS group was decreased from 78.3 (SD 11.9) to 74.4 (SD 8.2) mmHg, and from 79.0 (SD 12.4) to 78.2 (SD 8.9) in the placebo group (p=0.35). Reported adverse events include dyspepsia in 6 subjects (15.7%), nausea in 3 subjects (7.8%), and constipation in 2 subjects (5.2%). No electrolyte abnormalities, liver and renal toxicities, or orthostatic hypotension were observed.
Conclusion: although a trend towards a slight decrease in blood pressure was observed, Nigella sativa has not been proven to be effective in reducing blood pressure in elderly patients with hypertension.

Latar belakang: ekstrak biji Nigella sativa (NS) pada penelitian in vivo menunjukkan potensi sebagai anti hipertensi karena memiliki efek diuretik, meningkatkan produksi Oksida Nitrit dan menghambat overaktivitas sistem saraf simpatis, sehingga potensial digunakan sebagai obat anti hipertensi pada pasien usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji NS pada perubahan tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) pasien usia lanjut dengan hipertensi.
Metode: dilakukan uji klinis acak tersamar ganda mulai Juni hingga September 2011 terhadap 76 pasien usia lanjut dengan hipertensi di tiga poliklinik di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta Indonesia. Dengan alokasi tersamar, subyek dibagi menjadi kelompok yang mendapat kapsul berisi ekstrak biji NS 300 mg sebanyak 2 kali sehari selama 28 hari dan kelompok yang mendapat plasebo. Tekanan darah (TD) diukur pada hari ke-1 dan ke-28. Dilakukan analisis dengan uji-t tidak berpasangan untuk melihat perbedaan tekanan darah pada kedua kelompok setelah intervensi dengan prinsip analisis intention to treat. Hasil: dari 85 subjek yang memenuhi kriteria awal, didapatkan 76 subjek yang sesuai kriteria penelitian dan dirandomisasi menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari 38 subjek. Pada akhir pengamatan, TDS kelompok NS turun dari 160,4 (SD 15,7) menjadi 145,8 (SD 19,8) mmHg and pada plasebo turun dari 160,9 (SD 16,3) menjadi 147,53 (SD 22,0) mmHg (p=0,36). TDD pada kelompok NS turun dari 78,3 (SD 11,9) menjadi 74,4 (SD 8,2) dan pada kelompok plasebo turun dari 79,0 (SD 12,4) menjadi 78,2 (SD 8,9) mmHg. Efek simpang yang dilaporkan adalah dispepsia pada 6 subjek (15,7%), mual pada 3 subjek (7,8%) dan konstipasi pada 2 subjek (5,2%). Tidak didapatkan gangguan elektrolit, gangguan fungsi ginjal, hati, maupun hipotensi ortostatik. Kesimpulan: meskipun menunjukkan kecenderungan penurunan tekanan darah, Nigella sativa belum terbukti dapat menurunkan tekanan darah pasien usia lanjut dengan hipertensi
"
Jakarta: Interna Publishing, 2017
610 UI-IJIM 49:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Ancella
"ABSTRAK
Diuretik merupakan salah satu obat menurunkan hipertensi. Zat aktif yang memberikan efek diuretik adalah flavonoid. Flavonoid dalam kombinasi daun tanjung, temulawak dan daun belimbing manis secara empiris telah terbukti dan dipublikasi dapat menurunkan kadar gula darah, menurunkan kolesterol dan melancarkan peredaran darah. Kombinasi ketiga tanaman disebut jamu antiaterosklerosis. Jamu antiaterosklerosis diekstraksi menggunakan metode refluks sehingga ukuran partikel mempengaruhi kandungan flavonoid yang dihasilkan. Jamu antiaterosklerosis yang memiliki kandungan apigenin dan katekin tertinggi adalah jamu antiaterosklerosis dengan ukuran partikel D le;60 mesh yang diuji efek diuretiknya dengan metode in vivo ke tikus putih jantan. Penelitian ini dilakukan terhadap 6 kelompok tikus putih yaitu kontrol normal tanpa perlakuan , kontrol negatif induksi NaCl dan pakan standar , kontrol positif captopril 0,72 mg , dosis rendah jamu 13,2 mg , dosis sedang jamu 26,4 mg dan dosis tinggi jamu 52,8 mg . Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas diuretik kelompok dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi berturut-turut adalah 0,724, 0,792 dan 0,843 yang tergolong diuretik lemah sedangkan besar penurunan tekanan darah terbesar pada kelompok variasi jamu adalah dosis tinggi yaitu 35/29 mmHg. Jamu antiaterosklerosis memiliki efek diuretik lemah dan mampu menurunkan tekanan darah. Jamu antiaterosklerosis dapat digunakan sebagai diuretik alami yang mampu menurunkan tekanan darah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

ABSTRACT
Diuretic use for lowering hypertension. Active substances provide a diuretic effect is a flavonoid. Flavonoid in combination of bullet wood leaves, curcuma and starfruit leaves empirically proven, research and published in decrease blood sugar levels, decrease cholesterol and improve blood circulation. The combination of bullet wood leaves, curcuma and starfruit leaves become antiatherosclerosis herb. Antiatherosclerosis herb extracted using reflux so particle size affects the flavonoid produced. Antiatherosclerosis herb which has the highest apigenin and catechin is particle size D le 60 mesh and were tested by in vivo method to male rats. The study used 6 groups of rats are normal control without treatment , negative control induced NaCl and standard feed , positive control captopril 0.72 mg , low dose 13.2 mg herb , mid dose 26.4 mg herb and high dose 52.8 mg herb . The results of diuretic activity this study showed that the group of low dose, mid dose and high dose were 0.724, 0.792 and 0.843 while the highest decrease in blood pressure in the variation group of herb is a high dose of 35 29 mmHg. Antiatherosclerosis herbs has diuretic effect and decrease blood pressure. Antiatherosclerosis herb can use as natural diuretic herb in lowering blood pressure to improve public welfare."
[, ]: 2017
S67888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library