Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vici Handalusia Husni
"Penelitian mengenai perceraian telah banyak dilakukan, terutama mengenai penyebab perceraian dan dampak perceraian. Penelitian terdahulu mengenai dampak dari perceraian relatif seragam, sedangkan penelitian mengenai determinan dari perceraian kemungkinan memiliki perbedaan antar negara, terutama di Indonesia. Walaupun telah banyak penelitian mengenai determinan dari perceraian, hanya sedikit penelitian ekonomi mengenai hal tersebut.
Kami meneliti faktor yang berkorelasi dengan perceraian, terutama pengaruh risk aversion terhadap keputusan bercerai. Untuk mengimplementasikan secara empiris, digunakan data pasangan yang telah menikah dari data Indonesian Family Life Survey tahun 2007 dan 2014. Model yang digunakan adalah logit yang diestimasi menggunakan Maximum Likelihood Estimation. Penelitian ini menjelaskan korelasi beberapa faktor terhadap probabilitas bercerai rumah tangga di Indonesia.
Hasil dari penelitian ini ternyata menunjukkan bahwa preferensi terhadap risiko tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap status bercerai rumah tangga di Indoneisa. Kontribusi lain dari penelitian ini adalah memperlihatkan pengaruh dari dominasi salah satu pasangan dalam pengambilan keputusan pada rumah tangga terhadap probabilitas bercerai.

Studies about divorce have been thoroughly discussed, especially about the impact or the cause of the action. The common studies about the impact of divorce are uniform, while studies about the determinant of divorce are likely to have differences between countries, especially in Indonesia. Altough there are many studies about determinant of divorce, only a few economic studies exist.  
We examine the cause of divorce, focusing in the impact of risk aversion and decision whether to divorce or stay married. To implement the model empirically, we use data for married couples from Indonesian Family Life Survey 2007 and 2014. Maximum Likelihood Estimation is used to estimate the logit model. This study explains several factors that cause divorce in Indonesia, especially the impact of risk aversion on decicion of divorce.
The results of this study indicate that risk preference does not have a statistically significant effect on the status of divorced households in Indonesia. Another contribution of this study is to show the effect of the dominance of one partner in decision making within the household on the probability of divorce.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Sinang
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan risiko bercerai antar wanita dengan menggunakan Sakerti Tabun 2000 dan 2007 menurut karakteristik tiogkat pendidikan dan umur kawin pertama dengan memperhitungkan k&raktaristik kebadinm anak, daerab tempat tinggal, kohor kelabiran dan status kerja, Berdasarkan temuan pada analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa wanlta berpendidikan lebih rendah merniliki risiko bercerai yang lebih besar dibandingkan wanlta berpendidikan lebih tioggi. Wanlta dengan umur kawin pertama 22 tahun keatas justru memiliki risiko bercerai yang lebih besar dibandingkan wanlta dengan urnur kawin pertama 15 tahun kebawab dan 16-21 tahun. Sedangkan dalarn hal kebadimn anal<, kohor kelabimn dan status kerja, diternukan babwa wanlta yang tidak merniliki anak, labir sebagai generasi paling muda dan beketja, memiliki risiko bercerai yang paling besar. Berdasarkan analisis inferens dengan model regresi legit biner, dapat disimpulkan bahwa dengan memerhatikan kondisi tingkat pendidikanumur kawin pertama serta faktor klasifikasi seperti kebadiran anak, daerah tempat tinggai, kohor kelahiran dan status kelja, perbedaan risiko pada umumnya menunjukkan pola yang sama dengan basil dari analisis deakriptif. Namnn, basil estimasi pada setiap model menunjukkan terdapat perbedaan risiko yang signifikan hanya pada kondisi wanita yang berpendidikan tamat SMP keatas dan umur kawin pertarnanya 22 tahun keatas.
......The objective of this research is to study the difference in risk of divorce among women according to educational level) age at first marriage by considering the presence of children, residence, birth cohort and working status. Using the 2000 and 2007 IFLS data, the findings on descriptive analysis show that women with lower level of education have greater risk of divorce than women with high level of education. Women with age of first marriage 22 years and older have greater risk of divoree than women with age of first marriage 15 years and younger and 16-21 years. According to the factors of the presence of children, birth cohort and working statusit is found that women who have no children who were born as the youngest cohort and who were working. have the greatest risk of divorce. Based on the results of binary logit regression model, it is concluded that by considering the educational level, age at first marriage and classification factor such as the presence of children. residence, birth cohort and working status, the pattern of the results are simllar with the results from descriptive analysis. However, the estimation results in every model show that there are significant risk differences only for women who finished junior highschool and higher and women with age of first marriage 22 years and older."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33539
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Masirila Septiari
"Skripsi ini membahas tentang putusnya perkawinan antara warga negara Indonesia (WNI) dengan warga negara asing (WNA) di wilayah hukum Indonesia yang dilakukan di muka Pengadilan Agama. Metode penelitian penulisan skripsi ini bersifat yuridis normatif dan berbentuk deskriptif analitis, untuk menjawab permasalahan mengenai pengaturan mengenai perkawinan campuran dan perceraiannya dalam sudut pandang HPI Indonesia serta pertimbangan majelis hakim di Pengadilan Agama dalam menerapkan prinsip-prinsip HPI pada putusan perkawinan campuran. Hasil dari penelitian ini ialah perkawinan campuran dapat ditinjau dari dua sudut pandangan yaitu menurut GHR dan Pasal 57 UU Perkawinan 1974 serta hakim Pengadilan Agama di Indonesia masih belum menerapkan prinsip-prinsip HPI dalam pertimbangan putusannya.
......This thesis examines the divorce between Indonesian citizen and Foreigner before Religious Court. The research of this study was conducted through juridical normative method in a form of analytical description, in order to answer the issues regarding the regulations of mixed marriage and divorce in the perspective of Indonesian Private International Law as well as the considerations of the Judges of Religious Court in applying the principles of Indonesian Private International Law in their decisions. The outcome of this study shows that mixed marriage can be reviewd based on two perspectives, namely GHR and Article 57 of Law No. 1 of 1974 on Marriage, and that the Judges of Religious Court had not yet applied the principles of Indonesian Private International Law in their decisions."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S59418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Putri Rahmayanti
"Perceraian yang semakin hari semakin meningkat di Indonesia salah satunya disebabkan oleh tingkat kepuasan perkawinan yang rendah. Kepuasan perkawinan sendiri dapat didefinisikan sebagai sikap individu terhadap perkawinannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran relationship maintenance behavior dan perceived fairness terhadap kepuasan perkawinan. Penelitian dilakukan kepada 99 perempuan dan 87 laki-laki yang sedang berada pada perkawinan pertama dan memiliki anak dengan pasangan saat ini. Teknik pengambilan partisipan menggunakan convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quality Marriage Index (QMI), Relationship Maintenance Behavior Measure (RMBM), dan alat ukur Perceived Fairness milik Claffey dan Mickelson (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa relationship maintenance behavior dan perceived fairness terbukti dapat memprediksi kepuasan perkawinan. Ketika dianalisis lebih lanjut, terlihat bahwa relationship maintenance behavior memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap kepuasan perkawinan (39.49%) dibanding perceived fairness (18.39%). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi praktisi dan masyarakat untuk lebih memperhatikan relationship maintenance behavior dan perceived fairness untuk menjaga tingkat kepuasan perkawinan mereka.
......Divorce is keeps increasing in Indonesia, one of the causes was the low level of marital satisfaction. Marital satisfaction itself can be defined as an individual's attitude towards his/her marriage. This study is aimed to examine the role of relationship maintenance behavior and perceived fairness on marital satisfaction. This study is conducted to 99 women and 87 men who are still in their first marriage and have children with their current partner. The sampling technique that is used in this study is convenience sampling. The measurement that is used in this study is Quality Marriage Index (QMI), Relationship Maintenance Behavior Measure (RMBM), and perceived fairness inventory by Claffey and Mickelson (2009). The results of this study shows that relationship maintenance behavior and perceived fairness were proven to be able to predict marital satisfaction. Looking further, it seems that relationship maintenance behavior has a greater contribution to marital satisfaction (39.49%) than perceived fairness (18.39%). The results of this study can be used as a reference for practitioners and the public to pay more attention to relationship maintenance behavior and perceived fairness to maintain their level of marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Fatma Arifa
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh faktor otonomi perempuan, faktor sosio-ekonomi dan demografi terhadap risiko perceraian dengan menggunakan data SAKERTI 2000-2007. Unit analisisnya adalah responden perempuan panel berstatus kawin berumur 15-50 tahun pada tahun 2000 dan berstatus kawin/cerai hidup/berpisah pada tahun 2007. Hasil analisis regresi Cox menunjukkan bahwa otonomi perempuan berpengaruh terhadap risiko perceraian. Faktor lain yang mempengaruhi risiko perceraian adalah umur perempuan saat menikah, pengalaman perceraian perempuan sebelumnya, keberadaan anak dalam rumah tangga, pendidikan perempuan, status bekerja perempuan, dan status kepemilikan rumah. Namun, ketika mempertimbangkan faktor status bekerja suami, maka faktor otonomi perempuan tidak signifikan mempengaruhi risiko perceraian.
......
The objective of this study is to analyze the effect of women's autonomy, socio-economic and demographic factors on the risk of divorce using IFLS Data 2000-2007. The respondents are married females aged 15-50 years in 2000 who were married/divorced/separated in 2007. The results of Cox regression show that women's autonomy is associated with the risk of divorce. Other factors affecting the risk of divorce are age at marriage, previous divorce experience, the presence of children, women's education, women's working status, and home ownership. However, when controlled with their husband?s working status, women's autonomy is not significantly related with the risk of divorce."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library