Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cut Sannas Saskia
"Struktur bawah merupakan bagian yang sangat penting pada bangunan vernakular terutama jika dikaitakan dengan wilayah gempa. Ketahanan struktur bawah terbukti dengan keberadaan rumah vernakular yang masih bertahan tanpa mengalami kerusakan ketika bangunan modern hancur setelah terguncang gempa. Terdapat dua jenis sistem konstruksi tiang dan pondasi pada bangunan vernakular yaitu menapak pada batu dan menancap kedalam tanah, penggunaan struktur bawah pada wilayah gempa didominasi tiang menapak pada batu, sedangkan pada wilayah bukan jalur gempa didominasi oleh penggunaan tiang yang menancap pada tanah. Hipotesis peneliti ketahanan bangunan vernakular dalam menahan beban termasuk beban gempa tidak hanya disebabkan oleh sistem struktur bawah yang menapak pada batu tetapi juga pengaruh dari sistem sambungan yang saling mengunci balok, serta keteguhan material kayu yang digunakan dengan teknik masyarakat lokal.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem konstruksi struktur bawah bertahan menahan beban yang ada termasuk beban gempa dan mengetahui performa material kayu terkait keawetan/durabilitas dalam menghadapi cuaca dan gangguan faktor perusak biologis. Pengujian dilakukan menggunakan metode uji monotonik untuk menganalisa beban yang dapat diterima struktur bawah. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kelembaban material kayu menggunakan Building Materials Wood Moisture Detector MD818 dan struktur kimia kayu diuji menggunakan Fourier Transform InfraRed.
Hasil penelitian ini rumah vernakular Aceh terbukti mampu menahan beban gempa dengan sistem konstruksi dan material yang memiliki keandalan yang mumpuni. Ketahanan rumah vernakular Aceh Besar terhadap gempa dipengaruhi oleh sifat struktur yang memiliki nilai daktail menengah dan performa material kayu yang digunakan masyarakat lokal sangat mumpuni setelah melalui proses pengeringan kayu dan pemilihan jenis kayu yang memiliki ketahanan terhadap serangan biologis sehingga dapat betahan hingga 130 tahun.
......Sub structure is an important part in vernacular buildings especially in an earthquake region. The sub structure durability is proven since the vernacular house sustains while modern house destructed after experienced earthquake. There are two types of pillar and foundation in vernacular house, i.e. stepped on stone and pierced to the ground. The use of sub structure in earthquake region is dominated by the stepped on stone pillars while in non-earthquake territory is dominated by pierced to the ground pillars. Researches hypothesized that vernacular buildings durability in holding load including earthquake is not only caused by its stepped sub structure but also influnced by the joint system which interlocks the blocks as well as wood materials solidity used by local community technique.
The purposes of this research is to dethermine whether the sub structure can withstand the existing load including earthquake and find the wood material performance related to its durability in facing weather and destructive biological factor. The test was done using monotonic testing method to analyze the load exposed to the sub structure. The moisture testing was also conducted in wood materials using Building Materials Wood Moisture Detector MD818 and wood chemical structure was tested using Fourier Transform InfraRed.
The result showed that Aceh vernacular house was able to withstand earthquake load with durable construction and material system. Aceh Besar vernacular house durability on earthquake was influence by structure properties with ductile value of 2.27 and wood material performance used by the locals. The wood was highly qualified after dried. This wood was selected from those which had flavonoid substances which was poisonous to termite so that it could withstand biological attacks making it sustained for 130 years. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Suliyanti
"Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, memiliki potensi pertumbuhan pembangunan tinggi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Priangan Timur dan Pangandaran. Diperlukan upaya strategis untuk mengurangi dampak kerugian dan korban jiwa jika terjadi gempabumi karena kota ini masuk dalam kategori indeks risiko tinggi bencana gempabumi. Penelitian bertujuan mengkaji pola spasial bahaya dan risiko gempabumi untuk menghasilkan peta yang menjadi dasar dalam mengevaluasi kesesuaian kawasan permukiman. Kajian dilakukan dengan metode analisis kuantitatif dan analisis spasial berdasarkan indikator fisik, sosial, dan ekonomi. Pola spasial bahaya tinggi gempabumi dibentuk lapisan batuan dengan indeks kerentanan seismik dan PGA permukaan tinggi serta kestabilan struktur tanah rendah yang membujur di bagian timur Kecamatan Purbaratu menerus ke bagian timur Kecamatan Cibereum hingga bagian utara Kecamatan Tamansari dan sebagian kecil Kecamatan Kawalu. Wilayah tersebut berpotensi mengalami guncangan lebih kuat dibanding daerah sekitarnya yang divalidasi dengan data kerusakan gempabumi 2 September 2009. Pola spasial risiko bencana gempabumi tinggi terjadi akibat tingkat bahaya dan kerentanan tinggi serta rendahnya kapasitas wilayah yang membentuk pola spasial mengelompok di wilayah timur, tepatnya di Kecamatan Cibeureum, Kecamatan Tamansari, dan sebagian kecil Kecamatan Purbaratu. Sementara risiko kerugian tinggi membentuk pola spasial mengelompok di pusat perkotaan yang memiliki sarana prasarana lebih lengkap. Evaluasi kesesuaian kawasan permukiman berbasis bencana gempabumi menunjukkan kawasan permukiman di Kota Tasikmalaya sebagian besar berada pada daerah risiko rendah. Hal ini menunjukkan pemerintah Kota Tasikmalaya sudah cukup baik dalam perencanaan dan implementasi perijinan pembangunan kawasan permukiman.
......Tasikmalaya Municipality, West Java, has high development growth potential. Strategic efforts are needed to reduce the impact of losses and casualties from an earthquake because it has a high-risk earthquake index. This study aims to examine the spatial pattern of earthquake hazards and risks as the basis for evaluating settlement suitability that is safer from earthquakes. This research was conducted using quantitative and spatial analysis based on physical, social, and economic indicators. The spatial pattern of earthquake hazard is formed by the higher seismic vulnerability index and surface PGA and low soil structure stability that stretches from the eastern of Purbaratu continuously to the eastern Cibereum to the northern Tamansari and a small part of Kawalu. Earthquake shocks in the area will be stronger than the surrounding area, as validated by the damage data from the 2 September 2009 earthquake. The high risk of earthquakes, due to the high level of hazard and vulnerability as well as the low regional capacity, forms a clustered spatial pattern in the eastern region, precisely in Cibeureum, Tamansari, and a small part of Purbaratu. Meanwhile, the high risk of loss forms a clustered spatial pattern in the downtown, which has more complete infrastructure facilities. Evaluation of settlement suitability based on earthquake risk shows that most of the settlement areas are in low-risk areas. This evaluation shows that the government of Tasikmalaya Municipality is quite good at planning and implementing permits to develop settlement areas.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library