Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna H. Wardhana
Abstrak :
Departing from the much publicized Social Security crisis in the first two years after President Ronald Reagan took office in 1981, this study sets out to examine and come to an understanding of what Social Security signifies, and what its place is in the lives of the American people. When President Franklin D. Roosevelt signed the Social Security Act of 1935 into law, in the midst of the Great Depression of the 1930s, he gave the American people a basic framework of federally-and/or-state administered programs that would provide "security (for) the men, women, and children of the nation against certain hazards and vicissitudes of life." They included: a federal old-age insurance program, a state unemployment insurance program, and a federal-state program for public assistance to certain categories of needy people. However, the heart of the Social Security Act - championed by Roosevelt as his cause for security in old age - was the old-age insurance program, a worker-and-employer-funded program which would pay out monthly benefits to workers upon retirement, proportional to what they had earned during their working years. Today, the term Social Security is fully identified with this federal old-age insurance system. Roosevelt had wanted to create a system which would give some measure of protection against certain misfortunes in life which, he said, could not be wholly eliminated in "this man-made world of ours." Social Security benefits were to be a supplement to individual savings for old age, a means to help ward off "poverty-ridden old age." Prior to the Social Security Act of 1935, the existing provisions of assistance to the poor were a patchwork of county, state, and private charities. The aged poor were generally placed in almshouses, where they were inadequately taken care of.. In addition to their bleak existence, they suffered the stigma of being considered "worthless paupers " --true to the spirit of individualism and to certain elements of the value system that were fundamental to American life. The Social Security Act of 1935 was a significant turning point in the history of the American nation. It heralded the assumption of responsibility by the federal government for the welfare of the people in general; and the protection of the individual in particular, against destitution in old age. A government policy, however, may over the years develop in unforeseen directions, leading to unintended consequences. In the Epilogue added to this study, an overview of the development of Social Security after 1935 is given so as to link the past to the present, thereby coming to a more meaningful understanding of the crisis in the Social Security system which emerged at the close of its fifty-year existence.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biantara Albab
Abstrak :
Pemuda desa di Kabupaten Garut memiliki peran sebagai agen perubahan, hal tersebut dapat diwujudkan dengan cara mengembangkan sumber daya ekonomi melalui BUMDES. Peluang yang ada seperti: peningkatan jumlah pemuda Garut yang masuk dalam kategori usia produktif, keberadaan BUMDES di setiap desa, ketersediaan modal dari Dana Desa dan kesiapan regulasi mengenai BUMDES menjadi peluang bagi pemuda untuk berperan aktif dalam badan usaha tersebut, tetapi di sisi lain angka pengangguran dan angka urbanisasi tidak menunjukan angka yang baik, maka dibutuhkan strategi dalam memaksimalkan peran pemuda terhadap BUMDES untuk ketahanan ekonomi desa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kualitatif Deskriptif dan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlu adanya sinergitas dari pihat-pihak tertentu untuk mewujudkan ketahanan ekonomi desa melalui peran pemuda didalam BUMDES, selain itu juga perlu adanya kesesuaian regulasi dan perencanaan yang baik untuk memaksimalkan pemanfaatan ketersediaan modal yang ada. ......Village youth in Garut has a role as agent of change, it can be realized by developing economic resources through village-owned enterprises (BUMDES). Existing opportunities such as: an increasing number of Garut youth who are in the productive age category, the existence of BUMDES in every village, availability of capital from the Village Fund and the readiness of regulations regarding BUMDES are an opportunity for youth to play an active role in that business entity, but on the other side unemployment and urbanization do not show good numbers, therefore strategy is needed in maximizing the role of youth in BUMDES for Village economic resilience. The method used in this research is Descriptive Qualitative Method and using SWOT analysis. The results of this study indicate that the need for synergy from certain parties to realize the village economic resilience through the role of youth in BUMDES, besides that the need for proper regulation and good planning to maximize the use of available capital.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Aulia Fadjar
Abstrak :
Data BPS Sulawesi Selatan 2012 menunjukkan bahwa ekspor perikanan, industri bambu, kayu dan rotan di Provinsi Sulawesi Selatan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap nilai ekspor di Sulsel, dan juga banyak menyerap tenaga kerja dengan upah yang relatif rendah dibandingkan rata-rata nasional. Penelitan ini bertujuan untuk menentukan dan menganalisis besarnya dampak ekspor perikanan, ekspor produk industri bambu, kayu dan rotan dalam menciptakan nilai tambah regional bruto, beserta komponen-komponennya dan menentukan dan menganalisis besarnya dampak ekspor sektor tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja, dan ketahanan ekonomi daerah Sulsel. Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bersifat kuantitatif dan bersifat kausalitas yang didasarkan atas data sekunder, jurnal, artikel dan literatur yang berhubungan dengan permasalahan penelitian dan dianalisis dengan analisis dampak dari I-O (Input-Output) dari Wassily W. Leontief melalui pendekatan pada hubungan interdependensi antar sektor dalam suatu perekonomian yang dinyatakan dengan persamaan linear. Desain penelitian ini diturunkan dari data I-O Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Produsen 112 sektor yang dipublikasikan oleh Balitbangda dan BPS Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009 yang diagregasi menjadi 30 sektor, dimana memuat sektor-sektor yang menjadi obyek penelitian dan bersifat kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari Nilai Tambah Regional Bruto yang dihasilkan oleh ekspor perikanan Sulsel, sebesar 76% diterima pengusaha/ eksportir dalam bentuk surplus usaha, kemudian 19% diterima oleh nelayan dalam bentuk upah/ gaji, dan sebanyak 4% sebagai penyusutan, sisanya sebesar 1% diterima pemerintah dalam bentuk pajak tak langsung. Dan ekspor sektor perikanan Sulsel mampu menciptakan kesempatan kerja rata-rata sebanyak 155.153 orang setiap tahun. Sedangkan untuk NTRB yang dihasilkan oleh ekspor sektor industri bambu, kayu dan rotan Sulsel dengan komposisi 55% diterima sebagai surplus usaha, kemudian 33% upah/ gaji, sebanyak 9% penyusutan, dan 3% pajak tak langsung. Sektor industri bambu, kayu dan rotan di Sulsel mampu menciptakan kesempatan kerja rata-rata sebanyak 6.853 orang setiap tahun. Selain peningkatan pendapatan, ekspor sektor perikanan dan sektor industri bambu, kayu dan rotan Sulsel mampu menciptakan kesempatan kerja, hal ini dapat mendorong dan memperlancar pergerakan roda perekonomian Sulsel, sehingga meningkatkan keamanan, artinya ekspor sektor tersebut mampu meningkatkan Ketahanan Ekonomi Daerah Sulsel melalui meningkatnya kesejahteraan dan keamanan Sulawesi Selatan.
BPS Data South Sulawesi 2012 shows that fishery exports, bamboo industries, wood and rattan in South Sulawesi has been given a great contribution to the value of exports in South Sulawesi, and also has been absorbed labor in relatively low wage compared to the national average. This research aims to identify and analyze the impact of fishery exports, exports of bamboo industry product, wood and rattan in creating regional gross value added, and their components also to determine and analyze the impact of the export sector on labor absorption and regional economic security in South Sulawesi. This study is designed as a quantitative and causality research which is based on secondary data, journals, articles and literatures related to the research problem and analyzed with analysis of the impact of IO (Input-Output) by Wassily W. Leontief through the relationship of interdependence approach among economy sectors represented by a linear equation. The design of the research was derived from the IO data of South Sulawesi based on 112 manufacturer sectors published by Balitbangda and BPS South Sulawesi on 2009 that was aggregated into 30 sectors, which was included the sectors that become the object of studies and quantitative. The analysis result showed that Regional Gross Value Added generated by Sulawesi fishery exports, 76% received by entrepreneurs / exporters in the form of business surplus, and 19% received by fishermen in the form of wages / salary, and about 4% as depreciation, the rest 1 % received by the government in the form of indirect taxes. And South Sulawesi fishery exports are able to create job opportunities on average 155,153 people every year. Whereas for the NTRB generated by South Sulawesi bamboo industry export sector, wood and rattan with a composition of 55% received as surplus business, 33% as salary / wage, 9% of depreciation and 3% indirect tax. The industrial sector of bamboo, wood and rattan in South Sulawesi are able to create job opportunities with an average of 6853 people in every year. Besides increasing revenue, fishery export sector and the industrial sector of bamboo, wood and rattan of South Sulawesi are able to create job, it also able to encourage and facilitate the movement on the wheels of the economy in South Sulawesi, strengthen security, it means that the export sector is able to strengthen regional economic security in South Sulawesi through prosperity and security.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tedi Rizalihadi
Abstrak :
ABSTRAK
Era Globalisasi membawa Indonesia untuk siap menghadapi revolusi industri 4.0 agar dapat mewujudkan pembangunan nasional di bidang ekonomi yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan nasional dan tercapainya cita-cita bangsa sesuai pancasila dan UUD Tahun 1945 guna mensejahterakan rakyat. Untuk itu Indonesia perlu terus meningkatkan Usaha kreatif sebagai kekuatan baru dalam perekonomian nasional dengan membuka peluang sistem online sehingga dapat menarik generasi muda sebagai sumber daya produktif yang dapat melahirkan ide-ide kreatif dengan membuka sebuah usaha (wirausaha) serta dapat mengurangi tingkat pengangguran di angkatan kerja produktif. Kemandirian usaha kreatif berbasis online memiliki dampak positif di bidang ekonomi sebagai peluang bisnis dalam kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang bermitra dengan ribuan bahkan jutaan orang dan saling menguntungkan, dengan begitu dalam mewujudkan kemandirian usaha kreatif berbasis online untuk tercapainya Ketahanan Ekonomi Nasional. Oleh karena itu, dalam menghadapi Era Globalisasi untuk revolusi industri 4.0 perlu mewujudkan kemandirian usaha kreatif berbasis online untuk tercapainya ketahanan ekonomi nasional sebagai usaha dalam tercapainya pembangunan nasional di bidang ekonomi dan tercapainya cita-cita bangsa sesuai pancasila dan UUD Tahun 1945 guna mensejahterakan rakyat.
Jakarta : Biro Humas Settama Lemhannas RI , 2019
321 JKLHN 40 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Herawaty Br Bangun
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian, menganalisis pergeseran sektor perekonomian dan mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara untuk penentuan prioritas pembangunan daerah. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) analisis yaitu: typologi klassen (TK), loqation question (LQ) dan shift share (SS). Analisis TK menunjukkan bahwa kabupaten tapanuli tengah termasuk daerah yang mempunyai potensi untuk berkembang dan tumbuh secara ekonomi di Sumatera Utara. Analisis LQ menunjukkan bahwa pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Sedangkan analisis SS menunjukkan bahwa pada sektor pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, konstruksi, perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, jasa keuangan dan asuransi, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib mempunyai daya saing yang tinggi dan berpotensi untuk maju dan tumbuh yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sragen: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan, 2018
306 SUK 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The Indonesian government's effort to maintain its sovereignty and territorial integrity by making its boundaries as front yard consenquently encourages it to strengthen the economic condition of people who live there which for the moment is less - developed, particularly, along the border of Indonesia and PNG....
KAJ 13(3-4) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover