Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Javanese literature contains many sex education. Having sex in the conception of Javanese society should be performed bay a married couple status. The sex purpose done is to have children or a children or a child...."
PATRA 10 (3-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Penny Handayani
"Abstrak
Yayasan Wahana Inklusif Indonesia (YWII) adalah lembaga yang bergerak di bidang pelayanan anak berkebutuhan khusus, penyandang disabilitas, dan masyarakat yang inklusif. Kegiatan yang dilakukan oleh YWII adalah memberikan layanan yang meliputi layanan konseling, pengembangan program pembelajaran individual (PPI), layanan pendukung pendidikan anak berkebutuhan khusus, pemberian pelatihan kepada pendidik, sekolah, orang tua, dan masyarakat. Kegiatan pendidikan dan pelatihan diberikan dengan memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Magister Profesi Psikologi Anak dan Remaja Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya membantu memberikan intervensi berbasis pelatihan guna meningkatkan pengetahuan siswa, guru, dan orang tua mengenai perilaku seksual pada lingkungan YWII. Sebelum memberikan intervensi, penulis melakukan asesmen guna mengetahui penyebab masalah perilaku seksual tidak sopan yang terjadi di lingkungan YWII. Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode asesmen yang meliputi wawancara, observasi, dan FGDyang dilakukan kepada seluruh guru YWII dan beberapa perwakilan orang tua siswa YWII secara terpisah. Metode analisis data yang digunakan adalah pohon masalah dan pohon tujuanguna memetakan kebutuhan berdasarkan data primer. Berdasarkan hasil asesmen, dapat disimpulkan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi oleh pihak YWII saat ini terkait dengan pemberian pendidikan seksual kepada siswa/anak. Siswa remaja ABK belum memiliki kesadaran mengenai perkembangan mereka dari anak-anak menjadi remaja yang diikuti dengan perubahan atau perkembangan seksual dan bagaimana sikap yang tepat terkait perubahan yang mereka rasakan. Hal itu menyebabkan perilaku mereka sering kali dianggap tidak sopan dan rentan terhadap pelecehan seksual. Intervensi berbasis pelatihan diberikan kepada lima belasorang tua siswa dan enam guru di YWII guna memberikan pengarahan dan pendampingan bagi siswa ABK yang bersekolah di YWII
"
Jakarta: Pusat Pemberdayaan Masyarakat - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019
300 JPM 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Rafi Alifiansyah
"Segregasi jenis kelamin dalam pendidikan memberikan dampak positif seperti berkembangnya peran gender yang progresif serta meminimalisir pelecehan seksual yang dialami murid perempuan di sekolah campuran. Akan tetapi, diketahui pula bahwa segregasi jenis kelamin mengurangi kualitas dan frekuensi interaksi dengan lawan jenis. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman seksualitas pada laki-laki dan perempuan yang pernah bersekolah dengan sistem segregasi jenis kelamin. Penelitian ini mengambil 8 (delapan) orang responden dewasa muda, yang terdiri dari empat laki-laki dan empat perempuan. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, kemudian hasilnya dianalis secara fenomenologis. Hasil penelitian menemukan bahwa minimnya interaksi dengan lawan jenis selama sekolah menyebabkan permasalahan, seperti kesulitan dalam berinteraksi dengan lawan jenis, serta hubungan romantis yang terlambat. Dalam hubungan pertemanan, seluruh partisipan membutuhkan paling lama 3 bulan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang menggabungkan jenis kelamin. Meskipun begitu, diketahui bahwa tiga partisipan tidak memiliki hubungan pertemanan yang personal dengan lawan jenis. Dalam hubungan romantis, hanya tiga partisipan yang pernah atau sedang menjalin hubungan romantis dengan lawan jenis. Dua partisipan kesulitan untuk mengidentifikasi aspek negatif dari pasangan. Sedangkan itu, satu partisipan lainnya merasa tidak nyaman untuk melakukan kontak fisik yang berlebihan dengan pasangannya, seperti berpelukan atau berciuman.
......Gender segregation in education has positive impacts, such as the development of progressive gender roles and the minimization of sexual harassment experienced by female students in coeducational schools. However, it is also known that gender segregation reduces the quality and frequency of interactions with the opposite sex. Therefore, this study aims to understand sexuality among men and women who have attended gender-segregated schools. The study involved 8 young adult respondents, comprising four men and four women. Data collection was done through interviews, and the results were analyzed phenomenologically. The study found that the lack of interaction with the opposite sex during school leads to issues such as difficulty in communicating with the opposite sex and delayed romantic relationships. In terms of friendships, all participants took a maximum of 3 months to adapt to a mixed-gender environment. However, it was revealed that three participants did not have personal friendships with the opposite sex. In romantic relationships, only three participants had been or were currently in romantic relationships with the opposite sex. Two participants had difficulty identifying negative aspects of their partners. Meanwhile, another participant felt uncomfortable engaging in excessive physical contact with their partner, such as hugging or kissing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baltimore: The John Hopkins University Press , 1969
304. 27 IND
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Herlin Kusumaningsih
"Penelitian ini dilatarbelakangi berbagai permasalahan yang melibatkan remaja wanita. Diantaranya kasus kehamilan di usia remaja, aborsi yang tidak aman serta
penikahan dini. Sebagai langkah antisipasi mengatasi permasalahan remaja ini pemerintah mengembangkan program generasi berencana dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Penelitian ini dilakukan
menggunakan konsep teori perkembangan kognitif Jean Piaget dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing remaja memiliki proses belajar tersendiri dalam pembentukan makna penyiapan kehidupan berkeluarga. Selain itu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial budaya, buku bacaan dan ajaran agama yang diyakini serta keikutsertaan dalam
organisasi/kelompok/komunitas memiliki kontribusi besar pada proses belajar di masing-masing remaja.

This research was led by the problems involving adolescents young girls. Including cases of pregnancy in teens, unsafe abortion and early marriage. In anticipation of those problems, Indonesian Government develop a program called “Generasi Berencana” (Generation Planning Program) in order to prepare the adolescents as well as to rise their awareness of family life planning. This research was conducted using the concept of Jean Piaget’s theory of cognitive development
with qualitative approach. The result showed that each of the adolescent have their own learning process in constructing the meaning of family life planning. In addition, the result of this research also indicates that socio-cultural environment, reading books, their religious conviction, as well as participation in organisation/groups/communities become their media of information that has a great contribution in their learning process."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Eka Pratiwi
"Skripsi ini membahas keterpaparan terhadap Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKPR Dan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Tahun 2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cohort retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukan siswa yang perilaku seksual berisiko rendah sebanyak 99 70,7 dan perilaku seksual tinggi 41 29,3. Responden yang mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi lebih banyak pada remaja pasien baru PKPR 29 41,4, keterpaparan program PKPR sebanyak 0 0 pada pasien baru, jenis kelamin laki-laki 48 34,3, usia remaja akhir 104 74,3, umur pubertas dini 25 17,9, pengetahuan kurang 63 45, sikap negatif 40 28,6, sikap orang tua yang negatif 66 47,1 dan sikap teman sebaya yang negatif 63 45, pernah/punya pacar 112 80, frekuensi pertemuan dengan pacar sering 62 44,3, Terdapat hubungan antara keterpaparan terhadap Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKPR Dan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo p=0,00.

This thesis discusses the exposure of the Program Adolescent Friendly Health Services AFHS and risky sexual behavior in adolescents at Puskesmas Pasar Rebo. This study is a quantitative study with cohort retrospective research design and sampling carried out by the Simple Random Sampling.
The results showed that students 39 lowrisk sexual behavior 70,7 and sexual behavior is high 29,3 . Respondents who have high risk sexual behavior more on students who do not follow AFHS 37.1, male gender 34,3, age ge 17 years 74,3, early puberty age 17,9, lack of knowledge 45, negative attitude 28,6, and negative parents attitude 47,1 and negative peer group attitude 45, had have a girlfriend 80, the frequency of meetings with boyfriend often 44,3, There is a relationship between exposure to the Adolescent Friendly Health Services AFHS and risky sexual behavior in adolescents at Puskesmas Pasar Rebo p 0.00.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Badan Penerbit FHUI, 2021
364.153 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iva Kasuma
Jakarta: Yayan Pustaka Obor Indonesia, 2020
371.782 IVA k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Pangastuti
"Remaja merupakan tonggak suatu bangsa, jumlah remaja Indonesia mencapai seperempat jiwa penduduk Indonesia. Masa remaja terjadi banyak sekali perubahan karakteristik. Perubahan karakteristik ini jika tidak diimbangi dengan pengetahuan, maka akan menyebabkan masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang bisa muncul akibat perubahan karakteristik pada remaja adalah masalah kesehatan reproduksi yang mengarah pada seks pranikah. Maka diperlukan metode untuk meingkatkan pengetahuan mengenai seks dalam pencegahan perilaku seks pranikah remaja. Edukasi sebaya terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahua, sikap, dan perilaku pencegahan seks pranikah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui, perbedaan perilaku seks pranikah remaja yang melaksanakan program edukasi sebaya dan tidak. Metode descriptive komparatif dengan jumlah sampe 120 responden, menggunkan Teknik sampling purposive sampling. Analisa data menggunkan Chi Square. Kesimpulan terdapat perbedaan perilaku(pengetahuan, sikap, tindakan) seks pranikah. Rekomendasi Edukasi sabaya yang telah dilaksanakan bisa dilanjutkan, dengan metode yang lebih menyenangkan, serta materi yang disesuaikan dengan kebutuhan remaja.
......Adolescents are the pillar of the nation which the number of Indonesian adolescents reaches a quarter of the Indonesian population nowadays. Adolescence occurs a lot of characteristic changes. Inadequacy of knowledge will cause health problems related to this phenomenon. One of the examples of health problems that can emerge due to characteristic changes in adolescents are reproductive health problems leading to premarital sex behavior. Therefore, peer education has been proven to be effective method in enriching knowledge, attitudes and behavior in preventing premarital sex. The purpose of this study is to determine the relationship between peer education and premarital sex behavior among adolescents implementing peer education programs. The method of this study is cross sectional design method and uses purposive sampling technique with the sample of 120 respondents. Data analysis uses Chi Square. In conclusion, there are differences in behavior including knowledge, attitudes, and actions. Peer education recommendations that have been implemented can be continued, with more fun methods, as well as materials adapted to the needs Adolescents of aso that information can be completely understandable."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library