Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Poki Agung Budiantoro
"Paduan aluminium banyak juga digunakan pada impeller (baling-baling) kapal karena kemudahan pabrikasi dan mempunyai lapisan pelindung pasif. Untuk meningkatkan proteksi terhadap ketahanan serangan korosi paduan aluminium 6061 T6 dilakukan proses pelapisan pada permukaannya. Pelapisan Ni-Mo dilakukan dengan cara elektroplating kodeposisi pada paduan aluminium 6061 T6. Pelapisan Ni-Mo pada paduan aluminium 6061 T6 dapat meningkatkan nilai impedansi sebesar 55 Ω dan meningkatkan nilai kekerasan sebesar sebesar 95 HV bila dibandingkan dengan pelapisan nickel (Ni) dan pada paduan aluminium 6061 T6 tanpa pelapisan. Pelapisan Ni-Mo pada paduan aluminium 6061 T6 memiliki ketahanan korosi erosi, korosi fretting dan korosi lubang (fitting corrosion) yang lebih baik dibandingkan dengan pelapisan nickel (Ni) dan tanpa pelapisan.
......Aluminium alloys are also used in the impeller of the ship because is strong, easy for fabrication and has a passive protective layer. To improve protection against corrosion attack resistances of aluminium alloy 6061 T6 has coating process is carried out on the surface. Ni-Mo coating is to be done by electroplating codeposition in aluminium alloy 6061 T6. Ni-Mo coatings on aluminium alloy 6061 T6 can increased of the impedance 55 Ω and increased hardness value of 95 HV when compared also the nickel (Ni) plating and in aluminium alloy 6061 T6. Ni-Mo coating on aluminium alloy 6061 T6 has better erosion corrosion, fretting corrosion and fitting corrosion resistance than the Nickel (Ni) coating and without coating."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Pudjidarma Santoso
"Penelitian ini fokus mencari dan membandingkan parameter-parameter korosi dengan metode polarisasi Tafel dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), memberikan informasi laju korosi terhadap variabel temperatur. Dan mengukur pengaruh struktur mikro material, serta kondisi dan jenis senyawa oksida yang terbentuk sebagai scale/kerak terhadap laju korosi.
Mengambil studi tube material 13CrMo44 pada Superheater HRSG PLTGU Muara Karang ? Jakarta, dan membagi spesimen uji menjadi: Tube baru; Tube bekas; dan Tube bekas dibersihkan. Menggunakan variabel temperatur pengujian: 25oC, 35oC, 45oC, dan 55oC, parameter-parameter korosi yang didapat berupa arus korosi icorr, tahanan polarisasi Rp dan laju korosi yang terjadi. Dan dilanjutkan dengan perhitungan nilai parameter-parameter aktivasi reaksi dari setiap spesimen uji.
Oksida magnetit pada spesimen tube bekas menunjukkan bersifat protektif dan nunurunkan laju korosi, dan menghilangkan kerak oksida yang terbentuk pada permukaan tube akan meningkatkan laju korosi kembali seperti kondisi tube baru. Dengan meningkatkan temperatur larutan menjadikan laju korosi meningkat dengan mekanisme berupa menurunnya tahanan polarisasi akibat berkurangnya ketebalan lapisan protektif dipermukaan spesimen dan semakin besarnya area bagi katoda untuk menjalankan reaksi reduksi untuk memperbesar arus korosi.
Polarisasi Tafel unggul untuk kemampuannya secara eksplisit menampilkan nilai arus korosi icorr dan laju korosi yang terjadi. Sedangkan EIS memiliki keunggulan yaitu dapat dengan rinci menjelaskan mekanisme korosi yang terjadi dipermukaan logam.
......This research is focus to find and compare the corrosion parameters by 2 methods of testing: Tafel polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), which would give the information of the corrosion rate in variety of temperature. And also to find the influence of material microstructure and the condition and type of oxide scale which is already formed on metal surface to the corrosion rate.
By using 13CrMo44 superheater tube of HRSG of Combine Cycle Muara Karang ? Jakarta power plant, the specimen was divided into: new tube, used tube, cleaned-used tube. The variety of electrolyte temperature was: 25oC, 35oC, 45oC, and 55oC, and the corrosion parameters were corrosion current icorr, polarization resistance Rp, and the corrosion rate (mpy). And it was continued by the calculation of reaction activation parameters of each specimen.
Magnetite oxide scale which is laid on the surface of used tube shows protective nature to reduce the corrosion rate, and clear up this oxide would increase the corrosion rate back as new tube. Rising the solution temperature affects to increase the corrosion rate by mechanism of decrease polarization resistance due to thinning out the passive film thickness and enlarge the area of reduction reaction of cathode, and finally increasing the corrosion current icorr.
Tafel Polarization is excellent as its capablity to show the value of corrosion current and the corrosion rate explicitly. And EIS is excellent as its capability to explain for corrosion mechanism on metal interface in detail."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Hidana Yudo Saputro
"ABSTRAK
Pengujian elektrokimia menjadi salah satu pengujian yang digemari dalam bidang korosi. Salah satu pengujian yang cukup terkenal saat ini adalah Electrochemical Impedance Spectroscopy dimana menggunakan sistem listrik untuk menganalisis suatu material dalam sistem tertentu. Penerapan metode numerik untuk EIS memungkinkan pengujian EIS dapat dilakukan secara pemodelan untuk kasus-kasus dimana sampel material susah untuk diambil ataupun dilakukan pengujian secara insitu
Pelaksanaan pemodelan numerik pada penelitian ini dibantu dengan metode elemen batas. Respon EIS berupa arus akan di cari dengan mengaplikasikan potensial pada model 2D berbentuk persegi panjang, dengan mendiskritisasikan dengan elemen konstan menjadi 15 elemen. Laplace digunakan sebagai persamaan pembangun, akibat dari sistem yang homogen dan sifat elektronetrality sistem. Respon dari model selanjutnya di terjemahkan dalam bentuk impedansi dan dalam plot Nyquist. Impedansi hasil model numerik ini selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil pengujian EIS
Model yang di dapatkan pada penelitian ini secara umum dapat digunakan untuk studi awal dalam memodelkan EIS. Bentuk grafik plot Nyquist terlihat perbedaan yang signifikan. Beberapa perlakuan tambahan harus dilakukan pada tahapan matematis dari model dan penggunaan metode lain pada sistem pengubah respon arus menjadi impedansi.

ABSTRACT
Electrochemical testing become one of popular testing in corrosion study. One of testing is Electrochemicial Impedance Spectroscopy where used electrical system to analyze material in certain system. Implementation of numerical method for EIS is hoped to enable EIS testing conducted only in computation model, escpecially for case where the material is hard to be taken or in situ testing impossible to be conducted.
Numerical modeling in this research is helped by Boundary Element Method. Current as EIS respon is determined by applied potential input in 2D rectangular model, and disctritized by constant element to 15 parts. Laplace equation is used as governing equation as result homogenous and electroneutrality in model system. Model respons is translated to impedance as function of frequency then ploted in Nyquist plot diagram. The result of model impedance is compared to result of experimentally EIS testing
In general, the model could be used as basic study in EIS modeling. Though it has a significant difference between the experimental model, but the shape is follow the common semicircle of Nyquist plot. Some treatment can be conducted in mathematics step of numerical modeling and transferring response to impedance methods"
2016
T46780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Bayu Aji
"Baja karbon rendah ASTM A36 umum digunakan pada aplikasi konstruksi, perminyakan, dan struktur kapal. Ketiga aplikasi tersebut memungkinkan adanya tegangan tarik pada saat pemasangan maupun penggunaan. Perilaku korosi baja ASTM A36 dengan fungsi tegangan tarik diamati menggunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan X-Ray Diffractometer (XRD). Baja ASTM A36 dilakukan perendaman pada larutan NaCl 3,5% dengan variasi tegangan tarik 0, 100, dan 200 MPa dan variasi waktu perendaman 1 jam, 4 jam, 8 jam, 24 jam, dan 72 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar tegangan tarik dapat menurunkan ketahanan baja terhadap korosi. Semakin besar tegangan, resistansi logam terhadap serangan korosi semakin menurun serta memungkinkan terbentuknya lubang korosi sumuran yang lebih besar akibat adanya tegangan pada batas butir yang terkorosi. Hasil analisa XRD pada permukaan baja setelah proses korosi menunjukkan adanya fasa berupa Fe, magnetit (Fe3O4), dan NaCl...... ASTM A36 low carbon steel is commonly used in construction, petroleum, and ship structure applications. These three applications allow for tensile stress during installation and use. The corrosion behavior of ASTM A36 steel with tensile stress function was observed using Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) and X-Ray Diffractometer (XRD) methods. ASTM A36 steel was immersed in 3.5% NaCl solution with variations in tensile stress of 0, 100, and 200 MPa and immersion time variations of 1 hour, 4 hours, 8 hours, 24 hours, and 72 hours. The results show that the greater the tensile stress, the lower the steel's resistance to corrosion. The greater the stress, the lower the metal's resistance to corrosion attack and allows the formation of larger pits due to stress at the corroded grain boundaries. The results of XRD analysis on the ASTM A36 low carbon steel surface after the corrosion process showed the presence of Fe, magnetite (Fe3O4), and NaCl phases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library