Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aqillah Ridha Parahita
Abstrak :
Bias atensi emosional merupakan suatu proses kognitif tidak disadari yang memengaruhi kelancaran pemrosesan informasi. Individu dengan bias atensi emosional positif cenderung memiliki efikasi diri tinggi. Pada remaja, efikasi diri tinggi dapat membantu mereka melewati berbagai situasi sulit. Penelitian ini berupaya mencari tahu hubungan antara efikasi diri dan bias atensi emosional pada remaja dengan menduga adanya peran mediasi dari afek positif. Hal ini dikarenakan tingkah laku dan pikiran remaja sangat dipengaruhi oleh afek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji afek positif sebagai mediator dalam hubungan antara efikasi diri dan bias atensi emosional terhadap kata terkait kebahagiaan dan ancaman pada remaja. Sebanyak 87 partisipan remaja yang merupakan siswa SMA/SMK sederajat (M= 16,5) berpartisipasi di dalam penelitian ini. Efikasi diri diukur menggunakan General Self-Efficacy Scale dan afek positif diukur menggunakan dimensi afek positif dari Positive Affect and Negative Affect Scale. Sementara itu, bias atensi emosional diukur menggunakan emotional Stroop task. Hasil analisis menggunakan mediation Jamovi menunjukkan bahwa hubungan antara efikasi diri dan bias atensi emosional terhadap kata terkait kebahagiaan maupun ancaman dimediasi penuh oleh afek positif. Penelitian ini berhasil menjelaskan peran proses kognitif yang bersifat otomatis dan tidak disadari di dalam hubungan antara efikasi diri dan bias atensi emosional pada remaja. ......Emotional attention bias is an unconscious cognitive process that affects the processing of information. Individuals with positive emotional attention bias tend to have high self-efficacy (Karademas et al., 2007). In adolescents, high self-efficacy helps them to get through difficult situations. This study seeks to find out the relationship between self-efficacy and emotional attention bias in adolescents by assuming there is a mediating role of positive affect. This is because the behavior and thoughts of adolescents are strongly influenced by affect. The purpose of this study was to examine positive affect as a mediator in the relationship between self-efficacy and emotional attention bias towards happiness and threats related words in adolescents. A total of 87 adolescent participants who were also high school students (M= 16.5) participated in this study. Self-efficacy was measured using the General Self-Efficacy Scale and positive affect was measured using the positive affect dimensions of the Positive Affect and Negative Affect Scale. Meanwhile, emotional attention bias was measured using the emotional Stroop task. The results using Jamovi's mediation showed that the relationship between self-efficacy and emotional attention bias towards happiness and threats related words was fully mediated by positive affect. This study succeeded in explaining the role of automatic and unconscious cognitive processes in the relationship between self-efficacy and emotional attention bias in adolescents.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thalia Amrita
Abstrak :
Deiksis atau ekspresi deiktik sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari tanpa menyadari tujuan yang lebih dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi makna di balik setiap ekspresi deiksis yang digunakan dalam album SOUR karya Olivia Rodrigo (2021) dan menganalisis bagaimana setiap deiksis menggambarkan emosi remaja melalui lirik lagu dalam album tersebut. Penelitian ini menggunakan kerangka analisis dari Yule (2017) dan Saeed (2003) untuk menguji jenis dan makna masing-masing deiksis dan menggunakan narasi gabungan dari Berkum (2019), Foolen et al. (2012), dan Lakoff (2016) untuk menganalisis bagaimana deiksis mewakili emosi seseorang. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa lirik dalam album SOUR menggunakan lima jenis deiksis yaitu deiksis personal, spatial/tempat, temporal/waktu, sosial, dan discourse/wacana. Ungkapan deiktik tersebut terbukti tidak hanya menyampaikan makna substantif yang mempengaruhi lirik tetapi juga menyampaikan emosi pengarang melalui lirik. Oleh karena itu, penjelasan bagaimana emosi seseorang dapat direpresentasikan melalui deiksis menjadi hal baru dalam penelitian ini. Penelitian ini menekankan pentingnya penggunaan deiksis melalui bahasa. ......Deixis or deictic expressions are used in daily communication often without one’s realization of its deeper purposes. This research aims to identify the meaning behind each deictic expression used in the album SOUR by Olivia Rodrigo (2021) and analyze how each deixis portrays the emotions of adolescents through the song lyrics in the album. This paper used Yule’s (2017) and Saeed’s (2003) framework to examine the types and the meaning of each deixis and used combined narratives from Berkum (2019), Foolen et al. (2012), and Lakoff (2016) to analyze how deixis represent one’s emotion. The study concludes that the lyrics in the album SOUR used five types of deixis which are person, spatial/place, temporal/time, social, and discourse deixis. Those deictic expressions were proven to not only convey a substantive meaning that affects the lyrics but also convey the emotions of the authors through the lyrics. Therefore, the explanation of how one’s emotion can be represented through deixis became the novelty of this study. This study emphasizes the importance of using deixis through language.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gistilisanda Fauzin Hundra
Abstrak :
ABSTRAK
Hasil survei KPAI sepanjang tahun 2011 hingga 2016 terdapat 12.202 kasus anak dan remaja Indonesia terlibat perilaku berisiko. Daerah Jabodetabek menjadi daerah dengan kasus anak dan remaja terbanyak yang terlibat perilaku berisiko yaitu 5.160 kasus. Regulasi diri remaja menjadi faktor protektif terhadap perilaku berisiko. Pola asuh orang tua dan kemampuan regulasi emosi orang tua menjadi faktor protektif utama terhadap perilaku berisiko remaja dan kemampuan regulasi diri remaja. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi pola asuh orang tua terhadap kontribusi dari strategi regulasi emosi orang tua terhadap regulasi diri remaja. Analisis data penelitian ini menggunakan multiple regression dengan model template Hayes yaitu model empat dengan menggunakan satu variabel mediator. Sampel penelitian ini terdiri dari 157 pasang partisipan penelitian yaitu ayah, ibu, dan remaja yang diperoleh dari SMP 73 Tebet, SMA 3 Bogor, dan SMP 8 Depok dengan menggunakan metode accidental sampling. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur yaitu The Adolescent Self-Regulatory Inventory (ASRI) untuk mengukur regulasi diri partisipan remaja, Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) untuk mengukur regulasi emosi orang tua, serta Parenting Style Four Factor Questionnaire (PSFFQ) untuk mengukur pola asuh orang tua. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada partisipan remaja menunjukkan bahwa adanya peran mediasi dari pola asuh authoritative ayah pada kontribusi strategi regulasi emosi reappraisal dan suppression ayah terhadap kemampuan regulasi diri remaja. Adanya peran mediasi dari pola asuh authoritarian ibu pada kontribusi strategi regulasi emosi reappraisal ibu terhadap kemampuan regulasi diri remaja.
ABSTRACT
The results of the KPAI survey from 2011 to 2016 included 12,202 cases of Indonesian children and adolescents involved in risk behaviour. Jabodetabek is the area with the most cases of children and adolescents involved in risk behaviour, namely 5,160 cases. Adolescent self-regulation becomes a protective factor against risk behaviour. Parenting and parents emotional regulation abilities become the main protective factors towards adolescent risk behaviours and adolescent self-regulation abilities. Based on that explanation, this study aims to examine the mediating role of parenting towards the contribution of parents emotional regulation strategies to adolescent self-regulation. Data analysis of this study used multiple regression with the Hayes template model, namely model four with using one mediator variable. The sample of this study consisted of 157 pairs of study participants namely fathers, mothers, and adolescents obtained from 73 Tebet Middle School, 3 Bogor High School, and Depok 8 Middle School by using accidental sampling method. There are three measuring instruments in this study, namely The Adolescent Self-Regulatory Inventory (ASRI) to measure teenage participant self-regulation, Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) to measure parents emotional regulation, and Parenting Style Four Factor Questionnaire (PSFFQ) to measure parenting. Based on the results of multiple regression analysis on adolescent participants showed that there is a mediating role of paternal authoritative parenting on contribution of the paternal emotion regulation (reappraisal and suppression) to adolescent self-regulation abilities, then there is a mediating role of maternal authoritarian parenting on contributing of maternal emotion regulation (reappraisal) to adolescent self-regulation abilities.
2019
T55151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dwindita
Abstrak :
Regulasi emosi merupakan salah satu aspek perkembangan penting seorang remaja. Kesulitan dalam regulasi emosi menyebabkan munculnya perilaku impulsif, acting-out, dan berisiko mengalami psikopatologi. Pola asuh menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan regulasi emosi pada remaja karena menjadi early experience dan berhubungan dengan pembentukan core belief, yang juga merupakan faktor yang berkontribusi pada kemampuan regulasi emosi. Adanya core belief yang maladaptif membuat seseorang kesulitan untuk meregulasi emosi sehingga diperlukan intervensi berbasis kognitif, yaitu cognitive behavior therapy (CBT). Penelitian ini merupakan studi kasus (N=1) yang bertujuan untuk melihat apakah penerapan prinsip CBT dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada remaja adopsi dengan pola asuh yang overprotective dan overdemanding. Intervensi dilakukan dalam 6 sesi dengan partisipan anak dan 5 sesi parent training. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBT yang melibatkan orangtua dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi remaja adopsi. ......Emotion regulation is one of the important developmental aspects in adolescent. Parenting become one of the factor that associated with the development of emotion regulation in adolescent as an early experience and associated with development of core belief, in which contributed to the emotion regulation ability. The maladaptive core belief makes one find difficulties to regulate ones emotion so the cognitive based intervention is needed, which is cognitive behavior therapy (CBT). The current research is a case study (N=1), which aims to gain evident if the application of CBT principles is able to increase the emotion regulation ability in adopted adolescent raised by the overprotective and overdemanding parenting practice. The intervention consists 6 sessions with adolescent participant and 5 sessions in parent training. The result of this current research shows that CBT with parental involvement could increase the emotion regulation ability in adopted adolescent.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dwindita
Abstrak :
Regulasi emosi merupakan salah satu aspek perkembangan penting seorang remaja. Kesulitan dalam regulasi emosi menyebabkan munculnya perilaku impulsif, acting-out, dan berisiko mengalami psikopatologi. Pola asuh menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan regulasi emosi pada remaja karena menjadi early experience dan berhubungan dengan pembentukan core belief, yang juga merupakan faktor yang berkontribusi pada kemampuan regulasi emosi. Adanya core belief yang maladaptif membuat seseorang kesulitan untuk meregulasi emosi sehingga diperlukan intervensi berbasis kognitif, yaitu cognitive behavior therapy (CBT). Penelitian ini merupakan studi kasus (N=1) yang bertujuan untuk melihat apakah penerapan prinsip CBT dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada remaja adopsi dengan pola asuh yang overprotective dan overdemanding. Intervensi dilakukan dalam 6 sesi dengan partisipan anak dan 5 sesi parent training. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBT yang melibatkan orangtua dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi remaja adopsi. ......Emotion regulation is one of the important developmental aspects in adolescent. Parenting become one of the factor that associated with the development of emotion regulation in adolescent as an early experience and associated with development of core belief, in which contributed to the emotion regulation ability. The maladaptive core belief makes one find difficulties to regulate ones emotion so the cognitive based intervention is needed, which is cognitive behavior therapy (CBT). The current research is a case study (N=1), which aims to gain evident if the application of CBT principles is able to increase the emotion regulation ability in adopted adolescent raised by the overprotective and overdemanding parenting practice. The intervention consists 6 sessions with adolescent participant and 5 sessions in parent training. The result of this current research shows that CBT with parental involvement could increase the emotion regulation ability in adopted adolescent.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahel
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tekanan teman sebaya dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Tekanan teman sebaya diukur dengan menggunakan Skala Tekanan Teman Sebaya yang merupakan adaptasi dari Peer Pressure Inventory yang dikembangkan oleh Clasen dan Brown (1985). Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan menggunakan Test of Self-Conscious Affect 3 yang dikembangkan oleh Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow pada tahun 2000. Terdapat sebanyak 433 remaja di Jakarta yang menjadi partisipan dalam penelitian. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara dimensi perilaku school involvement dan emosi malu, school involvement dan emosi bersalah, family involvement dan emosi malu, serta family involvement dan emosi bersalah. Terdapat pula hubungan yang negatif antara dimensi perilaku peer involvement dan emosi malu, peer involvement dan emosi bersalah, misconduct dan emosi malu, serta misconduct dan emosi bersalah. ...... This research was conducted to see the correlation between peer pressure with shame and guilt in adolescent. Peer pressure were measured using Peer Pressure Scale that adapted from Peer Pressure Inventory by Clasen and Brown (1985). Shame and guilt were measured using Test of Self-Conscious Affect 3 by Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow in 2000. There was 433 adolescent in Jakarta participated in this study. The result is there is a positive correlation between peer pressure in school involvement and shame, school involvement and guilt, family involvement and shame, and family involvement and guilt. There is also a negative correlation between peer pressure in peer involvement and shame, peer involvement and guilt, misconduct and shame, and misconduct and guilt.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library